Prof. Dr. M. Irfen
lclamyr'ffiA
.tsl
or
..:
ta"
''-F-
-' lirr
-/s4'"
'
z
-
-
.'
\ISLr
I'
r-
€'
,G
-l*
{.
KNOWLEDGE MANAGEMENT:
Kunci
Sukses Inouasi Pemerintahan Daeralt
Dr. M.R. KhairulMuluk
KNOWLEDGE MANAGEMENT:
Kunci
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
KNOWTEDGE MANAGEMENT:
Kunci Sukses lnovasi Pemerintahan Daerah
Penulis
Dr. M.R. Khairul Muluk
Layout
Dian Triyani
Cover
fube Tantagode
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, fuli 2008
Diterbitkan oleh
E,"r:,iff"Wlhffi
lcyrnodlc Prbllrllng
Anggota IKAPI latim
Jalan Puncak Yamin No. 20, Malang
Telp/Facs : (0341) 580638
E-Mail : Bayumedia@telkom.net
I
SB N
: 978-979 -3323-25 -1
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagiin atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun
mekinis, termasuk fotokopi. merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa
izin tertulis dari penerbit.
Undang-Undang Nomor 1 9 Tahun 2000tentang Hak Cipta, Bab Xll Ketentuan Pidana,
Pasal 22, Ayat(1 ), (2), dan (6).
Sambutan Prof. Dr. M. Irfan
Islamy, MPA
owledge Management (<emudian disingkat KM) bukanlah
buah konsep yang baru bagi dunia akademis di negara
aju, tetapi bagi negara berkembang seperti negara kita
konsep ini relatif baru apalagi dipergunakan sebagai sebuah piranti
untuk mereformasi sektor publik. KM telah menjadi sebuah disiplin
mapayangdiajarkan di pelbagai perguruan tinggi sejak tahun 1995
dan di praktikkan di berbagai organisasi, misalnya perusahaan-
perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Bagi sebuah
organisasi, KM adalah sebuah upaya pembelajaran organisasi dengan
cara menyiapkan para tenaga kerjanya agar memiliki intellectual capi-
tal yangmumpuni (menjadi knouledge ouorker) sehingga organisasi
bisa berkembang maju dan lebih berhasil mencapai tujuan-tujuannya.
Oleh karena itu, kebijakan atau program KM di setiap organisasi
pastilah ditujukan untuk mencapai kinerja karyawan yang tinggi,
mampu berinovasi meningkatkan keunggulan komparatif dan
kompetitifnya, mampu mentransfer pengetahuan yang telah
dipelajarinya pada berbagai kegiatan, meningkatkan kerjasama,
mencapai best practices sebagaimana dikehendaki organisasi, dan
sebagainya.
Mengapa dewasa ini berbagai organisasi baik privat maupun
publik banyak membutuhkan knowledge workers? Jawabannya, karena
menurut pakar management yangsangat kondang Peter Drucker
(1,993), kita sekarang hidup di era'knowledge society' dimana piranti
produksi yang paling penting bukanlah modal, bahan baku atau pekerja
biasa melainkan'pekerja yang berpengetahuan' (knoutledge workers
= I(s/)- "The knoutledge utorker is the single greatest asset"! Dan,
dipertegas pula oleh Yan Solingen, Streumer dan Stookev ( 2001 ),
karena knouiedge management telah menjadi piranti yang sangat
penting untuk memenangkan persaingan antarorganisasi. KM
mempunyai makna yang strategis bagi organisasi agar menjadi leaming organization di mana seluruh sumber daya manusianya berusaha
keras membangun suatu budaya dan sistem untuk mengembangkan
pengetahuan baru, menangkap dan menempatkannya pada tempat
yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. Oleh karena itu, seyogyanya setiap organisasi bisa memastikan bahwa seluruh pegawainya
punya kesempatan untuk terus mengumpulkan pengetahuan dan
memilik sistem informasi yang terus menerus diperbarui.
Bagi mereka yang bekeria di sektor publik, terutama di era
good gouenance iiadalah sebuah keniscayaan untuk menjadi kaowledge uorkers (KW) karena upaya untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan bagi masyarakat hanyalah bisa diwufudkan oleh pegawai
yang 'unggul' pengetahuannya - yaitu mereka yang mampu mengumpulkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan pengetahuan yang
dimilikinya secara terus -menerus bagi kemaiuan dan pengembangan
kineria organisasinya. Untuk meniadi I(W tidaklahterbatas hanya lewat
pendidikan dan pelatihan formal seperti yang banyak dilakukan selama
ini, tetapi iuga bisa dilakukan secara pribadi lewat pelbagai multimedia seperti mengkaii data statistik di berbagai sektor, menganalisis
data laporan kegiaary'proyek organisasi, mencermati hasil perumusan,
implementasi dan evaluasi kebijakan pemerinah, mempelaiari dengan
seksama press release, postings, downloads internet dari berbagai
sumber, dan sebagainya. Dan, bahkan, bisa pula lewat pemanfaatan
pengalaman ketika pekerja melalaanakan tugas di tempat kerjanya.
Buku yang sedang Anda baca iniadalah sebuah karya ilmiah
yang ditulis oleh seorang intelektual muda, DRM.R.KhairulMuluk,
M.Si, yang sangat akrab dan intens dalam pergulatan keilmuannya.
la aktif dalam berbagai kegiatan akademis dan sangat produktif dalam
menuangkan gagasan-gagasan ilmiahnya di berbagai kesempatan. Anda
beruntung bisa membaca buku ini karena selain Anda bisa lebih alrab
dalam memahami apa clan,bagaimana KM itu sekaligus juga
ditunjukkan nuansa KM sebagai piranti memperoleh sukses dalam
menginovasi pemerintahan daerah menurut versi penulisnya. Siapa
pun pembaca buku ini terutama bila Anda adalah seorang anggota
birokrasi pemerintah, makamudah-mudahan buku ini bisa membawa
Anda berada dalam suasana sedang melakoni program KM dan bisa
mengkreasi Anda menjadi seorang I(!( yang unggul dan mampu
menginovasi pemerintahan tempat Anda mengabdi.
Sebagai sebuah buku yang berisi kajian relatif baru buat khalayakkita, karyailmiah ini menurut hematsayacukup mampu menjadi
the first leueragebagipenulis-penulis lain dan peneliti yang memiliki
gairah untuk mengembangkan KM di tanah air sehingga teori KM
semakin kukuh posisinya dan bisa terimplementasi dengan baik. Dan,
selain itu, bagi para mahasiswa jurusan ilmu administlasi publik,
pemerintahan, politik, hukum, dan sebagainya akan memperoleh
tambahan pengetahuan baru dengan mempelajari buku ini. Semoga
hal ini mendapat sambutan yang luas dari khalayak kita.
Harapan sayake depan semogaDRMuluk mampu menambah
pokok kajian KM di berbagai subsektor publik yang dimensinya sangat
luas pada bab-bab lain dalam buku ini sehingga dapat memberikan
wawasan yang lebih komprehensif kepada calon beneficiaries-nya.
Mereka pasti sedang menunggunya.
Malang,2l Juni 2008
Prof. Dr. M.Irfan Islamy, MPA
Kata Pengantar
unia berubah menjadi lebih kompleks seiring dengan ber
kembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang
melahirkan banyak paradoks. Globalisasi semakin kuat
pada saat derasnya tuntutan otonomi lokal. Desakan partisipasi dalam
pemerintahan menguat pada saat dibutuhkannya profesionalisme yang
lebih baik. Anggaran perang semakin besar pada saat dibutuhkannya
anggaran kesejahteraan yang lebih banyak. Thntangan demikian tak
dapat diselesaikan jika hanya menggunakan cara-caralama. Kelangsungan tatanan pemerintahan dapat terancam jika tak segera ada solusi
kreatif. Inovasi sektor publik dibutuhkan dalam kondisi ini untuk
menjaga keberlanjutan pemerintahan sekaligus memecahkan'the
unsolued problems' dengan car a-car abaru. Mengembangkan inovasi
secara berkelanjutan hanya bisa dilakukan dengan menghargai dan
mengelola pengetahuan (knowledge maruBement).Teori baru ini digu-
nakan untuk menghindari terjadinya kekakuan inti sekaligus membangun kemampuan inti suatu organisasi.
Bagi pemerintahan daerah, kondisi globalisasi menjadi tantangan tersendiri yang harus diatasi karena untuk menghadapi persaingan, pengaruh dan perubahan global mestinya harus dihadapi
dengan kekuatan supra daerah. Namun isu otonomi daerah merupakan
tuntutan keras dan kebutuhan masyarakat untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang lebih adaptif dan aspiratif. Pada saat yang
bersamaan, kebutuhan keuangan daerah ternyata tak dapat ditutupi
dengan kemampuan lokal dalam mengelola sumber dayanya jika
manajemen yang diperagakan tetaplah gayalama. Administratiue lag
merupakan gejala umum yang terjadi di hampir semua pemerintahan
daerah di Indonesia. Gejala tersebut merupakan kesenjangan yang
makin besar antara kemampuan administrasi untuk melayani
masyarakat dengan kebutuhan masyarakat yang perlu dilayani. Situasi
ini tentu tetap harus dihadapi oleh daerah. Inovasi pemerintahan
merupakan sebuah kebutuhan untuk menghadapi semua tantangan
ini. Buku ini bermaksud untuk menggugah kesadaran kia semua bahwa
ada masalah yang harus segera diselesaikan dengan cara-cara baru
yang mengedepankan kemampuan sendiri daerah dan segenap komponen di dalamnya. Cara lamaterbukti sulit menghadapi baik masalah
lama apalagi masalah baru. Tirlisan yang terilang dalam buku ini
merupakan hasil studi dan pengembangannya yang diterima penulis
selama mengikuti pendidikan Doktor di Universitas Indonesia dalam
bidang ilmu administrasi. Benih minat terhadap knowledge in"anagernent telah ditumbuhkan oleh Prof. Dr. Martani Husseini dan hof.
Dr. Azhar Kasim, oleh karenanyakepada beliaulahpenghargaan penulis
berikan. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr.
Bhenyamin Hoessein, Prof. Dr. Eko Prasojo, dan Prof. Dr. Syamsul
Ma'arif yang telah membimbing penulis selama studi di Universitas
Indonesia. Terima kasih juga kepada rekan-rekan kuliah yang banyak
memberi ide segar dan diskusi yang menarik tentang knowledge
ntanaget rent, yakni: RamdanYakob, Andalusia Ramdan, Wilfridus
B. Elu, Bambang Supriyono, Hariri Hadi, M. Husni Thamrin,
Antonius Tarigan, Wahyudi Atmoko, dan Dhani Saraswati. Terima
kasih pula kepada guru-guru penulis di FIA Universitas Brawijaya
yang telah memberi semangat terus untuk berkembang, yakni Prof.
Umar Nimran, Prof. M. Irfan Islamy, Prof. Solichin A. Wahab, dan
last but not leastDr. Kusdi Rahardjo.
Penerbitan buku ini juga dipengaruhi oleh semangat Provinsi
Gorontalo dan anfusiasme Gubernur Dr. Ir. Fadel Muhamad yang
begitu bersemangat mengembangkan provinsi inovatif. Posisi
Gorontalo ini telah mendorong penulis untuk segera menerbitkan
buku ini dan menyebarluaskan gagasan dan praktik inovasi dalam
pemerintahan daerah di Indonesia. Untuk itulah penulis j'ga [srterima
kasih bagi para pihak yang telah memberi kbsempatan pada penulis
untuk terlibat dalam program pengembangan Inovasi Pemerintahan
Gorontalo. Mereka adalah Dr. Fadel Muhamad, Prof. Dr.'Winarni,
dan teman-teman
di RCCP FIA UB: Wilopo, Dr. Mardiyono,
Shobarudin, Huzaini, dan Abdullah Said.
pembuaan buku ini memakan waktu yang cukup paniang
dan membutuhkan pengorbanan besar dari keluarga penulis. Untuk
itu, ucapan terima kasih yang tulus disampaikan pada kedua orang
Proses
tua penulis, yakni: Ayahanda Chairul Muluk dan Ibunda Salimahn
yang telah membimbing penulis mengarungi dunia ini. Terima kasih
pula atas pengoibanan tulus istri penulis Lina Sulistyati dan ananda
Dina Rahma Adila, Muhammad Mushlih Madani, Ahmad Musthafa
Shobirin, Hud Abdullah Nur, dan LuqmanYasin. Kesabaran mereka
telah menggugah semangat penulis untuk terus berkarya untuk kemaslahatan masyarakat. Akhir kata, penulis menyadari bahwa banyak
bagian dari buku ini belumlah cukup sempurna jika tufuannya adalah
untuk membangun tanah air karena masih banyak yang dibutuhkan.
Namun penulis berharap bahwa serpihan kecil ini merupakan bagian
dari mozaik yang dibutuhkan dalam membangun bangsa ini. Untuk
menyempurnakannya, penulis menerima masukan-masukan berharga
dengan tangan terbuka. Semoga bermanfaat.
Malang, Mei 2008
Dr. M.R. Khairul Muluk
Daftar Isi
Sambutan Prof. Dr. M. lrfan tslamy, MPA
ix
xiii
Daftar Gambar dan Tabel
xvii
%o/, t
Knowledge Management: Titik Temu Mutakhir Administrasi
Publik dan Bisnis
Ruang Lingkup Ilmu Administrasi ..........
Persamaan dan Perbedaan Administrasi Publik dan
Bisnis .........
Knowledge Management sebagai Titik Temu Murakhir
Simpulan
...................
%r/"
1
2
6
tl
15
Z
MANAf EMEN PENCETAHUAN: Kebingungan Praktik dan
Peta Kajian
Kelangsungan Hidup Organisasi
Kebingungan dalam Manajemen Pengetahuan ............
Klarifikasi Istilah Pengerahuan
Peta Kajian Manajemen Pengetahuan
Penutup
%o/r
17
18
19
?2
25
35
S
INOVASI ORCANISASI SEKTOR PUBTIK
Basis Keunggulan Bersaing
37
38
Tipologi Inovasi Organisasi
44
Faktor Kritis dalam Mengembangkan Inovasi Sektor
49
Publik
n6ob
q
ORGANISASI PEMBETA| ARAN: Modal Keunggulan
Kompetisi Berbasis Inovasi
Disiplin Ke Lima: Landasan Organisasi Pembelaiaran
Penguasaan Pribadi ...........
Model Mental ...............
Visi Bersama
Pembelajaran Tim ............
Prototipe Organisasi Pembelaiaran
Penutup
61
56
70
74
76
79
82
85
n6al' s
PENDEKATAN BERPIKIR SISTEM DAN ANATISIS SISTEM
87
DINAMIS
Pendekatan Berpikir Sistem
89
Analisis Sistem Dinamis
96
%oA, A
MANAIEMEN KEUANGAN DAERAH BERBASIS
KNOWLEDGE MANAGEMENT ............
Sumber Pendapatan Daerah ..........
Pengeluaran Daerah,.........
Beberapa Masdah di Indonesia
Pengembangan Kemampuan lnti Pemerintahan Daerah
Aktivitas Kreasi Pengetahuan
Penutup
101
r02
109
113
117
L24
135
%al' z
MENGATASI KEKAKUAN INTI DATAM MANA'EMEN
139
PERSONATIA PUBTIK
Stagnasi Administrasi Kepegawaian Negara
Memilih Terminologi yang
kbih
Tepat
Evaluasi atas Pendekatan Legalistik
L4l
t43
146
Multi-Value
i..................
Pengembangan
Purnawacana
..
LS6
161
%"1r g
LOKAIISASI ATAU GLOBALISASI: Tantangan dan
Hambatan Digitalisasi Pemerintahan Daerah
Desentralisasi dan Globalisasi ..........
Daerah
Daerah
Menempa Proses Digitalisasi
Ringkasan
Thntangan Digitalisasi Pemerintahan
Peluang Digitalisasi Pemerintahan
163
L66
169
173
177
183
%a/'q
KOMU N I KASI BU DAYA ORCAN ISASI: Membangun Budaya
Kuat Pendukung Inovasi
Penggunaan Saluran Komunikasi
LB7
Jaringan Komunikasi Formal dan Informal ............:... 192
Iklim Organisasi
196
Internal
Penutup
............
197
Daftar Pustaka
199
#I
;"|:Tq]:-i
Daftar Gambar dan Tabel
GAMBAR
Gambar
Gambar
1. KnowingOrganization
2.
Peta Sumber Kebingungan dalam
1,4
praktik
Manajemen Pengetahuan
Gambar
Hierarki Data, Informasi, dan Pengetahuan ........
Gambar
Basis Keunggulan Bersaing ................
Gambar
Tipologi Inovasi Sektor Publik
Gambar
Level Inovasi .................
Gambar
Kategori Inovasi dari Segi Proses
Gambar
Faktor Kritis dalam Pengembangan Inovasi.........
Gambar
Lima Disiplin Organisaii pembllajaran..............
Gambar 10. Tensi Kreatif ........
Gambar 1 1. Konflik Struktural...
Gambar 12. Kondisi Kesejajaran dan Ketidaksejajaran
Gambar 13. Tingkatan Berpikir Sistem
Gambar 14. Pemetaan Keuangan Daerah........
Gambar 15. Tipologi Kemampuan Organisasi...
Gambar 15. Dimensi Kemampuan lnti (Core Capabilities) ....
Gambar 17. Signature Skills ..........
Gambar 18. Aktivitas Kreasi Pengetahuan
Gambar 19. Sumber Pengetahuan Eksternal
Gambar 20. Aktivitas Penghambat Pengerahuan ...
Gambar 21. Trade OffantaraKualitas dan DayaJangkau
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Informasi
Gambar 22. Model Komunikasi Budaya
Organisasi
.
21.
23
4't
45
47
48
52
63
72
74
79
89
104
121
123
7N
126
134
155
175
195
TABEL
6
Tabel 1. hrbandingan antanGwencrccdmBtmauaacy
Tabel 2. Talaonomi Manaiemen Pengeahuan .................... 3+35'
95
Tabel 3. krbedaanAntarhndekaanddamBerpikirSistem
Tabel4.
rubsrdiryanPendekaan
...
.
-.
158
%& t
Titik Temu M
The difference betuteen administration and management bas been
debating as long as the debating about dffirence behueen public
and business administration. This utrittng tries to explain the
difference and the coherence between them. There are many areas
of study that is binding the two disciplines. Knowledge management is tbe latest fashion of the connecting areas of study. Knoutledge management enables the two disciplines to encourage
innouation and core competence.
tentang batas antara administrasi publik
bisnis tampaknya masih terjadi di samping
Va^n perdebatan
tentang perbedaan administrasi dan
<r/
manajemen. Di Indonesia, dua isu krusial ini selalu muncul
ke permukaan apabila dihubungkan dengan persoalan institusi yang mengelola pendidikan di masing-masing bidang. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyenruh persoalan institusi, tetapi lebih memusatkan perhatian pada penjelasan akademik mengenai perbedaan dan persamaan di antarabidang
studi tersebut. Selanjutnya, tulisan ini berupaya pula mengungkapkan titik temu mutakhir yang dapat dikembangkan oleh
kedua bidang studi tersebut.
/q\Frdebatan
Ruang Lingkup llmu Administrasi
lingkup ilmu administrasi
sebaiknya dimulai dari lahirnya ilmu administrasi. Semula
istilah administrasi sebagai ilmu berkembang ketika Woodrow
Wilson di tahun 1.890an mengungkapkan bahwa "administration lies outside the proper sphere of politics. AdministraPenjelasan mengenai ruang
tiue questions are not political questions" (Rosenbloom,'l'989).
Ungkapan ini menandai adanya dikotomi antara politik dan
administrasi sekaligus menandai eksistensi administrasi
sebagai ilmu yang memusatkan perhatian pada bagaimana
pemerintah menjalankan tugasnya dengan tepat dan berhasil,
dan bagaimanaia menjalankannya secara efisien dan efektif.
Gagasan Wilson di sektor publik ini juga akhirnya merambah sektor bisnis, dengan istilah yang dipopulerkan oleh
Frederick Winslow Taylor sebagai Manajemen dengan
gagasan populernya "scientific ?nanagetnenf". Meski penerapan teori manajemen yang pertama tidak berlangsung di
sektor bisnis tetapi di badan nirlaba dan pemerintah, istilah
rnanagement lebih populer di sektor bisnis sedangkan administration di sektor publik (Drucker, 1,999). Dengan melihat
perkembangan ini, maka dapat dipahami bahwa ilmu administrasi memiliki dua cabang utama, yakni administrasi
publik dan administrasi bisnis. Untuk melihat ruang lingkup
ilmu administrasi secara luas maka berikut ini akan dibahas
tentang definisi tentang administrasi publik, pendekatan yang
ada, serta fungsi-fungsi utamanya.
Rosenbloom (79 89) mengungkapkan bahwa sebenarnya
administrasi publik sulit untuk didefinisikan. Hal ini disebabkan oleh luasnya aktivitas yang dicakupnya. Tugas administrasi
publik terentang dari eksplorasi ruang angkasa hingga menyapu jalan. Administrator publik iuga sangat beragam kualifikasinya mulai dari yang sangat profesional dan berpendiKNOWTEDCE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
dikan tinggi hingga mereka yang berpendidikan dan berkererampilan rendah. Ada administrator publik yang membuat
kebijakan yang berskala nasional dan menyangkut haiat hidup
orang banyak, sementara banyak yang lainnya tidak terlibat
dalam pembuatan kebijakan. Dengan demikian, adminisrrasi
publik bersifat abstrak dan hanya dapat diielaskan dalam istilah yang bersifat umum, samar, dan bahkan bisa bertentangan.
Namun demikian, tetaplah penting unruk mendefinisikan administrasi publik karena : pertama, penting sekali menetapkan
batas cakupan disiplin dan praktik administrasi publik; kedua,
definisi ini membantu menempatkan posisinya dalam konteks
yang lebih luas; dan ketiga, adanya pertimbangan untuk mengungkapkan adanya pendekatan yang berbeda dalam bidang
studi administrasi publik.
Ada banyak definisi yang telah dilahirkan oleh para sarjana administrasi yang apabila disimpulkan oleh Rosenbloom
(1989) bahwa administrasi publik itu mencakup aktivitas, ia
berkaitan dengan politik dan pembuatan kebijakan, ia cenderung dipusatkan pada cabang eksekutif dari pemerintahan,
ia berbeda dengan administrasi privat, ia berkaitan dengan
penerapan hukum. Rangkuman ini tampaknyatetap tidak memuaskan bagi Rosenbloom (L989) hingga ia menyusun sendiri definisinya : "public administration is the use of managerial, political, and legal theories and process to fulfill legislatiue, executiue, and judicial gouernrnental mandates for the
prouision of regulatory and seruice functions for the society
as a uhole or for some segments of it."
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa administrasi publik
mencakup tiga pendekatan, yakni manajerial, politik, dan legal. Setiap pendekatan ini memiliki nilai, struktur organisasi,
pandangan terhadap individu, dan pendekatan kognitif yang
berbeda satu sama lain. Salah satu pendekatan yang sedang
-
KNOWTEDGE,MANAGEMENT:
Titik Tbrnu Mutakbir Administrasi Publik dan Bisnis
BAB 1
-xrfu
|^E
.II JE
:T:::*
'"
L
r
I
l
naik daun pada era 1980-1990an adalah pendekatan manajerial. Nilai yang hendak dioptimalkan dalam pendekatan ini
adalah efisiensi, efekivitas dan ekonomi. Sementara struktur
organisasinya adalah birokrasi. Pandangan terhadap individu
adalah bersifat impersonal, dan pendekatan kognitifnya adalah metode ilmiah (Rosenbloom: L989). Pendekatan manaierial ini menekankan businesslike approach dan mengelipublik dan bisnis. Bahminasi perbedaan
^nt^raadministrasi
kan Chandler (2000) menulis bahwa seiak 1980an pendekatan manajerial ini begitu kuatnya hingga ada kecenderungan untuk mentransformasi administrasi publik meniadi
manajemen publik. Era ini juga menandai begitu kuatnya
upaya untuk mengadopsi teknik-teknik manaiemen sektor
bisnis ke dalam sektor publik dalam menyediakan layanannya
kepada masyarakat.
Selain itu, ada pendapat lain pula yang menuniukkan
kecenderungan mendekatnya administrasi publik dan bisnis.
Frederickson (19971 dengan mengutip Garvey (19931 mengungkapkan adanya dua teori ilmu adrninistrasi yang bertentangan. Pertama, teori yang lama administrasi dikaitkan
dengan berkembangnya administratiue state. Ina dari teori
ini adalah spesialisasi dan hierarki. Adapun fokus dari teori
ini adalah eksekutif sehingga administrasi melayani presiden
pada tingkat nasiond, gubernur pada tingkat negara bagian,
dan walikota pada tingkat lokal. Teori ini berawal dari diberlakukannya sistem merit dalam kepegawaian negara dan penerapan manaiemen ilmiah pada aktivitas harian pemerintah.
Teori yang lebih baru oleh Frederickson disebut sebagai
gouerna?rce (19971. Teori ini berawal dari konsep boundcd
rationality yang diungkapkan Herbert A. Simon (l947lyarrg
kemudian diikuti dengan munculnya konsep incrementalkm.
Selanlutnya teori
ini dipengaruhi oleh logika
KNOWTEDCEMANAGEMENT
ktnri
Suhses
Inouasi Pemerintahan Daerah
ekonomi,
ini berlanjut dengan
munculnya konsep sbadow bureaucrac!, yang disusul pula
dengan pola kontrak dan subkontrak. Dengan berlandaskan
pada banyak pengaruh inilah, kemudian Frederickson merumuskan public administration sebagu gouefttanca Konsep
gouernance ini justru membawa administrasi publik meniauh
dari politik, pemerintahan, dan birokrasi. Frederickson (1997)
mempertegas hal tersebut dengan mengutip tulisan Osborne
dan Gaebler (7992): *this is a book about gouernance, not
politics".
Selanjutnya, Frederickson (1997) menggambarkan
ruang lingkup gouemanceyangmencakup : pertama, ia menggambarkan ienis organisasi dan institusi yang sangat beragam yang terikat bersama dan terlibat dalam aktivitas publik.
Kedua, ia mencakup pluralisme dan hiperpluralisme kontemporer. Ketiga, ia berlatar multi institusi-organisasi dengan
pemimpin kontemporer dan wirausaha kebijakan yang
khususnya transaction cosfs. Pengaruh
menuntaskan implementasi kebilakan. Keempat, ia mengisyaratkan adanya arti penting, legitimasi, dan sumbangsih yang
positif dan berharga bagi pencapaian tujuan-tujuan publik.
Definisi gouefttance ini tidak berarti tidak konsisten, bertentangan, atau bahkan bersaing satu sama lain, melainkan rangkaian definisi yang merupakan satu kesatuan konsep.
Penggunaan istilah gouernance ini menandai langkah
positif bagi ilmu administrasi karena ia merupakan simbol
positif yang dibutuhkan administrasi publik sebagai hasil dari
fusi atas literatur populer dari reforrnasi pemerintahan, politik elaekutif, dan teori administrasi modern. laiugaberkaitan
dengan isu mendasar tentang apa yang harus dilakukan oleh
pejabat publik non-elected di alam politik demokratis (Frederickson, 19971. Kesan positif ini dituniukkan Frederickson (1 997), dengan membandingk an antar a prinsip birokrasi
BAB 1
-
KNOVYTTDCEMANAGEMENT:
T*ikTema Muukhir Administrasi Publik dan Bisnis
dengan goueftrance sebagaimana diungkapkan oleh Osborne
dan Gaebler (1992).
Tabel 1. Perbandingan antara Covernance dan Bureaucracy
Steering
Rowing
Empowering
Service
Competition
Monopoly
Mission-driven
Ruledriven
Funding outcomes
Budgeting inputs
Customer-driven
Bureaucracy-driven
Earning
Spending
Preventing
Teamworly'Partic
i
Curing
pation
Hierarchy
Market
Sumber: Frederickson,
Organization
1
997
Persamaan dan Perbedaan Administrasi
Publik dan Bisnis
Dalam pandangan filsafat utilitarian yang mengembangkan model pasar, maka baik administrasi publik maupun bisnis
dapat dikembangkan berdasarkan model ini (Frederickson,
1997\. Bahkan Wilson (1989) juga mengutip pandangan filsafat ini sehingga mengungkapkan bahwa baik administrator
publik maupun bisnis sama-sama berupaya memaksimalkan
utility. Jika orang bisnis berupaya untuk memperoleh laba,
maka pegawai publik iuga berupaya memperoleh laba berupa
gaji, pangkat, dan kekuasaan. Selanjutnya pandangan filsafat
m
iT
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petnerintahan Daerah
Kunci
ini juga berpengaruh terhadap penggunaan transaction cost
analysis baik pada administrasi publik maupun bisnis.
Persamaan lainnya adalah dengan mengacu pada Rosenbloom (1,989) bahwa terdapat tiga pendekatan dalam admi,
nistrasi publik, yakni : pendekatan manajerial, politis, dan
legal. Jika kita lebih mengedepankan pendekatan manajerial
dalam administrasi publik maka perbedaan antara administrasi publik dan bisnis menjadi tipis. Rosenbloom menulis
bahwa pendekatan manajerial merupakan pendekatan yang
businesslike, y ang menganggap administrasi publik seperri administrasi bisnis pada perusahaan bisnis besar sehingga memiliki prinsip dan nilai yang sama. Dalam pendekatan ini, nilai
yang dikedepankan adalah efektivitas, efisiensi, dan ekonomis.
Selain hal di atas, Drucker (1999) juga mengungkapkan
asumsi yang sama antaraadministrasi publik dan bisnis. Kesamaan ini berasal dari pandangan bahwa administrasi publik
dan administrasi bisnis memiliki akar yang sama yakni administrasi atau manaiemen. Administrasi merupakan istilah yang
kemudian berkembang untuk sektor publik, sementara manajemen justru berkembang di sektor bisnis. Terdapat dua set
asumsi, pertama asumsi yang melandasi disiplin ilmu administrasi atau manaiemen; dan yang kedua asumsi yang melandasi praktik manajemen.
Set asumsi yang pertama mengungkapkan bahwa manajemen itu bersifat spesifik dan tidak seragam sepanjang waktu
dan di berbagai tempat. Manajemen iru berbeda-beda bergantung pada misi, strategi, dan strukturnya. Asumsi berikutnya
adalah bahwa tidak seharusnya ada satu struktur organisasi
yang benar, tetapi struktur organisasi ini seharusnya sesuai
dengan tugas yang dijalankan oleh organisasi itu. Asumsi
ketiga menyebutkan bahwa tidak seharusnya ada saru cara
BAB 1 - KNOWTEDGE MANAGEMENT:
TitikTbmu Mutakhir Afuninistrasi Publik dan Bisnis
.
yangbenar dalam mengelola pegawai, namunyang benar adalah bukannya mengelola orang tetapi mengelola pekerjaan
orang dan mengelola kineria.
Set asumsi yang kedua mencakup asumsi bahwa manaiemen tidak lagi berdasar pada teknologi, pasar, dan pengguna
akhir yang bercifat giuen tetapi justru berdasar pada nilai pelanggan dan keputusan pelanggan. Asumsi berikutnya addah
ruang lingkup manaiemen tidak lagi ditentukan secara legal,
tetapi ditentukan secara operasional atau ditentukan oleh proses yang terfokus pada hasil dan kineria. fuumsi selaniutnya
adalah bahwa manaiemen tidak lagi terfokus pada kondisi
internalnya tetapi iustru pada eksternalnya karena hasil institusi itu hanya ada di luar. Organisasi harus dimulai dengan
hasil yang diinginkan dan mengorganisasi sumber daya institusi untuk mencapai hasil tersebut. Asumsi terakhir adalah
ekologi organisasi bukan lagi batas'batas nasiond, tetapi ditentukan oleh batas operasional organisasi tersebut. Dua set
asumsi di atas merupakan asumsi generic yang sama-sama
dimiliki oleh baik administrasi publik maupun administrasi
bisnis.
Meskipun perkembangan ilmu admfudstrasi publik dan
bisnis berakar pada seiarah yang sama, yakni dikotomi politik
dan administrasi sebagaimana diluncurkan pertama kali oleh
Woodrow Wilson (1887) iauh sebelum ia meniadi Presiden
Amerika Serikat, tetapi dalam pelkembangannya kedua
cabang ilmu administrasi ini memiliki seiumlah perbedaan.
Semula, filsafat Yunani membedakan antara administrasi publik dan bisnis. Administrasi publik lebih berkaitan dengan
penyediaan public goods dan beroperasi dalam kerangkepublic interest. Sementara itu, administrasi bisnis lebih .banyak
menyediakan priuate goods dan lebih berorientasi pada selfinterest dalam operasinya (Frederickson, 1'997 : 20-2).
KNOWIEDGEMANAGEMENT
Suhses Inouasi kmerintahan Daerah
ktrci
Sementara itu, Filsafat yang dikembangkanJohn Dewey
(1954) seperti yang dikutip Frederickson (1997) mengungkapkan bahwa administrasi publik lebih berupa tindakan
beberapa orang yang memengaruhi kesejahteraan orang lain
dan bertindak dengan mempergunakan kapasitas publik. Bagi
Dewey publik ini tidaklah tetap melainkan bergantung pada
tindakan dan interaksi antar orang. Ia akan meniadi tidak
lagi publik apabila orang-orang tak mampu atau tak ingin
mengorganisasi diri mereka menjadi komunitas politik untuk
memperoleh perlindungan bersama atas kepentingan bersama.
Selain itu, Rosenbloom (1989) telah mengungkapkan
dengan baik perbedaan tersebut secara mendasar. Perbedaan
tersebut berkaitan dengan keterkaitan dengan konstitusi, tanggung iawab terhadap kepentingan publik, penggunaan rnekanisme pasar, dan kedaulatan.
Menurut Rosenbloom, konstitusi AS mengatur secara
langsung praktik dan nilai administrasi publik. Pemisahan
kekuasaan telah menempatkan administrasi publik di bawah
tiga tuan, yakni : legislatif, eksekutif, dan yudikatif- Kondisi
ini membawa administrasi publik ke dalam otoritas yang
berbeda dan mempersulit koordinasi. Konstitusi AS iuga
menganut federalisme sehingga iuga menjadikan administrasi
publik semakin komplelis karena banyak rintangan akibat timbulnya berbagai tingkatan pemerintahan. Jalannya layanan
publik tidak lagi dalam bentuk layer cake tetapi rumit seperti
rnarble cake. Kondisi ini berbeda dengan apa yang teriadi
dalam administrasi bisnis, karena konstitusi tidak secara langsung mengaturnya.
Tidak diperdebatkan lagi bahwa administrasi publik punya tanggung jawab untuk menyelenggarakan kepentingan
publik, meskipun istilah kepentingan publik iuga tidak begitu
ielas betul. Kepentingan publik ini merupakan isu penting
BAB 1 - KNOWLEDGE MANAGEMENT:
TitikTbtnu Mutakhir Adtninistrasi Publik dan Bisnk
ffil
i:.i:tI
bagi administrasi publik, sehingga di dalamnya mencakup isu
daya tanggap, keterwakilan, keadilan dan lain sebagainya.
Situasi ini tentu sangat berbeda dengan ap^y^ngteriadi pada
administrasi bisnis yang berorientasi utama pada profit tnotiue. Bahkan jika teriadi eksternalitas akibat transaksi bisnis
maka, terutama pada eksternalitas yang membahayakan
kepentingan umum, situasi ini pun masih dipikulkan kepada
administrasi publik.
Tiansaksi bisnis berlangsung dalam mekanisme pasar,
yakni bertemunya antarapermintaan dan penawaran. Administrasi bisnis biasanya dihadapkan pada pasar persaingan
bebas dalam melakukan transaksi barang dan jasanya, sementara administrasi publik justru tidak menghadapinya. Jauhnya
administrasi publik dari mekanisme pasar menyebabkan
timbulnya beberapa konsekuensi, yakni
:
pertama,
administrasi publik dimungkinkan untuk menyediakan barang
dan jasa yang tidak dapat ditawarkan oleh swasta. Barang
dan jasa seperti ini biasanya disebut sebagai collectiuelpublic
good. Kedua, kondisi ini mempersulit upaya unfltk menilai
dan mengevaluasi seberapa berharga dan efisiennya pelayanan
yang diberikan oleh administrasi publik.
Konsep kedaulatan juga memengaruhi perbedaan
antara administrasi publik dan bisnis. Kedaulatan berada di
tangan rakyat secara keseluruhan dan dijalankan melalui representatiue governrnent. Dalam kerangka ini maka administrasi publik merupakan public trust, sehingga administrator
publik merupakan wakil dari rakyat yang memegang
kedaulatan. Selain itu, tindakan administrator publik memiliki
kekuatan hukum, dan bahkan mempunyai kekuasaan koersif
atas nama pemerintah. Dengan demikian, administrator publik
tak dapat dielakkan lagi terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik, sehingga politik menjadi bagian yang
ffil
:_-T
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintaban Daerah
Kunci
tak terelakkan pula. Posisi ini tentu berbeda dengan manajer
di administrasi bisnis, yang menjalankan bisnis bukan untuk
kepentingan konsumen tetapi untuk para pemegang saham.
Ia tak dapat terlibat secara langsung dalam pembuatan kebijakan publik serta tentu ada jarak yang lebih jauh dari politik.
Ia juga tidak memiliki kekuatan memaksa kepada masyarakat.
Knowledge Management sebagai Titik Temu
Mutakhir
Rosenbloom (1989) dan Frederickson (1.997) tampaknya dengan tegas membedakan bahwa administrasi publik berbeda dari administrasi bisnis. Bagi Rosenbloom jelas bahwa
administrasi publik menyangkut tiga pendekatan di atas sehingga membedakannya dengan administrasi bisnis. Ia selanjutnya menyebutkan beragam fungsi dari administrasi publik
yang menyangkut: Organisasi, administrasi kepegawaian, anggar^n) pengambilan keputusan, dan analisis Ec evaluasi kebijakan. Dari penjelasan ini menjadi jelas di mana posisi dari
kebijakan publik dan teori organisasi, yakni merupakan core
fwnctions dalam ilmu administrasi. Penjelasan berikut hendak
memperjelas keterkaitan dua fungsi tersebut sehingga dapat
dimengerti gambaran pemetaannya.
Kebijakan publik menurut (Rist, 1995) berkaitan
dengan siklus kebijakan, yakni formulasi, implementasi, dan
akuntabilitas kebijakan. Rosenbloom justru lebih menitikberatkan kebijakan publik pada dua hal yakni analisis kebijakan
dan evaluasi kebijakan. Analisis kebijakan lebih memusatkan
perhatian pada output kebijakan dan dampak kebijakan. Pendekatan manajerial dalam evaluasi kebijakan lebih menitikberatkan pada efektivitas kebijakan, efektivitas biaya, ekoBAB 1 - KNOWTEDCE MANAGEMENT:
TitikTbmu Mutakhir Administrasi Publik dan Bisnis
nomi. Sementara pendekatan politik dalam evaluasi kebijakan
lebih memusatkan perhatian pada keterwakilan, daya tanggap, dan akuntabilitas. Pendekatan legal dalam evaluasi
kebiiakan lebih memusatkan pada equal protection, procedural due process, dan indiuidual igbts.
Meski Rosenbloom menitikberatkan pembahasan pada
analisis dan evaluasi kebijakan dalam kebiiakan publik, tidak
berarti ia meninggalkan implementasi kebijakan karena sebenarnya pembahasannya tentang fungsi-fungsi yattg lain, seperti
kepegawaian, pengambilan keputusan, anggaran, dan terutama organisasi merupakan titik berat atas implementasi
kebiiakan. Kaitan dengan hal ini tampaknya diielaskan oleh
Frederickson bahwa "public adtninistration .... more broadly
defined to include the administration or implernentation aspects of all forms and tnanifestations of collectiue public actiuity" (1,997:225). Selaniutnya ia mengatakan pula bahwa
"the task of public administration is to fficiently, economically, and equitably organize and manage the futt range of
public (gouemmental, quasi-gouemtnental, and non gouernmmtal) institutions" (1997 : 227). Lebihlaniut ia memperjelas
pula kaitan antara implementasi kebijakan dengan organisasi
*the scope of public administration is the implementation
z
of public policy, the effectiue organization and management
of public agencies, the nonpartisan aduocacy of public agencies' missions, and the maintenance of regime ualues for all
cit izens" (19 97 : 2281. Dengan demikian, jelaslah bahwa salah
satu aspek dari kebiiakan publik, yakni implementasi kebijakan publik banyak berkaitan dengan organisasi.
Selanjutnya, Rosenbloom menielaskan bahwa dalam
teori organisasi telah berkembang banyak teori, yakni: birokrasi, manajemen ilmiah, pendekatan hubungan manusiawi,
kepemimpinan, motivasi, dan pendekatan kontemporer yang
KNOWTEDGEMANAGEMTNT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
tak lain adalah pendekatan sistem. Pendekatan manajerial
dalam teori organisasi ditandai dengan perkembangan
POSDCORB-nya Gulick dan Urwick, operations management, dan MBO. Pendekatan politik dalam teori organisasi
banyak membahas pluralisme, otonomi, legislatiue connection, dan desentralisasi. Pendekatan legal terhadap teori
organisasi dipenuhi dengan isu kemandirian, pengelolaan staf
untuk ajudikasi. Sementara itu, Wilson (1"9891iustru menunjukkan dua hal penting dalam teori organisasi yang marnpu
menggambarkan perilaku birokrasi yang sesungguhnya. Dua
hal tersebut adalah : isu keorganisasian yang mencakup critical task, sense of mission, danautonontyi dan perspektif analitis organisasi, yakni : operator, manajer, dan eksekutif. Namun demikian, perkembangan teori organisasi tampaknya
tidak berhenti sampai di sini saja. Kini, teori organisasi telah
bergerak maju menuiu knoutledge tnanagetnent.
Arti pentingknowledge tnanagemenf ini semakin besar
ketika lingkungan semakin dinamis, persaingan global semakin meningkat, perubahan teknologi dan teknologi informasi
semakin cepat, serta tuntutan masyarakat yang semakin beragam dan cepat berubah. Dalam kerangka knoutledge management inilah teriadi perubahan orientasi strategi organisasi
dari market-based uiew menuiu resource-based uiew.
Pandangan kedua ini kini diyakini sebagai kunci keberhasilan
organisasi. Resource dalam hal ini dapat dibedakan menjadi
tangible or intangible resource (Hitt, et. al., 1999). Knouledge dalanhal ini merupakan intangible resource yang apabila
dikembangkan dan dikelola dengan baik akan mampu
menciptakan kapabilitas. Jika kapabilitas ini melekat dalam
diri karyawan suatu organisasi, maka ia dapat menjadi dasar
bagi terciptanya kompetensi. Jika kompetensi ini mampu
mendorong organisasi mencapai kinerja yang tak tertandingi
BAB 1 - KNOWTEDGE MANAGEMENT:
TitikTbmu Mutakhir Administrasi Publik dan Bisnis
oleh organisasi lain maka ia dapat dianggap telah menjadi
kompetensi inti.
Dalam kerangka knowledge managemenr inilah, tampaknya Choo (1998) menyarankan bahwa organisasi seyogyanya mengelola informasi dalam tiga arena, yakni sense
making, knoouledge creating, dan decision making (llhat
Gambar l). Sense making berkaitan dengan bagaimana
organisasi menafsirkan informasi dalam rangka mengonstrukdalam dan apa yang sedang
si makna tentang
^payangterjadi
dilakukan oleh organisasi. Knowledge creating berkenaan
dengan bagaimana organisasi mengkreasi pengetahuan dengan
mengemban gkan know I edge c onu er s ion (Nonaka & Thkeuchi,
1995), knowledge building (Leonard-Barton, 1995) dan
knoutledge linking (Badaracco, 1.991). Decision making
merupakan aktivitas tentang bagaimana organisasi memproses
dan menganalisis informasi guna memilih tindakan yang tepat.
Sense Making
q
v^
\$.,
t
97
Knowledge
Creating
New Knowledge
C.rpabilities
\?
Coal-Directecl,
Adaptive
Decision
Making
Gambar 1. Knowing Organization
Sumber: Choo, 1998
Bagaimana organisasi mengelola informasi dalam tiga
pada zaman sekarang sangat ditentukan keberhasilannya oleh cara memahami dan memanfaatkan teknologi informasi. Semula kemajuan teknologi informasi terpusat pada
aren
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
data, yakni pengumpulan, penyimpanan, pengiriman, dan pre-
sentasi. Ia lebih terfokus hanya pada pengembangan teknologinya saja bukan pada teknologi informasi. Kini kemajuan
teknologi informasi lebih mengarah pada aspek informasi yang
berada di dalamnya. Drucker (1999) mengungkapkannya sebagai : "from tbe "T" to the nlu in nITu. Ketika masih berpusat pada teknologi, perkembangan ilmu administrasi juga masih berkutat pada sistem informasi manajemen. Kini, setelah
terfokus pada informasi, maka informasi menjadi asset yang
sangat penting yang harus dikelola dalam kerangka knouledge management yang mampu mendukung pencapaian kineria
organisasi sehingga memiliki competitiue aduantage.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
sangat pesat telah mendorong percepatan globalisasi berbagai
aspek kehidupan. Kini, gagasan, barang, dan jasa dapat di-
transfer ke berbagai belahan dunia, sekaligus pula dapat
diserap dengan cepat. Tampaknya dengan kemajuan ICT (information (y communication tecbnology), dunia dapat dengan
mudah dipersatukan. Chandler (2000) menyebut globalisasi
sebagai akibat dari revolusi komunikasi ini. Akibat dari
kemajuan ini adalah semakin besarnya kapasitas informasi
yangdapat diserap dan ditransfer pasar dan media guna memperoleh akses terhadap umat manusia di seluruh penjuru
dunia.
Bagi Choo, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini membawa konsekuensi serius dan penting yang mendorong semakin dibutuhkan nya knowledge managemenf. Setiap brganisasi jika ingin mempertahankan daya saingnya mau
tidak mau harus mampu mengelola informasi. Manajemen
informasi ini dapat dimulai dengan melakukan sequence informasi, mulai dari information needs, information seeking, dan
BAB I - KNOWTEDGE MANAGEMENT:
TitikTbmu Mutakhir Administrasi Publik dan Bisnis
information zse. Pengelolaan informasi inilah yang kemudian
menjadi dasar bagi organisasi untuk mengelola sense making,laba knouledge creating, dan decision making. futi pentingnya informasi inilah yang dipermudah dengan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga ilmu administrasi
juga dapat berkembang pesat dalam memanfaatkan informasi
untuk mengembangkan knowledge rnanagement.
Simpulan
Meski terdapat perbedaan yang substansid antara administrasi publik dan bisnis, namun.terdapat pula persamaan
yang dapat menjadi titik tolak bertemunya dua bidang tersebut. Titik temu ini lebih berupa core functiozs dari ilmu
administrasi yang bersifat generic sehingga bisa diterapkan
di berbagai bidang. Meski terdapat kritikan keras bahwa sebenarnya tidak ada yang bisa berlaku geneic daiamilmu administrasi, namun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta globalisasi telah mendorong kebutuhan akan kemampuan inovasi suatu organisasi di berbagai bidang. Untuk
mendorong inovasi organisasi diperlukan adanya pengembangan core competence organisasi yang dapat diperoleh
melalui penerapan knoutledge rrutnagernenf. Kini, baik kaiian
administrasi publik maupun bisnis dapat dikembangkan menurj;u knowledge managernent untuk menghadapi tantangan
masa depan dan mencapai kinerja optimum berkelanjutan.
KNOWLEDGEMANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Kunci
(\ ft ft
-(
enarik sekali unruk menyimak apa yang diung-
f U,::*il]i42 #'J'Ji,'"'-'i:,*
ini
100 hanya berkisar
tahun. Usia
^o:?::: ;':#;z
jelas jauh
di bawah
t ata-r ata usia negara berdaulat yang mampu mempertahankan
kehidupannya selama sekitar 200 tahunan. Meski demikian,
kelangsungan hidup dua jenis organisasi ini masih sangat iauh
di bawah usia tujuh agamabesar di dunia, yakni Islam, Budha,
Tao, Kong Hu Cu, Hindu, Yahudi, dan Kristen. Mereka telah
berusia rata-ratalebih dari 1500 tahun. Bahkan pemeluk tujuh
agama tersebut secara keseluruhan mencakup leblh dai7|o/o
jumlah penduduk dunia.
Sajian tersebut sangar penting unruk diungkapkan sebagai f.akta awal untuk menguji berbagai strategi kontemporer
organisasi yang terus berkembang. Banyak strategi terlalu berorientasi pada tujuan jangka pendek dengan semara menekankan pencapaian efisiensi, maksimalisasi laba, perluasan
pasar, dan lain sebagainya. Persoalan mulai muncul ketika
aspek kelangsungan hidup (sustainability) meniadi runruran
yang mutlak harus diperhatikan dan dipenuhi oleh setiap
organisasi.
Kelangsungan Hidup Organisasi
Ada dua faktor yang dihadapi oleh organisasi yang menyangkut kelangsungan hidupnya. Pertama adalah perubahan
lingkungan bersaing, dan yang kedua adalah pengaruh kuat
dari nilai "shareholder". Tekanan kuat untuk beradaptasi dan
adanyatrunflrtan keunggulan bersaing telah menghasilkan periode perubahan dan reinvensi organisasi yang tak terbayangkan sebelumnya. Scott menyebut adanya tujuh gelombang
utama reinvensi yang telah terfadi selama ini, yakni gerakan
kualitas, dounsizing, kompetensi inti dan outsourcing, rekayasa, merjer dan akuisisi, komputerisasi jaringan, dan pemberdayaan.
Untuk menghadapi faktor penekan kelangsungan hidup
organisasi tersebut diperlukan kekuatan tertentu yang mampu
menciptakan dan menjaga kemampuan inti suatu organisasi.
Memasuki era global yang diikuti dengan turbulensi perubahan lingkungan, maka kekuatan tersebut berbasis pada
n (knoutledgel.
Huseini (1999) mengungkapkan bahwa ada pergeseran
dari pendek atan tnarket-based menuiu resource-based, dalam
menyusun kekuatan organisasi. Pendekatan kedua dapat
ditelusuri dalam tiga strategic resources dalam organisasi, yakni
tangible resources, intangible resottrces, dan uery intangible
resources, Ketiga sumber daya tersebut akhirnya iuga bermuara pada pengetahuan.
Senada dengan pandangan ini dikemukakan oleh Barton
(1995) yang menyimpulkan bahwa lingkungan yang berubah
dengan cepat dan yang akan berlangsung terus di masa depan
harus direspons dan dihadapi dengan mencari stabilitas yang
mendasari ketidakpastian yang terjadi. Stabilitas ini terletak
pada pengetahuan yang dimanifestasikan dalam kemampuan
inti (core capabilitie s'1.
pengetahua
tf;
i
i
L-=--J
t:l'iF
KNOWTEDCEMANAGEMENT
Kunci Sukses lnouasi Pemerintahan Daerah
I
Meski demikian, knowledge rnanagernent, yangsemula
diprakarsai lebih dari dua puluh tahun yang lalu dan berkembang pesat pada tahun "1.990-an, masih menyimpan sejumlah
masalah dan kebingungan. Kajian Zolingen, Streumer, dan
Stooker menuniukkan bahwa ada persoalan yang berkaitan
dengan proses manajemen pengetahuan, terutama pada proses
memperoleh, mengkodifikasi, dan mendiseminasi pengetahuan. Selain itu, yang lebih menarik lagi adalah hasil kajian
De Long dan Seemann yang mengungkapkan adanya kebingungan konsepsi dan konflik dalam praktik manajemen
pengetahuan.
Kebingungan dalam Manajemen
Pengetahuan
berikut ini diupayakan untuk mengurai dan memperjelas kebingungan konsepsi manajemen pengetahuan daripada konflik yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat fondasi pemahaman konseptual mengenai manajemen
pengetahuan sekaligus diharapkan dapat mengurangi potensi
masalah dan konflik dalam implementasinya.
Manajemen pengetahuan sering kali digambarkan sebagai pengembangan alat, proses, sistem, struktur, dan kultur
yang secara eksplisit meningkatkan kreasi, penyebaran, dan
pemanfaatan pengetahuan yang penting bagi pengambilan
keputusan. Definisi seperti ini dianggap luas sehingga sering
kali menimbulkan kebingungan dalam praktik dan memicu
konflik antar bagian dalam organisasi. Sumber kebingungan
konseptual berasal dua hal, yakni : dimensi konseptual manajemen pengetahuan, serta perspektif yang berbeda tentang
manajemen pengetahuan (De Long & Seemann,2000).
I-Jlasan
BAB 2 - MANAIEMEN PENGETAHUAN:
Kebing.rngan Prahtik dan Peta Kajian
Manajemen pengetahuan memiliki beragam dimensi
yang muncul karena keluasan dan kompleksitasnya sendiri
sehingga diskusi yang terjadi sering kali didasarkan pada
asumsi yang tak teruji, tingkatan analisis yang berbeda, deruiat
pengalaman yang beragam, serta tuiuan yang berbeda. Bahkan
iika orang-orang yang bekerja dalam bagian atau unit keria
yang sama membahas dan mempraktikkan manaiemen pengetahuan, maka potensi terjadinya kesalahpahaman tetap besar
karena tiap orang memiliki karakter pengetahuan yang berbeda yang ada di dalam benaknya.
Selain itu, pemahaman atas manajemen pengetahuan
setidaknya telah berkembang menjadi empat perspektif yang
berbeda. Perspektif ini menunjukkan adanya pengaruh kuat
peran seseorang di dalam organisasi ketika mengintegrasikan
manajemen pengetahuan dalam implementasi iangka paniang.
Berbagai perspektif tersebut adalah : perspektif strategi arau
kepemimpinan, yang teriadi ketika eksekutif senior memandang manajemen pengetahuan terutama sebagai cara untuk
menunjang pencapaian tujuan strategis dan persepsi pasar
modal atas intangible assets.
Perspektif praktik atau isi pengetahuan, ketika pandangan ini dipegang oleh manajer lini yang berpengalaman karena
ia sangat peduli dengan pengetahuan^p^y^ngharus dikelola
dan bagaimana pengetahuan tersebut diterapkan dalam praktik. Perspektif teknologi, yang didasarkan pada peran teknologi informasi yang memandang manajemen pengetahuan
sebagai suatu produk penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Perspektif rekayasa atau manaiemen perubahan,
yang biasanya dianut oleh para spesialis pengembangan SDM
dan organisasi, atau ahli internal dalam rekayasa proses bisnis
(BPR). Pandangan terakhir tersebut lebih menekankan pada
KNOWTEDCEMANACEMENT
kmci
Sukses
Inouasi Pemerintaban Daerah
perubahan dalam desain kerja, struktur organisasi, dan budaya
organisasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan.
Selain empat perspektif di atas, masih dimungkinkan
terjadinya kombinasi di antara beberapa perspektif tersebut
sehingga manajemen pengetahuan menghadapi banyak aspek
dalam tataranpraktis. Kondisi ini tentu memperlebar rentang
interpretasi yang semakin membingungkan baik secara konseptual maupun praktis.
Perbeda*n arfifara : Dak,
Infomasi, & Pengetahuan
.
Strate8ilKepmimptmn
o Konten Pengetahuan
.
.
Teknologi
Rckayas.i
I ldanajemen
Perubahan
.
A$umsi
o Tingkatan Anali:ls
r Pengalaman
. Tuiu&
Cambar 2. Peta Sumber Kebingungan dalam Praktik Manajemen
Pengetahuan
Jika disimak lebih mendalam, kebingungan tersebut berawal dari perbedaan penafsiran tentang makna pengetahuan
itu sendiri, sehingga berpengaruh terhadap kebingungan
dalam manajemeri pengetahuan. Persoalan akan selalu muncul
dan berkembang eskalasinya, jika antar pribadi yang terlibat
BAB 2 - MANAJEMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kaiian
dalam proses manajemen pengetahuan memiliki konsepsi dan
asumsi yang berbeda mengenai mang lingkup dan ienis pengetahuan. Kejelasan pada aras ini felas sangat penting karena
berpengaruh kuat bagi proses manajemen selaniutnya. Oleh
karena itu, pembahasan selanjutnya bertujuan untuk mengurangi kebingungan tersebut dengan memperjelas perkembangan konsepsi pengetahuan dan peta kaiian manaiemen pengetahuan.
Klarifikasi lstilah Pengetahuan
Terminologi pengetahuan sering kali dijumbuhkan
dengan data dan informasi. Jika tidak diperielas perbedaannya,
maka akan mengakibatkan kebingungan yang terus berkembang karena pemanfaatannya akan tumpang tindih dengan
banyak disiplin ilmu yang terfokus pada aras data dan informasi. Dengan mengacu pada pandangan Davenport, Prusak,
dan Peter Drucker, perbedaan antara data, informasi, dan
pengetahuan diielaskan dengan sangat baik oleh Zolingen,
Streumer, dan Stooker (2001). Data merupakan sekumpulan
fakta tentang keiadian yang bersifat obiektif dan diskrit.
Sementara informasi adalah data yang dilengkapi
dengan relevansi dan tuiuan. Data berubah menjadi informasi
ketika seseorang memberi makna terhadap data. Ketika seseorang menyampaikan makna tersebut, dari sudut pandangnya,
berarti ia telah mentransmisikan informasi. Seseorang disebut
membicarakan pengetahuan ketika informasi telah mendapat
tempat dalam kerangka acuan pengguna sehingga pengguna
tersebut menghubungkan tindakannya dengan kerangka acuan
tersebut.
14
t"j'
l-
I(NOWTEDGEMANAGEMENT
IQtnci Sukses lnouasi Pemerintahan Daerah'
Buckley
&
Carter (2000) lebih menyukai pandangan
yang mengungkapkan b ahwa data,informasi, dan pengetahuan
merupakan suatu hierarki yang meningkatkan makna, kedalaman, dan relevansi terhadap tindakan. Informasi merupakan
data yang ditafsirkan, dengan makna yang tidak dimiliki oleh
data sederhana. Sementara pengetahuan merupakan informasi terstruktur, yang mengungkap keterkaitan, wawasan dan
generalisasi, yang tidak dimiliki oleh informasi yang sederhana.
Gambar 3. Hierarki Data, Informasi, dan Pengetahuan
Istilah pengetahua n (knoutledge) y angsemula dipahami
oleh para filosof barat (dimotori oleh Plato) adalah iustified
true beliefs. Namun demikian, Nonaka dan Thkeuchi mengkritik konsep tersebut sebagai terlalu rasional dan berasal
dari proses mental ideal yang mengenyampingkan hasil pengalaman indrawi. Konsep tersebut gagal dalam menyentuh dimensi pengetahuan yang be'rsifat relatif, dinamis, dan humanistis (Nonaka, Toyama, Ec Konno,2000). Konsep Barat tersebut hanya mengakui pengetahuan yang bersifat eksplisit,
sementara pengetahuan pada saat yang bersamaan iuga mencakup tacit knoutledge. Thcit berarti sesuatu yang tidak dengan
BAB 2 - MANAIEMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kaiian
mudah dilihat dan diekspresikan. Ia berakar dalam tind4kan
dan pengalaman pribadi, seperti halnya dambaan, nilai, ataupun emosi. 'Wawasan dan intuisi subjektif juga masuk dalam
kategori ini. Pengetahuan tacit sangat bersifat pribadi dan sulit
diformalisasikan (Nonaka dan Thkeuchi, 1,995).
Davenport dan Prusak (dalam Zolingen, Streumer, dan
Stooker, 20011 mengungkapkan bahwa pengetahuan bersifat
personalized dan dipengaruhi oleh banyak hal. Ia merupakan
ramuan cair dari pengalaman berkerangka, nilai, informasi
kontekstual, wawasan ahli yang memberikan kerangka keria
untuk mengevaluasi dan menggabungkan pengalaman baru
dan informasi. Dalam organisasi, pengetahuan sering kali
melekat tidak hanya di dalam dokumen, tetapi juga rutinitas,
proses, praktik, dan sekaligus norma keorganisasian. Dalam
hal ini ada pengakuan bahwa pengetahuan merupakan realitas
yang dikonstruksi secara sosial, dipengaruhi oleh kepercayaaln
dan nilai pribadi, ditempa dalam irama sehari-hari, dan dapat
dilihat dari produk dan jasa organisasi. Dengan demikian,
pengetahuan memanglah rumit karena bersifat perorangan,
sehingga menyulitkannya untuk distandardisasi dan disebarkan secara efektif kepada yang lainnya.
Pengertian yang lebih moderat dan sekaligus mengakui
kedua jenis pengetahuan tersebut (tacit dan explicit\ sekaligus
mengakui bahwa ia merupakan kekayaan dari sebuah organisasi disampaikan oleh Scott (2000), yang mendefinisikannya sebagai the collectiue intellectual assets of employees.
Scott menandaskan bahwa pengetahuan berbeda dengan data
dan informasi. Bank-data ada di dalam server, rak, maupun
tempat penyimpanan arsip lainnya. Ia tidak membuat pintar
organisasi. Data hanyalah benda mati. Ia merupakan sebuah
artefak. Sementara pengetahuan merupakan aset abstrak yang
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Pemerintahan Daerab
Kunci
tersimpan di dalam benak orang-orang di dalam organisasi.
Orang-oran g y ang b erp engetahuan (kn o w I e dgab I e p e op I e)
inilah yang membuat pintar organisasi. Mereka merupakan
kekuatan utama organisasi dalam menghadapi berbagai rupa
dan kecepatan perubahan di masa depan.
Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa konsepsi
pengetahuan bisa menimbulkan masalah tersendiri dalam
manajemen pengetahuan. Dari uraian di atas, semakin jelas
bahwa pengetahuan adalah hal yang berbeda dari data dan
informasi meskipun masih juga terkait dengannya. Pengetahuan mencakup dua jenis, yakni tacit dan etcplicit.Ia bersifat
pribadi dan melekat dalam berbagai hal dalam organisasi.
Pengetahuan juga merupakan aset utama bagi organisasi.
Kejelasan mengenai konsepsi pengetahuan ini dapat membantu mempermudah proses praktik manajemen pengetahuan, meskipun tidak berarti mampu menyelesaikan seluruh
permasalahanyang ada.
Peta Kajian Manajemen Pengetahuan
Selanjutnya perlu dibahas mengenai peta kajian manajemen pengetahuan yang telah dan terus berkembang. Manajemen pengetahuan telah didiskusikan dalam beragam disiplin.
Ia bukan merupakan disiplin tersendiri namun berupa sekumpulan masalah yang didekati dengan carayangberbeda dalam
tradisi yang berbeda pula. Banyak sekali penyumbang bagi
literatur manajemen pengetahuan. Akibatny^, t^npa taksonomi yang jelas atas beragam kajian, penelitian, dan praktik
tersebut tentu akan membingungkan baik bagi merekayang
hendak mendalami bidang ini maupunyang hendak memprak-
tikkannya.
BAB 2 - MANAJEMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kajian
Ilkka Tuomi (19991telah membantu mengurangi kebingungan tersebut dengan melakukan taksonomi yang sangat
bermanfaat untuk memetakan literatur manajemen pengetahuan. Ia mengungkapkan bahwa manajemen pengetahuan
dapat didekati dari tiga arah yang berbeda. Yang pertama menekankan pada kognisi dan kecerdasan organisasi; yang kedua
pada strategi dan pengembangan organisasi; dan yang terakhir
menekankan pada sistem informasi organisasi dan pemrosesan informasi. Tiromi sendiri mengakui bahwa pembagian
tersebut tidaklah bersih dan masih memungkinkan teriadinya
tumpang tindih, namun pengelompokan ini memiliki tradisi
penelitiannya sendiri yang tidak selalu dikenal dengan baik
di luar batas-batas disiplinnya sendiri.
Disiplin pertama, yakni kecerdasan organisasi (organizational intelligence) diartikan sebagai cara organisasi dan
anggotanya mempersepsi, memahami, dan mempelajari lingkungannya. Dengan menggunakan metafora kecerdasan,
dapat ditelusuri beragam tradisi penelitian yang masuk dalam
perspektif ini telah terpusat pada persepsi, sense making,pembelaiaran, dan memori organisasi
Fokus persepsi memiliki tradisi penelitian kecerdasan
bersaing (cornpetitiue intelligencel, yang berarti cara
organisasi mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai situasi persaingan dan pengembangan pasar. Tindakan
yang cerdas dilihat sebagai hasil dari akuisisi, kategorisasi,
distribusi, dan penggunaan informasi secara efektif. Selama
ini, tugas tersebut diorganisasikan di seputar unit perencanaan
strategis, pusat pelayanan informasi, dan unit inteligensi bisnis
terspesialisasi. Perkembangan terakhir, iaringan kerja inteligensi bisnis telah dikonseptualisasi sebagai jaringan terpencar
yang mengumpulkan dan memproses rumor, memberi akses
terhadap sumber pengetahuan eksternal dan internal, serta
KNOWTEDCE MANAGEMENT
Suhses Inouasi Pemerintahan Daerah
ktnci
memberikan informasi analisis bagi pengambilan keputusan
strategis. Beberapa contoh kajian yang termasuk dalam tradisi
penelitian ini adalah Aguilar (1.957), Porter (1980), Ghoshal
6c'Westney (1,991), Stanat (1,990), Fuld (1996), Gilad 6c Gilad
(1988), dan Choo (1,998a).
Fokus sense making memiliki tradisi penelitian kognisi
manajerial dan organisasi yang secara eksplisit mengadopsi
pandangan kognitif terhadap organisasi. tradisi penelitian ini
berdasarkan pada penelitian dalam s ense making,kategorisasi,
dan struktur pengetahuan manusia. Thadisi ini dipengaruhi
oleh psikologi sosial (yang berdampak kuat pada penelitian
organizational sense making) dan cognitiue science (pada
penelitian model dan peta mental bersama dalam organisasi).
Literatur dalam'bidang ini sangat banyak dan berkembang
'Weick (1.995),
dengan cepat. Contohnya antara lain :
Daft &
Lengel (1.984), Bougon (1,992), Lyles & Schwenk (1992),
Dutton (1993), Thomas & McDaniel (1990), Sims 6c Gioia
(1,986), Spender (1.989), dan Sparrow (1998).
Fokus memori mempunyai tradisi penelitian organizational lnernory yang kini dipergunakan secara luas dan dapat
didekati dari beberapa tradisi penelitian yang mandiri dan
berbeda, mulai dari sudut pandang sistem informasi, pengembangan sumber daya manusia, inteligensi bisnis, dan organizational unJearning and routines. Hasilnya, metafora dan
konstruk memori organisasi mempunyai penafsiran ganda.
Penggunaannya pun bervariasi di antara tradisi penelitian tersebut. Sebagai contoh, beberapa peneliti menghubungkan memori organisasi dengan database sementara yang lainnya menghubungkannya dengan individu, aktivitas organisasi, maupun
budaya. Tuomi (1,999) menyarankan bahwa secara ontologis,
memori organisasi seharusnya dibatasi dalam konteks kecerdasan organisasi. literatur yang menjadi contoh dalam tradisi
BAB 2 - MANAIEMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kajian
penelitian ini meliputi: Walsh & Ungson (L991'), Stein 6c
Zwass (1995), El Sawy, et.al. (1985), Tuomi (1,993b), Kuutti
& Virkkunen (1995), Morrison (L993), Huber (1990), Orr
(1990), Neustadt & May (1986), Douglas (1,987), Nelson 6c
Winter (1.982).
Fokus pembelajaran mempunyai tradisi penelitian yang
beragam dan berhubungan dekat dengan pendekatan kognitif
dalam manaiemen pengetahuan. Sering kali sulit untuk membedakan pembahasan atas manajemen pengetahuan dengan
pembelajaran organisasi, karena mereka memerhatikan
kurang lebih pada masalah yang sama. Suatu topik inti dalam
manajemen pengetahuan, yakni kreasi pengetahuan, juga
merupakan isu sentral dalam pembelajaran organisasi. Suatu
topik utama pembelajaran organisasi, yakni difusi inovasi dan
praktik keorganisasian, juga merupakan masalah utama dalam
manajemen pengetahuan. Seseorang dapat dengan mudah
berargumentasi bahwa pembelaiaran organisasi merupakan
satu bidang kunci dalam teori manajemen pengetahuan, dan
bahwa organisasi pembelajaran merupakan organisasi yang
mengelola proses pengetahuannya.
Kontribusi teoretis terhadap pembelajaran organisasi
dapat dikategorisasikan berada dalam disiplin kecerdasan
organisasi. Tetapi ia iuga terkait erat dengan disiplin pengembangan organisasi, termasuk pengembangan strategi, pengem-
bangan proses, dan pengembangan sumber daya manusia.
Pembelaiaran organisasi dalam disiplin kecerdasan organisasi
dapat didekati dari empat arah, peftama menekankan pada
munculnya gagasan dan desain baru dari eksplikasi racrr
knouledge (Nonaka & Thkeuchi,1995); kedua mengadopsi
pandangan sistem terhadap kemampuan yang mendasari pembelafaran organisasi, yang mengakui bahwa organisasi menjadi
organisasi pembelajaran jika ia mengelola proses pembelajaran
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
ktnci
dan mengembangkan systems thinking (Espejo, 1996); ketiga
memusatkan pada rintangan perilaku dan kognitif atas
pembelajaran (Argyris, 1993; Schon, 1983; Schein, 1,993);
keempat mendekati pembelajaran dari perspektif sosial, budaya, dan perkembangan, dengan memusatkan perhatian pada
mekanisme sosial yang mendasari pembelajaran (Brown &
Duguid, 1.991). Literatur penting lainnya dalam fokus ini
adalah Senge (1.990), Levit & March (1988), March (1.994),
Garvin (1993),Starbuck (1992),Kanter (1988), Daft 6c Huber
(1987), dan Miettinen (1998a).
Disiplin kedua, pengembangan organisasi mendekati
manajemen pengetahuan dari perspektif yang lebih analitis
dan intervensionis. Beberapa fokus yang termasuk dalam disiplin ini adalah : manajemen aset pengetahuan, pengembangan kerja dan sumber daya manusia, kompetisi berbasis pengetahuan, dan pengembangan proses.
Fokus manajemen aset pengetahuan berusaha memahami pengetahuan sebagai suatu sumber daya serta berupaya
memahami nilai dari aset pengetahuan di dalam organisasi.
tradisi penelitian yang tercakup dalam fokus ini ada dua, yakni
ekonomi pengetahuan, dan modal intelektual (intellectual
chpital). Literatur yang termasuk dalam kategori ekonomi
pengetahuan meliputi antara lain Tobin (1.9781, Romer
(1,9 98 a),Arthur (1,9 89), David ( 1 9 8 5 ), Stoneman ( 1 995
), Earl
(1996), Strassmann (1,998). Sementara karya yang termasuk
dalam tradisi modal intelektual adalah Sveiby (1.997),Edvinson
& Malone (1,997), Dow Chemical (1994), Srewart (1997),
Brooking (1996'), Lynn (1998), Srivastava (1998\, Roos 6c
Roos (1997), Klein (1998).
Sementara itu, fokus pengembangan sumber daya manusia memiliki dua tradisi penelitian. Pertama, pengembangan
keterampilan dan kompetensi yang meliputi literatur : SackBAB 2 - MANA'EMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kaiian
mann, Flamholtz & Bullen (1989), Dawson (1994), dan
Miller (1996). Kedua, pengembangan keria berbasis pengetahuan, yang mencakup pengembangan tim kerja, budaya
organisasi dan praktek kerja yang mendukung inovasi dan
kreativitas. Semua ini dipandang sebagai faktor kunci bagi
keberhasilan organisasi. contoh literatur yang masuk tradisi
ini adalah : Humphrey (19871, Katzenbach & Smith ('1993),
Amabile (1988), Kanter (1988), Leonard-Barton (1995),
Leonard & Sensiper (1998), Engestrom (1987,1999), Virkkunen, Helle, & Poikela (1997), Miettinen & Hasu (1997).
Fokus berikutnya adalah kompetisi berbasis teknologi
yang telah mendekati manajemen pengetahuan dari tingkatan
analisis keorganisasian. Tiadisi penelitian dalam fokus ini berkisar pada strategi bisnis dan desain organisasi. Contoh kary^ yang termasuk dalam tradisi ini adalah Burns 6c Stalker
(1,994) yang mendiskusikan peningkatan inovasi dan pengetahuan dengan memusatkan perhatian pada stnrktur organisasi
dan manaierial yang mendukung inovasi organisasi. Senada
dengan hal tersebut, Bartlett 6c Ghoshal (1989), serta Gupta
& Govindanian (1991) membahas pembagian karyawan diantara unit bisnis yang beragam dalam satu perusahaan, dan
cara perusahaan multinasional seharusnya mengorganisir arus
pengetahuannya. Selain itu, pendekatan berbeda dari karya
berpengaruhnya Hamel dan Prahalad (1990) telah mempopulerkan gagasan mengenai organisasi yang bersaing berdasar
kemampuan yang dimilikinya. Karya lain yang masuk dalam
fokus ini antara lain Jarillo & Martinez (1990\, Egelhoff
(19821, Quin (1992), Hedlund (19941, Savage (1996), Klein
& Kass (1,99 L),Stalk, Evans, 6c Shulman (19 92), dan Nahapiet
8c Ghoshal (1995).
Fokus terakhir dari disiplin pengembangan organisasi
ini adalah pengembangan proses yang berupaya memusatkan
KNOWTEDGE MANAGEMCNT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerab
Kunci
perhatian pada aspek aktivitas pengetahuan di tingkat organisasi. Tiadisi penelitian yang termasuk dalam fokus ini adalah
BPR (Business Process Reengineering) dan TQM (Total Quality Management). Literatur yang dikategorikan ada dalam
tradisi penelitian ini termasuk diantaranya Davenport (1993),
Sviokla (1,996l,Imai (1989), dan Garvin (1988).
Disiplin yang ketiga adalahpemrosesan informasi pada
tingkatan organisasi. Meskipun pembahasan struktur keorganisasian diarahkan pada tingkatan makro dari arus informasi organisasi, secara lebih ekstensif hal ini dibahas dari
sudut pandang aliran pesan pada tingkatan mikro. Sebagai
kebalikan dari struktur padatingkatan makro, pandangan ini
memusatkan perhatian pada pola komunikasi dalam suatu
organisasi (lihat Teece, 2000). Tuomi (7999) menandaskan
bahwa disiplin ini menekankan fokusnya pada komunikasi
organisasi, pembagian informasi (sharing), dan pemrosesan
informasi. Khusus untuk dua fokus terakhir, manajemen
pengetahuan terkait erat dengan sistem informasi.
Fokus komunikasi organisasi telah menerima perhatian
yang sangat berarti, dengan meliputi tradisi penelitian aliran
informasi, jaringan kerja komunikasi informal, dan otomasi
aliran kerja. Karyayangberkenaan dengan iaringan kerja informal telah mengarah pada minat susunan ruangan kantor
yang memberikan peluang bagi terciptanya pertemuan acak
antarmanusia. Literatur tersebut mencakup : Allen & Cohen
(1,969), Granovetter (1973), Kreiner & Schultz, (1,993).
Sementara itu, penelitian tentang komunikasi organisasi dan
penyampaian pesan telah mempengaruhi tradisi lain, yakni
desain sistem komunikasi bermediasi komputer dan otomasi
aliran kerja, dengan contoh literatur : Flores, Graves,
Hartfield, & Winogard (1988), Malone, Grant, et.al., ('1.987),
dan Sproull & Kiesler (1,991). Contoh karya lain yang masuk
BAB 2 -MANAIEMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kaiian
dalam fokus ini adalah : Harasim (1,993), Stohl & Redding
(7987), O'Reilly, et al. (1987\, Stevenson & Gilly (19911,
Huber & Daft (1987), Zack (1993), Panko (1.992), Mumby
(1988), dan Goldhaber (1993), serta Biemans (1995).
Beberapa tradisi penelitian mengembangkan alat unftk
membantu fokus pembagian (sharing) informasi baik di dalam
maupun di antara organisasi. alat ini dimaksudkan untuk
diterapkan dengan menggunakan sistem informasi. Thadisi penelitian yang termasuk dalam fokus ini adalah sistem kolaborasi, pemodelan perusahaan, representasi data, dan representasi pengetahuan. tadisi yang terakhir ini menarik
karena dimaksudkan untuk membantu mewakili pengetahuan
manusia dalam bentuk yang dapat diproses oleh komputer.
Hal ini telah dipelajari secara khusus dalam intelijensia artifisial dan konteks sistem pakar yang ditunjukkan oleh karya
(1.990). Banyak
Boose (1985), Gaines (1994\, Lenat, et
^1.fokus ini, antar^
literatur yang dapat dikategorikan dalam
lain: Ciborra (7996), Morrison & Liu Sheng (1,992), Morrison ( L 993 ), Boland, et al. (199 4), Schrage ( 1 990), Jarvenpaa
& Ives (1994),Favela (1,997\,Marshak (1995), Frost (1986),
Steels (1993), Bobrow 6c'S?inograd (L977), Shaw Ec'Woodwald (L990), Lamersdorf, et al (1988), Katz (1990), Martin
(7998), dan Batini et al. (1992\.
Fokus yang ketiga dalam disiplin pemrosesan informasi
organisasi adalah pemrosesan informasi, yang dilaksanakan
dalam konteks pemrosesan otomatik informasi untuk mendukung pengambilan keputusan organisasi. Fokus ini bermula
dari tradisi penelitian sistem informasi manajemen (misalnya
Gorry 6c Scott Morton, 1,971\,lalu perhatian beralih pada
sistem pendukung keputusan (Decision Support Systeml dm
kemudian pada ssitem informasi eksekutif (Executiue Infor-
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Kunci
tnation System). Gagasan yang mendasari semua tradisi ini
adalah bagaimana menggunakan komputer untuk memproses
informasi sehingga ia dapat dipergunakan untuk mendukung
manajemen organisasi.
Perkembangan terakhir menunjukkan adanya minat
nyata terhadap penemuan berbasis komputer dan terhadap
penyaringan pengetahuan, seperti misalnya pengilangan informasi (information refineries) dan penambangan data (d^ata
mining). Literatur yang dapat dikategorikan masuk dalam
fokus ketiga ini antara lain : Rockart & Delong (1988),
'Watson,
et al. (1991,7993), !7alls et al (1,992), Benbasat &
(1990),
Naul
Ramaprasad (1987), Millet & Mawhinney
(1.992), 'Watterson (1.994), Gibson (1991), Fjermestad, er al.
(1.993), Silver (1991), Michie (1983), dan Schmitz, et al.
(1,990).
Setelah menyimak peta kajian manajemen pengetahuan
yang telah berkembang tersebut, maka semakin mudah untuk
dipahami betapa luas dan kompleksnya cakupan dari disiplin
manaiemen pengetahuan ini. Peta kajian ini mempermudah
mereka yang berusaha mengembangkan manajemen pengetahuan baik dalam aras praktek maupun teoritis. Peta ini juga
dapat mengeliminasi kebingungan yang muncul akibat begitu
banyaknya literatur yang mematok istilah yang sama, yakni
manajemen pengetahuan.
Bagi para akademisi, peta tersebut membantu mereka
untuk mengambil spesifikasi rertenru yang hendak dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang dialami. Bagi praktisi, peta
tersebut membantu mereka memilih dan memilah bidang atau
pendekatan apayanghendak mereka pergunakan dalam membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi.
BAB 2 - MANA'EMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kaiian
Namun dibalik ini semuq masalah belumlah usai karena
tidaklah mudah mengintegrasikan semua kaiian tersebut ke
dalam satu disiplin yang utuh' sehingga menghasilkan pendekatan yang lebih komprehensif bagi manaiemen pengetahuan.
Perlu pula disadari bahwa latar belakang munculnya begitu
banyak kaiian, pendekatan, dan tradisi penelitian sep€rti yang
diungkapkan diatas disebabkan oleh beragam dan kompleksnya persoalan praktek yang ada yang ternyata didekati melalui
cara yang berbeda pula (lihat pula Scarbrough & Swan, 2001).
Keberagaman ini berarti menunjukkan adanya solusi Pengetahuan yang berbeda-beda terhadap persoalan Pengetahuan
yang berbeda pula. Hal ini bisa ditafsirkan pula sebagai
banyaknya alternatif bagi pemecahan masalah sekaligus adanya peluang yang beragam bagi pencapaian tujuan organisasi.
Tabel 2. Taksonomi Manaiemen Pengetahuan
Ear
.EE
E.$
Organizational Leaming
$E
oE
IU
E
CL
E
€J
6
c
.:E
G
N
c|!
EO
o
ManagenEnt of
Knowledge As*ts
Human Renurce
and Work
Development
r
o
r
o
o
.
r
o
r
Knowledge Creation
Transfer of Expertise and Innovation
Economics of Knowledge
lntellectual
Human Resource Accounting
Skill Management
Creativitv,
Innovation,
Developmental Work Research
Business Strategy,
Business Process Reengineering
KNOWIEDCEMANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintab an Daeruh
Organizational
Communication
lnformation
€r
r
.!F9?
$€E
Sharing
Information
Processing
r
.
o
.
o
r
o
o
o
o
o
o
lnformation Flows
lnformal Communication Networks
Workflow Automation
Collaborative Systems
Enterprise Modelling
Data Representation
Knowledse Reoresenti
Managernent lnformation System
Executive Information Svstem
Decision Support System
InformationRefineries
Data Mining
Sumber: Diadaptasi dari llkka Tuomi, 1999
Penutup
Kelangsungan hidup organisasi merupakan isu vital yang
dihadapi oleh organisasi dengan beragam sikap dan tindakan.
Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam menghadapi persoalan kelangsungan hidup ini, yakni market-based dan resource-based. Bagi pendekatan yang kedua ini, pengetahuan
merupakan faktor kunci dalam menempa kemampuan inti
organisasi dalam menghadapi perubahan yang terus berlangsung dengan arah yang tak terduga di masa depan.
Namun demikian, terdapat persoalan dan kebingungan
yang terjadi dalam praktiknya baik yang menyangkut konsepsi
pengetahuan itu sendiri maupun praktik manajemen pengetahuan. Selain itu, semakin luas dan kompleksnya kaiian
manaiemen pengetahuan dapat memperparah kebingungan
tersebut. Alternatif solusinya adalah: pertama, melakukan klarifikasi atas konsepsi pengetahuan; dan yang kedua, mengu-
BAB 2 - MANA'EMEN PENGETAHUAN:
Kebingungan Praktik dan Peta Kaiian
l--r
U*tr
-..L
l
payakan pemetaan atas hasil kajian manajemen pengetahuan
yangada selama ini. Manfaat dari upaya ini tentu menyediakan petunjuk bagi praktik manaiemen pengetahuan dan
arahan bagi solusi atas persoalan pengetahuan dalam organisasi, serta memberikan peta peluang bagi pengembangan teori
manajemen pengetahuan.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
inovasi sebagai basis keunggulan bersaing
konsep yang lebih akrab dibahas dan
gerupakan
'4
\,/dikembangkan di sektor bisnis pada dekade terakhir ini. Irrovasi di sektor publik kurang sepopuler di sektor
bisnis. Kajian inovasi dikembangkan seiring dengan upaya
menjaga dan bahkan mengembangkan kemampuan bersaing
(competitiue aduantage) sebuah organisasi. Kemampuan ini
dianggap penting untuk menjaga kelangsungan hidup
organisasi. Dalam situasi organisasi yang hidup dengan
1r/onsep
mengandalkan semata comparatiue aduantage dan pada saat
yang sama situasi kompetisi kurang tampak maka konsep
inovasi kurang berkembang dengan baik. Hal yang sama iuga
terjadi pada organisasi yang tidak mengkhawatirkan sama
sekali masalah kelangsungan hidupnya.
Banyak organisasi sektor publik yang kurang tertantang
karena berada dalam iklim nonkompetitif dan bahkan tidak
merasa bermasalah dalam hal kelangsungan hidupnya. Dalam
situasi seperti ini maka wajar apabila konsep inovasi kurang
berkembang di organisasi sektor publik. Namun demikian,
perubahan yangteriadi dalam proses administrasi negara menuntut banyak hal lain juga turut berubah. Desentralisasi di
era reformasi telah mendorong semakin kuatnya otonomi
daerah sehingga keanekaragaman dalam pelayanan publik dan
pembangunan menjadi suatu keniscayaan. Dorongan untuk
menyelenggarakan pemerintahan daerah yang efektif dan
ancaman penghapusan daerah otonom yanggagaldalam meniamin kesejahteraan rakyat telah menjadi ancaman bagi
kelangsungan hidup organisasi publik (dalam hal ini adalah
institusi daerah otonom). Selain itu, desentralisasi pada saat
yang sama telah mendorong adanya kompetisi antar daerah
otonom guna menarik investasi dan mengembangkan daya
tarik ekonomi. Ini semua dilakukan untuk meningkatkan keseiahteraan masyarakat. Dalam kondisi seperti ini maka dapatlah dikatakan bahwa iklim kompetisi mulai menggeliat di
sektor publik.
Basis Keunggulan Bersaing
Untuk meningkatkan keunggulan bersaing sebuah
organisasi, secara teoretis telah ada kajian yang cukup panjang
yang dimulai seiak awal berdirinya administrasi sebagai ilmu.
Awalnya diyakini bahwa organisasi yang akan memenangkan
persaingan adalah organisasi yang mampu menjamin efisiensi
administrasi. Konsep efisiensi yang semula dipahami di sektor
publik adalah upaya untuk mencapai tujuan (efektivitas)
dengan memanfaatkan sumber dayayangterbatas. Di sektor
bisnis, efisiensi iustru dijadikan nilai strategis untuk memenangkan persaingan agar perusahaan yang satu lebih unggul
daripada perusahaan yang lain. Namun demikian, perialanan
waktu menunjukkan bahwa perlombaan memajukan efisiensi
semata tidak menjamin keunggulan bersaing karena masa
selanjutnya persaingan dimenangkan oleh perusahaan yang
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Kanci
Sukses
lnouasi Pemerintahan Daerah
mampu menampilkan produktivitas yang lebih baik. Apa yang
dilakukan Perusahaan Mobil Ford saat mampu memproduksi
secara massal mobil model T merupakan bukti bahwa
produktivitas mampu memenangkan persaingan jika digabungkan dengan tisiensi. Tahun 50an merupakan era keemasan studi-studi tentang produktivitas. Produktivitas kinerja meniadi sangat penting di era tersebut bahkan diajarkan di
berbagai universitas ternama di dunia termasuk pula di sektor
publik.
Era berikutnya menunjukkan bahwa produktivitas semata tidak menjamin keunggulan bersaing. Perhatian terhadap
kualitas mengalihkan perhatian praktisi dan teoretisi administrasi dari sekadar efisiensi dan produktivitas. Produksi skala
besar belum tentu menjamin kualitas yang terkendali sehingga
gerakan ke arah kualitas prima dari produk dan jasa meniadi
perhatian besar pada tahun t970-1.980an. Perhatian ini
ditandai dengan berkembangnya kajian tentang Total Quality Management (TQM), Kaizen, Gemba Kaizen dan yang
senada dengan hal tersebut. Tokoh utama dalam gerakan ini
seperti Juran, Deming, Imai menjadi sangat populer karena
kontribusinya dalam mendorong gerakan kualitas di berbagai
penjuru dunia. Ancangan kualitas ini berkembang ke berbagai
sektor khusus seperti yang tampak dari kaiian-kajian special
seperti total quality product dan juga merambah di sektor
iasa dan diadaptasi di sektor publik menjadi total quality seruice. Instntmen yang selanjutnya berkembang pada isu yang
terakhir tersebut terkenal dengan label seruqual (seruice quality) yang dikembangkan oleh Zeithaml.
Era selanjutnya iuga menunjukkan bahwa kualitas produk dan jasa iuga pada akhirnya tidak menjamin kemampuan
memenangkan kompetisi ketika semua organisasi juga me-
miliki perhatian terhadap kualitas. Era 1980-1990an
menandai berkembangnya kemampuan organisasi beradaptasi
dengan lingkungan sebagai basis keunggulan bersaing. Adap-
tasi terhadap perubahan lingkungan organisasi dianggap
sebagai kunci kelangsungan hidup organisasi sekaligus basis
keunggulan bersaing. Tokoh-tokoh kunci dalam era ini adalah
Geert Hofstede dan Edgar M. Schein. Para ahli ini mengembangkan teori budaya organisasi sebagai dasar utama
mengembangkan kemampuan adaptasi organisasi. Hofstede
dengan kuat berusaha menyadarkan para pihak yang terlibat
dalam organisasi transnasional untuk melakukan adaptasi
terhadap budaya yang hidup di sebuah negara. Hanya dengan
cara ini, organisasi akan mampu beradaptasi dengan perubah-
dn, kebutuhan, dan kecenderungan di tempat tersebut sehingga akan memenangkan persaingan. Pada saat yang sama,
Schein mengembangkan kemampuan adaptasi yang berbasis
internal organisasi tersebut. Kemampuan tersebut berasal dari
budaya organisasi itu sendiri yang harus diperkuat sehingga
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mampu memunculkan sinergi kekuatan internal
dalam berinteraksi dengan lingkungan luarnya. Turbulensi perubahan lingkungan hanya akan berhasil diatasi dengan
kemampuan adaptasi yang tinggi.
Pada era berikutnya adaptasi dianggap juga tidak memadai' dalam mengembangkan keunggulan bersaing karena
menempatkan posisi organisasi untuk sekadar menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan tidak mengambil langkah proaktif
membentuk lingkungan. Kemampuan yang terakhir inilah
yang dikembangkan oleh banyak organisasi untuk memenangkan persaingan. Kemampuan membentuk lingkungan
didasarkan pada kemampuan organisasi dalam melakukan
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Pemerintahan Daerah
Klnci
inovasi sehingga produk dan jasa yang dihasilkan sebuah orga-
nisasi dapat diterima oleh lingkungan. Banyak kebutuhan
manusia yang belum terpenuhi oleh penawaran yang ada
sekarang, dan pada saat yang sama kebutuhan manusia bukanlah hal yang'statis namun bersifat dinamis karena terus berubah seiring dengan berkembangnya waktu. Dinamika kebutuhan manusia inilah yang terus dibentuk oleh produk inovatif
organisasi. Era 1,99 0-2000an ini ditandai dengan berkembangnya kajian knou.,ledge /nanagernenf (manajemen pengetahuan)
yang mengedepankan pengelolaan pengetahuan sebagai dasar
pembentukan core cornpetence (kompetensi inti) sehingga
organisasi dapat mengembangkan daya inovasinya yang sulit
ditiru oleh organisasi lainnya. Jika hal ini dimiliki maka bisa
dipastikan bahwa organisasi tersebut memiliki keunggulan
bersaing. Tokoh-tokoh urama dalam gerakan ini adalah peter
M. Senge (yang terkenal dengan bukunya yang fenomenal
the Fifth Discipline),Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Thkeuchi
(Knoutledge Creating Company), Dorothy Leonard Barron
(Wellsprings of Knowledge), Illka Tuomi (Corporate Knowledge), Chun Wei Choo (Knouing Organization) dan masih
banyak lainnya.
Cambar 4.
Basis
Keunggulan
Bersaing
Tidak seperti halnya di sektor bisnis ketika inovasi dipandang sebagai faktor utama kelangsungan hidup organisasi
sehingga berkembang dengan pesat, inovasi di sektor publik
secara historis bukanlah faktor utama penentu kelangsungan
hidup organisasi. Sektor bisnis dan sektor publik berialan di
atas tekanan, kepentingan, pembatasan, dan tuntutan yang
berbeda satu sama lain. Di era reformasi ini, sektor publik
hidup dalam sistem terbuka yang lebih kompleks. lnovasi di
sektor publik di era ini menjadi penting karena adanya peluang
kompetisi antar daerah dan antar lembaga publik, dan
kemungkinan ancaman kelangsungan hidup organisasi (meskipun faktanya hal ini tidak kuat betul teriadi). Inovasi di sektor
publik pernah dan sedang dijalankan oleh beberapa daerah
untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan dan
pembangunan. Provinsi Jawa Timur pernah menialankan
Gerakan Kembali ke Desa (GKD) dengan berupaya mencapai
satu desa satu produk unggulan. Sragen berkembang dengan
program electronic Gouemmenr. Solok berupaya melibatkan
masyarakat dengan mengembangkan Citizen Charter.
Jembrana berhasil mengembangkan kebiiakan pendidikan dan
kesehatan gratis bagi masyarakatnya.
Organisasi sektor publik senantiasa mengalami cercaan
karena banyak persoalan yang belum teratasi sementara pada
saat yang bersamaan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
terus berkembang. Sementara itu, keberanian para pejabat
untuk berinovasi iuga rendah kprena insentif rendah yang
diperoleh dari inovasinya dan pada saatyang sama risiko besar
dihadapi jika teriadi kegagalan dalam berinovasi. Dua hal ini
tentu merupakan problema yang dihadapi oleh pejabat publik.
Namun demikian, inovasi tetap relevan digunakan di sektor
publik karena fungsi alternatifnya untuk mencari solusi baru
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
kmci
atas persoalan lama yang tak kunjung tuntas (new solutions
to old problem)..Inovasi juga merupakan instrumen untuk
mengembangkan cara-carabaru dalam menggunakan sumber
daya dan memenuhi kebutuhan secara lebih efektif. Inovasi
fuga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi dan
tindakan dalam pelayanan publik.
Inovasi di sektor publik dibutuhkan untuk memberikan
layanan publik yang lebih mencerminkan ketersediaan bagi
pilihan-pilihan publik dan menciptakan keanekaragaman
metode pelayanan. Pendekatan tradisional yang dipengaruhi
pendekatan legalistik ketat hanya akan menciptakan satu pendekatan tunggal dalam praktik administrasi publik (one-sizefits-all approach). Pendekatan ini tentu sudah ketinggalan
zam n karena tidak memberikan pilihan dalam pelayanan
publik sementara kebutuhan dan tuntutan publik semakin
kompleks. Inovasi di sektor publik juga bisa dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya
mengingat pada dasarnya organisasi sektor publik senantiasa
menghadapi kelangkaan sumber daya dan keterbatasan
anggaran. Inovasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan dampaknya bagi masyarakat
terutama untuk mengatasi kebijakan sebelumnya yang kurang
menampakkan hasil yang memuaskan. Inovasi juga dapat
digunakan untuk mengembangkan penggunaan Information
(y Communication Tbchnology (ICT) untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik, partisipasi masyarakat, serta
transparansi.
Pengembangan inovasi di sektor publik akan lebih terarah bila terlebih dahulu dipahami tentang definisi inovasi.
Thnpa definisi sebagai penuniuk arah maka pengertian inovasi
dapat tumpang tindih dengan pengertian kreasi (creationl.
BAB 3
Inouasi Organisasi Sektor Publik
Dalam kamus Oxford dijelaskan bahwa create adalah cause
(something) to exist; make (something new or original); bring
to existence. Sementara itu, innouate berarti make change;
introduce neut things atau dengan kata lain bring in nouelties
or bring cbanges. Dengan demikian perbedaan antara kreasi
dengan inovasi terletak pada makna kreasi yang berarti bahwa
muncul sesuatu yang semula tidak ada menjadi adasementara
inovasi berarti mengubah sesuatu hal sehingga menjadi
sesuanr yang baru. Inti dari inovasi adalah perubahan menuju
hal-hal baru.
Tipologi Inovasi Organisasi
Kaiian inovasi selama ini menunjukkan bahwa proses
inovasi juga tidak sesederhana seperti menerjemahkannya
dengan membawa kebaruan saja, namun justru lebih kompleks
dari hal tersebut karena melibatkan banyak aspek terutama
di sektor publik. Mulgan Ec Albury (2003) menuniukkan
bahwa "Successful innouation is the creation and implementation of new process, products, seruices, and methods of deliuery which result in significant improuements in outcotnes
fficiency, effectiueness or quality." Inovasi yang berhasil
merupakan kreasi dan implementasi dari proses, produk,
layanan, dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil
pengembangan nyat^ dalam hal efisiensi, efektivitas atau
kualitas hasil. Apa yang ditunjukkan oleh Mulgan Ec Albury
tersebut membuktikan bahwa inovasi telah berkembang jauh
dari pemahaman awal yang hanya mencakup inovasi dalam
hal produk (products (t services\ dan proses semata. Inovasi
produk atau layanan berasal dari perubahan bentuk dan
desain produk ataulayanan sementara inovasi proses berasal
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petneintahan Daerah
Kunci
dari gerakan pembaruan kualitas yang berkelanjutan dan
mengacu pada kombinasi perubahan organisasi, prosedur,
dan kebijakan yang dibutuhkan untuk berinovasi. Perkembangan baru yang mencakup inovasi dalam hal metode pelayanan ternyata juga masih berkembang lagi menjadi inovasi
strategi atau kebijakan (Baker, 2002).Inovasi dalam metode
pelayanan adalah perubahan baru dalam hal berinteraksi
dengan pelanggan atau cara baru dalam memberikan pelayanan. Inovasi dalam strategi atau kebiiakan mengacu pada
visi, misi, tujuan dan strategi baru beserta alasannya yang
berangkat dari realitas yang ada. Jenis lain yang kini juga berkembang adalah inovasi dalam interaksi system yang mencakup cara baru atau yang diperbarui dalam berinteraksi
dengan aktor-aktor lain atau dengan kata lain adanya perubahan dalam tata kelola pemerintahan (changes in gouernance).
Gambar 5. Tipologi Inovasi Sektor Publik
BAB 3
Inouasi Organisasi Sektor Publik
fupek penting lain dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan level iirovasi yattg mencerminkan variasi besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang berlangsung.
Kategorisasi level inovasi ini dijelaskan oleh Mulgan & Albury
berentang mulai dari inkremental, radikal, sampai transformatif. lnovasi inkremental berarti inovasi yang teriadi membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau
layanan yang ada. Umumnya sebagian besar inovasi berada.
dalam level ini dan jarang sekali membawa perubahan terhadap struktur organisasi dan hubungan keorganisasian.'Walau
demikian, inovasi inkremental memainkan peran penting
dalam pembaruan sektor publik karena dapat melakukan perubahan kecil yang dapat diterapkan secara terus menerus'
dan mendukung rajutan pelayanan yang responsif terhadap
kebutuhan lokal dan perorangan' serta mendukung nilai
tambah uang (ualue for moneY).
Inovasi radikal merupakan perubahan mendasar dalam
pelayanan publik atau pengenalan cara-cara yang sama sekali
baru dalam proses keorganisasian atau pelayanan. Inovasi
ienis ini jarang sekali dilakukan karena membutuhkan dukungan politik yang sangat besar karena umumnya memiliki
risiko yang lebih besar pula. Inovasi radikal diperlukan untuk
membawa perbaikan yang nyata dalam kineria pelayanan
publik dan memenuhi harapan pengguna layanan yang lama
terabaikan.
Inovasi transformatif atau sistemis membawa perubahan dalam struktur angkatan kerja dan keorganisasian
dengan mentransformasi semua sektor dan secara dramatis
mengubah hubungan keorganisasian. Inovasi ienis ini
membutuhkanwaktu yang lebih lama untukmemperoleh hasil
yang diinginkan dan membutuhkan perubahan mendasar da-
KNOWTEDGEMANAGEMENT
ktnci
Sukses
Inouasi Pemerintaban Daerah
lam susunan sosial, budaya, dan organisasi. Inovasi jenis ini
tentu bersifat lebih mendalam Karena mencakup struktur sistemis keorganisasian. Perubahan menuiu organisasi pembelajaran dari konsep Senge dan pengembangan core capability
menurut Barton merupakan dua contoh vpayamenuiu inovasi
transformatif. Namun demikian, ada leuerage (pengungkit)
yang membuat inovasi jenis ini bisa dengan mudah dijalankan.
Dengan pengungkit tersebut maka dengan sedikit perubahan
saja maka organisasi akan mampu membawa hasil besar. Peng-
ungkit inilah yang terlebih dahulu perlu ditemukan oleh seriap
organisasi karena pada dasarnya setiap institusi memiliki
karakter masing-masing yang berbeda dengan organisasi yang
lain. Karakter inilah yang disebut oleh Osborne dan Plasctrick
sebagai DNA bagi setiap organisasi.
Cambar 6. Level lnovasi
Dalam konsep yang berbeda, inovasi iuga dapat dibedakan dalam dua kategori yakni sustaining innouation dan
BAB 3
Inouasi Organisasi Sektor Publik
ffiT
:5rrr:J
"''El
I
l
d.iscontinues (disruptiue) innouatioz (Christensen 6c Laer-
greid, 2001). Sustaining innouation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang membawa perubahan baru namun
dengan tetap mendasarkan diri pada kondisi pglayanan dan
system yang sedang berialan atau produk yang sudah ada.
Sementara iw discontinues innouatioz (inovasi terputus) merupakan proses inovasi yang membawa perubahan yang sama
sekali baru dan tidak lagi berdasar pada kondisi yang sudah
ada sebelumnya. Inovasi jenis kedua ini membawa pelayanan
atau produk yang berbeda, pengguna layanan yang berbeda,
dan bahkan membutuhkan sumber dayayang berbeda pula.
Tentu dalam hal yang kedua ini kadar inovasinya iauh lebih
tinggi daripada kategori yang pertama. Pembedaan inovasi
berdasarkan hubungannya dengan sistem yang lama ini
diperlukan untuk menghitung ketergantungan inovasi terhadap tatanan lamanya serta kebutuhan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan sistem yang baru, Banyak hal yang harus
dihitung oleh organisasi yang hendak melakukan inovasi. Hal
ini perlu dilakukan untuk meniamin keberhasilan inovasi sekaligus untuk menjamin hasil yang akan diperoleh dari inovasi
yang diialankan. Tanpa menghitung ini semua maka tuiuan
yang hendak dicapai dari inovasi dapat tak tercapai sehingga
setiap orang dalam organisasi termasuk pemimpinnya paham
benar dengan
yang hendak
^pa
dilakukannya' dengan berinovasi.
Gambar 7. Kategori Inovasi
dari'Segi Proses
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Kunci
Faktor Kritis dalam Mengembangkan Inovasi
Sektor Publik
Inovasi sektor publik bukanlah sebuah kondisi yang
dapat dengan sukses dijalankan dengan sebatas niat saja apalagi terjadi dengan sendirinya. Dibutuhkan beberapa faktor
kritis untuk menjamin keberhasilannya. Tanpa kehadiran
faktor-faktor ini maka terjadinya inovasi pemerintahan akan
menjadi sulit terealisasi. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi
faktor-faktor tersebut dan perlu pula dijamin ketersediaannya. Beberapa faktor kritis tersebut antara lain: kepemimpinan yang mendukung inovasi, pegawai yang terdidik dan
terlatih, budaya organisasi, pengembangan tim dan kemitraan,
serta orientasi pada kinerja yang terukur.
Kepemimpinan yang mendukung proses inovasi merupakan syarat utama bagi teriadinya inovasi pemerintahan.
Thnpa kepemimpilan yang efektif maka sulit sekali mengarahkan program pemerintahan yang mendukung proses
inovasi. Kepemimpinan ini tidak hanya berarti adanyapemimpin yang mendukung proses inovasi namun juga melibatkan
adanya arahan strategis proses inovasi yang menjadi landasan
operasional proses inovasi bagi seluruh elemen organisasi.
Proses inovasi membutuhkan pemimpin yang mampu melakukan perubahan, mampu menyadarkan banyak pihak akan
arti penting inovasi, dan mampu menggerakkan sefta memberi
teladan yang mendukung proses inovasi. Inovasi pemerintahan terimplementasi tidak dengan hanya berkata-kata namun
juga membutuhkan pemimpin yang mampu meniadi inspirasi
terjadinya inovasi. Namun demikian, kehadiran pemimpin
yang inovatif juga tidak dengan serta merta menjamin keberlangsungan inovasi tersebut secara terus-menerus. pemimpin
sektor publik sudah dapat dipastikan memiliki masa bakti
yang terbatas dan secara periodik akan mengalami suksesi'
Umumnya top leader organisasi sektor publik diiabat oleh
pefabat politik, yang proses pengisiannya dilakukan secara
politik. Kondisi ini memungkinkan teriadinya terPutusnya
proses inovasi karena terjadi pergantian kepemimpinan dan
pada saat yang sama akan sangat mungkin terjidi bahwa
pemimpin yang baru bukanlah orang yang sangat mendukung
proses inovasi. Kebutuhan inovasi sistemis iustru terletak pada
arahan strategis organisasi sektor p'ublik tersebut untuk berinovasi. fuahan strategis ini merupakan blue-prinr kebijakan
pengembangan inovasi yang ditaati oleh segenap pihak karena
memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat. fuahan strategis
lebih berupa kehendak bersama yang diialankan bersama pula
sehingga pemimpin akan meniadi terikat padanya untuk
dijalankan. Kekuatan lain dari arahan strategis adalah ia tak
melekat pada diri pemimpin sehingga tanPa kehadiran pemimpin maka seluruh elemen organisasi tetap akan menialankan proses inovasi. Proses pengembangan yang dibutuhkan
dalam mewujudkan kepemimpinan inovasi ini adalah dengan
memperkuat kemauan politik (political will), memperkuat
mandat, dan membangun visi dan misi sistem inovasi.
Administrasi publik beroperasi dalam lingkungan
politik. Pemimpin puncak administrasi publik iuga sebagian
besar diisi melalui proses politik. Dalam banyak segi, administrasi publik bertugas untuk menialankan kebijakan publik
yang dirumuskan melalui proses politik. Dengan memahami
konstalasi ini maka inovasi di sektor publik juga tak lepas
dari kemauan politik untuk memberikan pelayanan publik
yang terbaik bagi masyarakat. Untuk itu, keberlangsungan
sistem inovasi sektor publik tak lepas dari faktor krusial kemauan politik terutama para pemegang kekuasaan politikyang
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemeintah an Daerah
menjadi konstituen strategis organisasi sektor publik tertentu.
Untuk menjalankan dan memelihara inovasi sektor publik
dibutuhkan kemauan politik yang berkelanjutan pula. Untuk
itu dibutuhkan sebuah upaya untuk membangun kemauan
politik untuk berinovasi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan upaya untuk membangun kemauan politik untuk
menjaga kelangsungan inovasi tersebut. Prakarsa membangun
kemauan politik bisa dilakukan dengan membangun forum
yang menyadarkan dan menyebarluaskan arti penting inovasi
bagi kemajuan pelayanan publik khususnya dan bagi tuiuan
primanya untuk meningkatk4n kesejahteraan masyarakat.
Kemauan politik pada dasarnya merupakan langkah
dasar yang perlu ditindak-lanjuti dengan memperkuat landasan formalnya melalui penguatan mandat dalam bentuk
kebijakan pengembangan inovasi di suatu organisasi sektor
publik. Mandat ini akan semakin kuat ditaati oleh berbagai
elemen dalam organisasi jika dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertinggi yang diacu oleh organisasi tersebut. Jika
organisasi sektor publik tersebut berupa daerah otonom maka
mandat terkuat akan diperoleh iika kebifakan inovasi ditopang
oleh sebuah peraturan daerah daripada peraturan kepala
daerah atau berbagai bentuk keputusan lain di daerah tersebut. Namun demikian tanpa sosialisasi yang memadai dan
dukungan regulasi operasional maka mandat tertinggi sekalipun tetap saja dapat terabaikan seiring dengan bergulirnya
waktu. Untuk itu, penguatan mandat perlu ditindaklanjuti
dengan operasionalisasi yang diwujudkan dalam berbagai caru
terutama dalam proses perencanaan pembangunan (daerah).
Rencana strategis (atau apa pun bentuk dan nomenklaturnya)
dapat digunakan untuk menjalankan mandat tersebut dengan
terlebih dahulu menyusun visi dan misi pengembangan inovasi.
Visi dan misi pengembangan sistem inovasi suatu organisasi
sektor publik sangat penting karena posisinya menjadi acuan
berbagai rencana organisasi sektor publik sehingga menjadi
alat utama untuk menjadi arahan strategis bagi pengembangan
inovasi secara berkelanjutan. Arahan strategis inilah memungkinkan sebuah organisasi sektor publik dapat terus menjalankan sistem inovasi meskipun mengalami pergantian pemimpinnya.
mgc*r*stgpn
.l***{*n.
Pengen*aW
Kapanimpinm
hovaEi
PENGEMMNGAN
$I$TEM INOVAS
$SKTOR FTJBLIK
hegtmhg{nrl
l$!* he***i
W**n**
!l@
W&
*ffirry1
ecWtl&og*
wd
Cambar B. Faktor Kritis dalam Pengembangan Inovasi
#@e-
W'r
l
.
Px*g$rnbeqnNl
KNOWTEDGE MANACEMENT
I(unci Sukses Inouasi Pemerintaban Daerah
e&
kln*l
Kepemimpinan inovasi yang berhasil dapat menjadi
stimulan utama bagi keberhasilan membangun sistem inovasi
namun tetap tak mampu menjamin keberlangsungannya.
Untuk itu dibutuhkan upaya untuk membangun budaya
inovasi. Edgar H. Schein dalam bukunyayang sangat terkenal
Organizational Culture and Leadersh ip (1,9 8 5) meyakini bahwa arti penting budaya menjadi sangat besar bagi kelangsungan hidup terutama bila dikaitkan dengan upaya organisasi untuk mengatasi berbagai masalah dalam adaptasi atas berbagai
perkembangan dan perubahan eksternal dan integrasi kekuatan internal. Budaya dapat memiliki pengaruh yang bermakna
pada sikap dan perilaku pegawai, terutama karena budaya
melakukan sejumlah fungsi dalam suatu organisasi. Berbagai
fungsi yang dimainkan budaya adalah bahwa ia mempunyai
suatu peran untuk menetapkan tapal batas, aftinya budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara suatu organisasi
dengan organisasi lainnya. Budaya juga membawa suatu rasa
identitas bagi anggota-anggota organisasi. Selain itu, budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas daripada kepentingan perorangan. Dengan demikian
budaya dapat meningkatkan kemantapan sistem sosial dalam
organisasi. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standarstandar yang tepat untuk apayang harus dikatakan dan dilakukan oleh para pegawai. Pada akhirnya, btdaya berfungsi
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku pegawai
(Robbins, 1,996).
Pengembangan budaya inovasi menjadi begitu penting
karena inovasi sebenarnya perlu dibangun di atas basis sosial
yang luas dan tidak dibatasi oleh periode waktu yang terbatas.
Inovasi dibangun dalam kurun waktu yang cukup lama dan
BAB 3
Inouasi Organisasi Sektor Publik
hasilnya juga memerlukan waktu yang cukup kareria ada
proses inovasi yang harus dilalui. Jika suatu organisasi publik
mampu membangun budaya inovasi makabisa dipastikan bahwa keberlanjutan sistem inovasi akan lebih terjamin dan telah
mendarah-daging dalam kemampuan setiap anggota organisasi. Budaya inovasi ini perlu dibangun melalui pengembangan
pegawai, tim inovasi, dan kineria inovasi, termasuk peningkatan jaringan inovasi. Kemampuan inovasi sebuah organisasi
publik tak dapat dikembangkan jika budaya inovasi tidak pula
dikembangkan.
Sangatlah mustahil jika bermaksud menyuntikkan
semangat inovasi di sektor publik apalagr mengembangkannya
dengan tanpa melalui pengembangan pengetahuan dan keahlian pegawai. Selain itu adalah mustahil pula jika pegawai tidak
diberi akses untuk memasuki sumber pengetahuan dan
jaringan kerf a yangmemungkinkannya untuk rnenangguk manf.aat dari kondisi terkini dalam bidang keahliannya. Kemampuan berinovasi awalnya didahului dengan adanya kemampuan melakukan imitasi (Linsu Kim,1,997) terhadap kondisi
(pengetahuan, produk, teknologi, metode) terkini. Keberhasilan implementasi dari sistem pemerintahan yang inovatif
tak lepas dari kondisi pegawai yang memiliki pengetahuan
dan keahlian yang memungkinkannya untuk berinovasi. Untuk
itu, tak ada cara lain selain harus melakukan pengembangan
pegawai dengan tujuan untuk menguasai perkembangan
mutakhir atau paling tidak sesuai dengan standar nasional
atau daerah. Thnpa pegawai yang berkemampuan ini maka
sulitlah akan diperoleh kapasitas inovasi yang berkelanjutan
dan sistemis. Jika tanpa pengembangan pegawai diperoleh
suatu kondisi inovatif maka dapatlah disebut bahwa kondisi
tersebut hanyalah bersifat sporadis, temporer dan tentu tak
akan berkelanjutan.
KNOWLEDGEMANAGEMENT
I(unei Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Kemampuan berinovasi pegawai akan berkelanjutan jika
disediakan akses terhadap teknologi dan pengetahuan mutakhir. Akses ini merupakan sarana adopsi pengetahuan yang
senantiasa dibutuhkan untuk berinovasi. Penyediaan akses
yang memadai bagi pegawai adalah sama pentingnya dengan
melakukan pengembangan pegawai itu sendiri. Thnpa akses
yang memadai maka pengetahuan dan keahlian pegawai akan
cepat usang karena tertinggal dengan kemajuan pengetahuan
yang berkembang secara dinamis. Keusangan ini pada titik
tertentu justru akan memunculkan masalah bagi pemecahan
masalah-masalah sektor publik mengingat kebutuhan masyarakat sudah pasti berkembang secara dinamis sesuai dengan
perkembangan zamanyang ada. Dengan demikian, Pengetahuan dan keahlian yang usang bukannya akan menjadi bagian
dari solusi (part of the solution) bahkan akan menjadi bagian
dari masalah sektor publik itu sendiri @art of the problem).
Oleh karena itu, akses terhadap sumber pengetahuan dan
keahlian serta sumber pembelaiaran adalah sangat penring
sehingga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan pegawai. Knoutledge sharing merupakan proses yang
dibutuhkan untuk pengembangan pegawai beserta penyediaan
aksesnya. Dalam rangka inilah dibutuhkan adanya pengembangan tim keria dan pembelaiaran.
Pada dasarnya tim berbeda dengan sekadar kelompok
biasa. Jikalau kelompok hanya mencerminkan kumpulan dari
beberapa orang maka tim memiliki makna yang lebih dalam
yakni kumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan
dan komitmen bersama. Pengembangan inovasi membutuhkan
kerja tim karena sistem inovasi pada dasarnya bukanlah pekeriaan individual. Keberadaan tim dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai hal yang tak dapat diselesaikan secara per-
orangan. Namun demikian, pembentukan tim tak sekadar dari
diterbitkannya SK pembentukan tim karena pada umumnya
ada tim yang selaras (aligned) dan ada tim yang tak selaraq.
Pembelaiaran tim dibutuhkan untuk membangun tim yang
selaras, yakni sebuah tim sinergis yang memadukan seluruh
potensi anggota tim pada tujuan yang sama dengan komitmen
yang sama. Pembelajaran tim mbrupakan proses penyelarasan
dan pengembangan kapasitas anggota tim untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Pembentukan tim yang selaras membutuhkan penguasaan terhadap praktik dialog dan diskusi.
Keberhasilan sebuah tim bisa dinilai dari tiga hal yakni produk dan jasayangdihasilkan, keberlanjutan tim, dan kepuasan
anggota tim. Tim kerja inovasi akan dinilai berhasil iika tim
menghasilkan gagasan dan produk inovasi. Produktivitas tim
dinilai dari kualitas dan kuantitas inovasi dalam menyelesaikan
berbagai persoalan baik persoalan publik maupun persoalan
institusi pemerintahan. Tim iuga dinilai dari kemampuan tim
tersebut untuk terus bekerja dan berkarya (team uiability).
Tim yang produktif belum tentu mampu terus bekeria. Oleh
karena itu, tim perlu memelihara keberlaniutan sumber
dayanya sehingga mampu mempertahankan kelangsungan
hidup tim. Tim kerja inovasi juga dapat dinilai dari kepuasan
anggota tim bergabung dalam tim tersebut. Kepuasan anggota
tim akan meningkatkan moral dan semangat anggota tim itu
sendiri sehingga mendorong pula pengembangan gagasan dan
produk inovatif. Keberadaan tim keria inovasi dibutuhkan
untuk memperkuat program pengembangan inovasi sektor
publik karena pada awalnya program inovasi tak dapat
berjalan dengan sendirinya tak dapat pula dijalankan
sendirian.
Selanjutnya, inovasi akan sulit dinilai jika tidak disediakan manaiemen kinerja inovasi. Manaiemen kineria inovasi
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Suhses Inouasi Petneintaban Daerah
Kunci
ini meliputi penyusunan, pengukuran, dan apresiasi kinerja
inovasi. Kinerja inovasi dibutuhkan karena inovasi yang terukur akan memudahkan pelaksanaannya. Sering kali sebuah
program sulit dijalankan hanya karena tidak terdefinisi dengan
baik dan tak jelas tolok ukurnya. Mengukur kinerja inovasi
sangat dibutuhkan agar semua pihak juga dengan jelas dapat
membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. Jika kita
dapat melihat sebuah keberhasilan maka kita juga akan dengan
mudah menghargai keberhasilan tersebut, begitu pula sebaliknya jika kita tak dapat melihat keberhasilan maka pastilah
kita tak dapat menghargai keberhasilan. Hal ini penting iekali
karena bila kita tak dapat menghargai keberhasilan maka justru kita dapat terjerumus dengan menghargai kegagalan. Memberikan penghargaan terhadap kegagalan justru akan menyesatkan semua pihak dan menyebabkan kondisi tidak meniadi
lebih baik bahkan akan memperparahnya. Sementara itu, menilai dengan tepat sebuah keberhasilan akan memberi peluang
besar untuk memetik pelajarandari sebuah keberhasilan. Pada
saat yang sama, jika kita dapat menilai kegagalan maka kita
memiliki peluang untuk memperbaikinya. Kemampuan membedakan antara keberhasilan dan kegagalan penting untuk
menunjukkan keberhasilan kepada masyarakat sehingga akan
dengan mudah meraih dukungan dari segala pihak untuk
melanjutkan program inovasi. Dukungan berbagai pihak terhadap program inovasi tentu akan mengurangi kadar penolakan pihak-pihak tertentu yang umumnya memangadapada
setiap hal baru. Dukungan berbagai pihak dibutuhkan untuk
memperkuat posisi inovasi sehingga program inovasi dapat
berlangsung secara berkelanjutan.
Pengembangan kinerja inovasi dimulai dengan menyusun
indikator kinerja yang memudahkan penilaian kinerja inovasi.
BAB 3
Inou asi Organi sa si
Se kt
or Pub li k
,FT
-'-"L
t
Indikator kinerja inovasi dapat dibedakan pada tingkatan
kinerja individual dan institusional. Kinerja individual dibutuhkan untuk melihat peran orang-perorangan dalam
kontribusinya dalam program inovasi. Sementara kineria
institusional merupakan kinerja secara keseluruhan sebuah
program atau kebiiakan inovasi. Perhatian terhadap
pengukuran kinerja individual dan institusional adalah sama
pentingnya sehingga perlu disiapkan secara simultan. Untuk
itu dibutuhkan instrumen pengukuran kineria yang tepat. Hal
ini perlu dilakukan untuk memudahkan proses kineria selanjutnya yakni cara memberikan imbalan terhadap baik keberhasilan maupun kegagalan. Apresiasi terhadap keberhasilan
dibutuhkan untuk merangsang secara terus menerus proses
inovasi. Hal ini merupakan proses reinforcement terhadap
inovasi. Sementara itu, tidak setiap kegagalan harus diganiar
denganl hukuman. Harus dilihat dan dinilai penyebab kegagalan sehingga harus bisa dibedakan antara kegagalan yang
dapat ditolerir dengan kegagalan yang harus diganiar dengan
hukuman. Hal ini penting sekali dilakukan agar tidak memberikan proses'demotivasi terhadap inovasi. Karena inovasi
merupakan sebuah perubahan dan karena setiap perubahan
pada hakikatnya berpeluang untuk gagal maka penilaian terhadap kegagalan secara tepat merupakan hal penting. Imbalan
atas kegagalan yang tepat iustru akan memotivasi perbaikan
atas kegagalair tersebut.
Pengembangan jaringan inovasi dibutuhkan karena inovasi s'ektor publik akan lebih lestari dan membawa dampak
lebih luas jika inovasi melibatkan para pihak yang lebih luas.
lnovasi tidak berada dalam ruang hampa yang terbebas dari
pengaruh lingkungan. Inovasi harus senantiasa berinteraksi
dengan lingkungan karena inovasi dipengaruhi oleh lingkungan dan memengaruhi lingkungan pula. Berinovasi memang
I(NOWTEDGEMANAGEMENT
ktnci
Suhses
lnouasi Pemerintahan Daerub
membutuhkan basis yang bergantung pada kekuatan internal
namun ia akan bersemi dan berkembang karena menyerap
berbagai pengetahuan dan kebutuhan yang berkembang dalam
lingkungannya. Pengembangan jaringan inovasi melibatkan 3
hal penting, yakni identifikasi pihak luar yang harus dilibatkan,
metode pelibatan pihak luar dan instrumen yang paling efektif
dalam memanfaatkan jaringan inovasi.
Pihak luar yang dapat dilibatkan dalam jaringan inovasi
adalah semua pihak yang bermanfaat dalam mengembangkan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk berinovasi. Masyarakat
merupakan stakeholder utama organisasi sektor publik. Selain
sebagai penikmat layanan publik inovatif, masyarakat juga
merupakan sumber pengetahuan. Kebutuhan dan tuntutan
masyarakat sebenarnya merupakan informasi yang berharga
bagi pengembangan pengetahuan. Pengetahuan yang beredar
di masyarakativga dapat diserap oleh institusi sektor publik.
Pihak lain yang dapat dilibatkan adalah universitas karena
lembaga ini berfungsi sebagai penyerap, pengembang dan penyebar ilmu pengetahuan. Berbagai elemen di universitas
menyediakan tawaran yang bermanfaat terhadap state of the
arl (kondisi terkini) ilmu pengetahuan sehingga akan bermanf.aat bagi lembaga sektor publik untuk menangguk manfaat
dari universitas. Rekanan penyedia barang dan jasa bagi organisasi sektor publik sebenarnya juga menyediakan banyak
pengetahuan mutakhir tentang instrumen yang bermanfaat
bagi pengembangan inovasi sektor publik. Kontak relasi yang
luas dari pihak rekanan dan persaingan antarr rekanan telah
menyebabkan perkembangan pengetahuan di antara mereka
sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh organisasi
sektor publik. Iklim kompetisi yang sehat antar rekanan akan
mendorong terjadinya proses penyerapan dan pengembangan
pengetahuan yang pada akhirnya bermanfaat bagi semua
pihak. Lembaga pengetahuan nasional dan sektor swasta juga
merupakan pihak-pihak yang harus dijaga relasinya karena
mampu membangun pengetahuan yang bermanfaat pula bagi
inovasi sektor publik.
Penyerapan pengetahuan yang berasal dari eksternal
organisasi tersebut tapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode mulai dari yang termudah sampai yang tersulit.
Riset dan pengembangan, lisensi penggunaan layanan, kerjasama operasi, konsultasi pengembangan, dan pengamatan
merupakan metode penyerapan pengetahuan eksternal. Eksperimentasi iuga merupakan proses inovasi yang sangat baik
meskipun dibutuhkan manajemen imbalan yang memadai
sehingga kesalahan y ang terjadi iustru mempercepat pengembangan pengetahuan. Sistem magang pegawai negeri ke berbagai lembaga luar juga merupakan salah satu cara mempercepat penye rapanpengetahuan eksternal. Pendidikan pegawai
ke berbagai lembaga pendidikan yang bereputasi juga merupakan metode ampuh untuk menyerap pengetahuan dan memperkaya gagasan-gagasan inovasi sektor publik. Namun
demikian, instrumen yang paling efektif untuk menyerap dan
mengembangkan pengetahuan adalah penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) yang memungkinkan keterlibatan banyak pihak dengan pihak-pihak internal organisasi
serta memutus trade-off antara kualitas dan kuantitas informasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang
tepat akan mendorong semua pihak untuk menyerap dan
mengembangkan pengetahuan-pengetahuan baru. sehingga
mendorong munculnya innouatiue society. Jika keterlibatan
antara lembaga sektor publik dengan masyarakat tak dapat
dihindari maka keberadaan masyarakat inovatif akan besar
pengaruhnya terhadap inovasi sektor publik.
KNOWLEDCE MANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
rganisasi pembelajaran (Learning Organization)
ferbasis pada tulisan Senge (L994) yang telah
inembawa perubahan besar dalam khazanah organisasi dan manajemen karena ia melakukan perubahan dalam
hal bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita berinteraksi.
Secara parsial, substansi pemikiran yang ada di dalamnya bukanlah hal baru, akan tetapi sebagai keseluruhan tentu tulisan
Senge ini merupakan hal baru (di zamannya) karena ia
mengombinasikan secara cerdas berbagai serpihan pemikiran
yang sudah ada dan berkembang sebelumnya ke dalam kerangka yang utuh sebagai organisasi pembelajaran (leaming
organization).
Teori ini muncul karena berbagai teori sebelumnya dianggap terlalu sulit untuk diterapkan, atau tidak mempunyai
dampak fangka panjang, atau sekadar mampu menyelesaikan
masalah symptomatic, atau hanya bersifat spesifik dan tidak
generic. Teori ini membawa perubahan yang sangat radikal
karena ia mengubah mental models manusia dalam berorganisasi. Ia mengubah pandangan dari fragmented utorld (dunia
yang terbelah) menjadi unfragmented world atau indiuisible
whole (dunia yang menyeluruh), dari pandangan kerja in-
strumental yang memandang bekerja sebagai suaflr cara dalam
mencapai tuiuan meniadi pandangan kerja yang lebih suci
ketika orang mencari manfaat intrinsik dalam pekeriaannya.
Buku Peter M. Senge yang berjudul Learning Organization ini tersusun menarik dalam lima bagian, pertama mengulas dasar pemikiran mengapa perlu lima disiplin dan disiplin
ke lima. Bagian ke dua iustru hanya membahas disiplin ke
lima secara utuh, lalu diikuti bagian ke tiga yang menjelaskan
empat disiplin lainnya. Tiga bagian tersebut yang menjadi
bagian terpenting dari buku ini, meskipun bagian berikutnya
juga tidak berarti tidak penting. Bagian ke empat membahas
isu-isu krusial dalam prototipe organisasi pembelaiaran, yang
diikuti oleh bagian terakhir yang menjadi bacaan pelengkap
dari seluruh bagian sebelumnya. Setelah bagian terakhir tidak
berarti buku ini telah selesaidayatariknya, iustru pada bagian
lampiran ada dua hal yang sangat patut disimak, yakni pokok
pikiran dari lima disiplin yang telah dibahas sebelumnya, dan
pola dasar sistem (systems archetypesl yang ada guna melengkapi pembahasan yang belum lengkap pada bagian ke dua.
Pada bagian pertama, menarik unnrk disimak mengenai
upaya untuk menghancurkan ilusi bahwa dunia itu diciptakan
dari kekuatan yang tak berkaitan dan terpisah. Jika mengenyahkan ilusi ini maka kita dapat membangun organisasi pembelajaran, yakni organisasi dimana orang dapat mengembangkan kemampuannya secara berkesinambungan untuk menciptakan hasil yang didambakannya, dimana pola berpikir baru
dan ekspansif dikembangkan, dimana aspirasi bersama disusun dengan bebas, dan dimana orang dapat terus belajar bagaimana belajar bersama.
Untuk mencapai t^taran sebagai organisasi pembelaiaran maka diperlukan lima disiplin, yakni systems thinking,
personal rnastery, mental tnodels, sbared uision, dan team
ffi
.-*:r
:
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerab
Kunci
leatning.Istilah disiplin digunakan bukan dalam arri ratanan
yang ditegakkan atau cara-cara pemberian hukuman, tetapi
lebih sebagai suatu kerangka (body) teori dan teknik yang
harus dipelajari dan dikuasai untuk diterapkan. Suatu disiplin
merupakan ialur pengembangan untuk menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu. Untuk mempraktikkan suatu
disiplin haruslah terlebih dahulu menjadi pembelajar seumur
hidup. Lima disiplin pembelajaran berbeda dari disiplin manajemen umumnya yang menjadi disiplin pribadi. Disiplin pembelajaran lebih merupakan disiplin artistik karena setiap
disiplin harus dilakukan dengan bagaimana kita berpikir, apa
yang sebenarnya kita inginkan, dan bagaimana kita berinteraksi dan belafar satu sama lain. Dengan demikian, organisasi
pembelaiaran merupakan tempat di mana orang terus menemukan bagaimana ia menciptakan realitasnya, dan bagaimana
ia mengubahnya.
Gambar 9. Lima Disiplin Organisasi Pembelajaran
Terdapat tuiuh cacat pembelajaran yang menyebabkan
organisasi mati ataupun kalau hidup tidak dapat mengemBAB 4 - ORCAN|SAS|.PEMBELAIAMN:
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inouasi
bangkan potensinya. Cacat tersebut adalah : pertama, Saya
adalah posisi saya (I am My Position) yang terjadi ketika orangorang dalam organisasi hanya terfokus pada posisinya, sehingga mereka memiliki sedikit rasa tanggung jawab atas hasil
yang dicapai melalui interaksi semua posisi. Ke dua, Musuh
ada di luar diri l<rta(The Enemy is OutThere) yang merupakan
penyakit akibat penyakit pertama di atas. Hal ini teriadi
karena orang tidak dapat melihat akibat tindakannya di luar
batas posisinya dan selalu menyalahkan pihak lain sebagai
penyebab kegagalan padahal out there dan in here sebenainya
merupakan bagian dari sistem tunggal.
Ke tiga, Ilusi ambil alih (the lllusion of Tahing Charge)
yang seringkali dihadapi oleh pimpinan untuk menghadapi
masalah sulit karena salah menafsirkan proaktif dengan melakukan reaksi yang terselubung. Proaktif yang sebenarnya berasal dari melihat bagaimana kita memberi andil terhadap
masalah kita sendiri. Ke empat, Perbaikan yang ditujukan hanya atas tingkatan kejadian-keiadian (the Fixation on Euents)
yang berarti bahwa kita selalu terkondisi untuk melihat kehidupan sebagai rangkaian keiadian, dan untuk setiap kejadian
selalu ada penyebabnya. Percakapan dalam organisasi juga
terfokus pada keiadian. Perbaikan atas keiadian ini merupakan
bagian dari pemrograman evolusi kita. Perbaikan seperti ini
menyebabkan cara berpikir pada jangka pendek dan hanya
mampu memprediksi kejadian atau maksimal hanya mampu
bereaksi dan tidak dapat mengubah keadaan. Ancaman utama
kita sebenarnya terletak pada kejadian tiba-tiba tetapi berasal
dari proses bertahap dan perlahan.
Ke lima, Perumpamaan kodok rebts (the Parable of the
Boiled Frog) yang terjadi karena maladaptasi terhadap
ancaman yang berkembang perlahan-lahan yang mengancam
kelangsungan hidup organisasi. Kodok dapat bereaksi dengan
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerab
cepat untuk menyelamatkan hidupnya iika ia dimasukkan ke
dalam air mendidih. Namun kodok yang mempunyai kemampuan adaptasi tinggi tak dapat menyelamatkan diri ketika di-
masukkan ke dalam air dingin yang kemudian dipanaskan
titik didih. Cacat ke lima
ini menunjukkan bahwa kemampuan adaptasi yang baik yang
dimiliki oleh organisasi tidak dapat menjamin kelangsungan
hidupnya jika persoalan membesar secara perlahan-lahan.
Ke enam, Khayalan belajar dari pengalaman (the Delusion of Leaming from Experience) yang menunjukkan suatu
kondisi bahwa kita cukup telah belajar dari pengalaman karena
pengalaman memberikan pelajaran terbaik bagi kita. Namun
masalah justru terletak pada ketidakmampuan untuk melihat
konsekuensi dari tindakan kita baik dalam jangka paniang
maupun terhadap bagian lain dari sisrem yang lebih luas di
mana kita beraktivitas
Ke tujuh, Mitos tim manajemen (the Myth of the Mandgement kam) yang sering terjadi ketika tim dibentuk unruk
melaksanakan tugas khusus atau menyelesaikan masalah yang
tidak dapat dilakukan oleh fungsi arau unit yang ada dalam
organisasi. Namun ternyata biasanya tim lebih memilih memerangi hal-hal ringan saia dan menghindari hal pelik yang
dapat membuat mereka buruk secara pribadi dan berlindung'
di balik strategi bersama. Tim dapat berfungsi baik dalam
isu-isu rutin dan ketika berhadapan dengan isu-isu kompleks
yang memalukan dan membahayakan, efektivitas tim sangat
dipertanyakan.
Untuk melihat apakah cacar pembelajaran ini di dalam
praktik maka dapat dimulai dafi "laboratory experiment,,
yakni mikro kosmos seberapa nyata organisasi berfungsi,
dimana kita dapat melihat konsekuensi dari keputusan kita
secara lebih nyata dari yang mungkin terjadi dalam organisasi
secara perlahan-lahan sampai pada
BAB 4 - ORCANISASI PEMBETAIARAN:
Modal Keunglulan Kompetisi Berbasis Inouasi
riil. Percobaan ini menggunakan"the
beer game". Kesimpul-
annya adalah bahwa : pertama, Struktur memengaruhi perilaku, dimana sistem menyebabkan krisisnya sendiri, bukan
kekuatan eksternal atau kesalahan individu. Ke dua, Struktur
dalam sistem manusiawi bersifat halus, dimana struktur ber-
arti interrelasi dasar yang mengendalikan perilaku. Ke tiga,
pengaruh sering kali berasal dari cara baru dalam berpikir.
Kegagalan sering kali teriadi karena berpikir hanya pada keputusan sendiri dan mengabaikan bagaimana keputusan tersebut memengaruhi lainnya. Dengan mengubah cara berpikir
menladi menyeluruh dapat membawa pengaruh dalam pembelaiaran. Melalui perspektif sistem dapat ditunfukkan bahwa
ada banyak tingkatan penjelasan mengenai situasi yang kompleks. Tingkat pertama adalah penjelasan kejadian, yang bersifat reaktif. Ke dua, adalah penielasan pola perilaku yang
bersifat responsif. Berikutnya, penjelasan struktur bersistem
(systemic structure) yang bersifat generatif. Tingkatan terakhir
inilah yang kuranglazim namun yang paling kuat.
Disiplin Ke Lima: Landasan Organisasi
Pembelajaran
Yang disebut disiplin ke lima adalah systems thinking,
yang merupakan kerangka konseptual, tubuh pengetahuan
dan alat yang dikembangkan lebih dari lima puluh tahun lalu,
untuk membuat pola utuh yang lebih ielas, dan membantu
kita melihat bagaimana mengubahnya secara efektif. Bahasan
mengenaihal ini meliputi hukum-hukum disiplin ke lima, perubahan pikiran, pola sifat, prinsip pengaruh (leueragel' dan
seni melihat "hutan dan pohon'.
KNOWTEDGEMANAGEMENT
ktnci
Sukses
Inouasi Pemerintaban Daerah
Hukum-hukum disiplin ke lima mencakup : 1) Persoalan
sekarang berasal dari solusi masa lalu; 2) semakin keras anda
menekan, maka semakin keras pula sistem menekan balik;
3) perilaku tumbuh lebih baik sebelum ia tumbuh lebih buruk;
4) ialan keluar yang mudah biasanya mengarah kembali ke
belakang; 5) penyembuhan dapat saja menjadi lebih buruk
daripada penyakitnya; 5) Lebih cepar jusrru lebih lambat; 7)
sebab dan akibat tidak terkait erat dengan ruang dan waktu;
8) perubahan kecil dapat memperoleh hasil besar, namun area
pengaruhnya sering kali tidak jelas; 9) anda dapat saja menyaiikan kue dan memakannya juga, tetapi tidak sekaligus; 10)
membagi seekor gajah menjadi dua tidak berarti menghasilkan
dua gaiah kecil; 11) tidak ada yang bersalah.
Perubahan pikiran harus dilakukan karena berpikir
sistem (systems thinking) merupakan suatu disiplin yang melihat keseluruhan, yang merupakan kerangka keria untuk melihat interrelasi ketimbang sesuatu hal atau benda, untuk melihat proses perubahan ketimbang kejadian sekilas (static snapshots). Esensi perubahan pikiran ini diperlukan dalam menghadapi kompleksitas, baik itu detail complexity maupun dynamic complexity. Selama ini, banyak orang merasa tak berdaya menghadapi abad interdependensi karena ia hanya memikirkan detail cornplexity,yakni jenis kompleksitas dari banyak
variabel. Berpikir sistem memasukkan unsur dynamic complexity, yang mengakui adanya situasi sebab dan akibat yang
halus dalam kompleksitas. Pengaruh nyata dalam sebagian
besar manaiemen terletak dalam pemahaman atas kompleksitas dinamis ini, bukan pada kompleksitas detail. Jbdi esensi
dari berpikir sistem mencakup interrelasi ketimbang rantai
sebab-akibat linear, dan melihat proses perubahan daripada
snapsbots.
BAB 4 - ORGANTSAST PEMBETAfAMN:
Modal Ke*ngulan Kompetisi Berbasis Inouasi
Aspek lain yang menjadi bahasan perubahan pikiran
adalah balok bangunan (building blocks) dari berpikir sistem,
yang terdiri dari feedback dan delays. Terdapat dua jenis
proses feedback, yakni reinforcing (pengtatan) dan balancing (penyeimbangan). Yang pertama merupakan mesin pertumbuhan, dan iika kita berada pada situasi ini sering kali
kita tidak menyadari betapa tindakan kecil dapat membawa
konsekuensi besar baik itu lebih baik atau lebih buruk.
Dengan perspektif sistem, kita dapat memengamhi bagaimana
proses ini ditentukan.
Sementara yang ke dua terjadi bila ada perilaku yang
berorientasi pada tujuan dan proses penyeimbangan bertindak
sebagai pengendali laju pencapaian tujuan tersebut. Proses
ini selalu berupaya menstabilisasi karena alam selalu menyukai
keseimbangan sementara manusia dalam mengambil kepu'
tusan sering kali mengganggu keseimbangan tersebut. Untuk
itu, akan selalu ada self-conection yang berusaha meniaga
beberapa tuiuan dan target. Proses penyeimbangan dapat meningkatkan perilaku problematis dan mengejutkan jika ia
terus tak terdeteksi. Bilamana terdapat resistensi terhadap
perubahan maka hal ini dapat dianggap sebagai ada proses
penyeimbangan yang tersembunyi.
Delays atau penundaan merupakan interupsi antara
tindakan kita dengan konsekuensi dari tindakan tersebut.
Penundaan ini terdapat di semua tempat dalam sistem manusia. Penundaan yang tidak dikenali dapat mengarah pada instabilitas dan penurunan, khususnya pada penundaan jangka
panjang. Karena sudut pandang sistem berorientasi jangka
panjang, maka putaran umpan balik dan penundaan merupakan hal yang sangat penting.
Pola sifat (nature's tetnplatel merupakan alatyangdapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi pola yang mengenda-
ffi
LI "'-"f'
I
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Peneintahan Daerah
Kanci
likan kejadian. Pola sifat ini berfungsi untuk melihat struktur
dalam kehidupan kita. Ia juga berimplikasi bahwa tidak semua
manajemen bersifat unik, selain berfungsi untuk mengungkap
kesederhanaan di balik kompleksitas. Pola ini juga merupakan
rekondisi persepsi kita untuk melihat struktur yang sedang
berlangsung dan memengaruhinya.
Terdapat beberapa pola dasar (archetype) sebenarnya
dalam template ini, namun yang dibahas dalam terutama
dalam buku ada dua, yang dianggap menjadi batu pijakan bagi
pola dasar lainnya. Mereka adalah limits to growth (batas
pertumbuhan) dan shifting the burden (pengalihan beban).
Struktur dari batas pertumbuhan terdiri dari z adasatu putaran
penguatan (reinforcing) dan satu putaran penyeimbangan (balancing). Untuk memengaruhinya adalah memusatkan perhatian pada putaran penyeimbangan dengan mengidentifikasi
dan mengubah faktor-faktor yang membatasi. Untuk struktur
pengalihan beban, terdapat dua proses penyeimbangan dan
satu proses penguatan tambahan. Memengaruhinya dilakukan
dengan memperkuat respons atau solusi fundamental, sekaligus memperlemah solusi symptomatic.
Prinsip pengaruh pada berpikir sistem merupakan
upaya untuk melihat ketika tindakan dan perubahan dalam
struktur dapat mengarah pada perbaikan yang signifikan dan
berjangka panjang. Pengaruh sering kali mengikuti prinsip
cara ekonomi : dimana hasil terbaik datang bukan dari upaya
skala besar tetapi dari tindakan kecil yang terfokus dengan
baik (small well-focused action). Cara berpikir non sistem
sering kali terjebak pada pengaruh tingkat rendah saja karena
terfokus pada hanya gejala dimana tekanan terbesar terfadi
bukan hal yang fundamental. Sering kali yang diperbaiki adalah geiala tersebut. Upaya ini biasanya membuat lebih dalam
fangka pendek tetapi justru memperburuk keadaan untuk
BAB 4 - ORCANISASI PEMBELAIAMN:
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inouasi
jangka panjang. Seni berpikir sistem terletak dalam kemampuan untuk mengenali struktur yang kompleks dan halus
(subtle) sekaligus menemukan pengaruh ny a (leu erage). Esensi
dari prinsip pengaruh adalah melihat pola struktur daripada
sekadar keiadian dan kekuatan bereaksi.
Seni melihat hutan dan pohon merupakan hal penting,
namun yang teriadi biasanya hanyalah melihat banyak pohon.
Ketika kita berpikir parsial maka ketika melihat hutan yang
dilihat hanyalah kumpulan pohon padahal hutan merupakan
suatu kesatuan ekosistem yang saling memengaruhi antar
unsurnya. Berpikir sistem mempunyai manfaat terbesar dalam
membantu kita membedakan perubahan pengaruh dalam
situasi yang sangat kompleks. Seni berpikir sistem terletak
dalam melihat melalui kompleksitas menuiu struktur yang
mendasarinya lalu meningkatkan perubahan. Untuk
melakukan hal ini sering kali para manaier menghadapi masalah informasi, bukan karena kekurangan informasi tetapi
iustru terlalu banyak informasi. Yang paling penting dibutuhkan adalah cara mengetahui apa yang penting dan yang tidak,
serta variabel apa yang harus difokuskan dan yang tidak perlu
diperhatikan. Untuk mengatasinya maka seyogyanya menguasai pola dasar sistem sebagai langkah pertama dalam mengembangkan kemampuan melihat hutan dan pohon, melihat informasi secara luas dan pola rincinya. Hanya dengan melihat
keduanya, kita dapat merespons dengan baik tantangan
kompleksitas dan perubahan.
Penguasaan Prihadi
Penguasaan berarti memperoleh dominasi atas orang
dan sesuatu. Ia luga berarti tingkat kecakapan tertentu. Orang
dengan tingkat penguasaan yang tinggi mampu menyadari
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Kunci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Daerah
secara konsiqten hasil yang terjadi secara mendalam bagi
dirinya. Akibatnya, ia menjadi begitu committeddengan pembelajaran seumur hidupnya. Penguasaan pribadi merupakan
disiplin yang mengklarifikasi dan memperdalam visi pribadi
kita terus menerus, yang memfokuskan energi kita, yang
mengembangkan kesabaran, dan yang melihat realita secara
objektif. Ia menjadi fondasi spiritual organisasi pembelaiaran.
Organisasi belajar hanya melalui individu yang belajar,
individu yang belajar tidak menjamin pembelajaran organisasi,
akan tetapi tanpanya organisasi pembelajaran tak pernah terjadi. Ketika penguasaan pribadi menjadi suatu disiplin, ia menambahkan dua gerakan mendasar. Pertama, mengklarifikasi
terus menerus apa yang penting bagi kita. Kedua, belajar terus
menerus bagaimana melihat realitas saat ini dengan lebih jelas.
Untuk itu, maka esensi penguasaan pribadi adalah belajar
bagaimana meningkatkan dan meniaga tensi kreatif dalam
kehidupan kita.
Kenapa kita menginginkan penguasaan pribadi ? karena
kita memang menginginkannya. Ia mampu mengubah pandangan kerja instrumental, yang hanya mendasarkan hubungan kontrak, menjadi pandangan kerja yang suci karena lebih
memiliki hubungan yang lengkap. Namun demikian, masih
ada jugapenolakan terhadap penguasaan pribadi ini meskipun
dampak positifnya sangat besar. Penolakan ini didasarkan
pada konsep yang tak dapat menguantifikasi hal-hal seperti
intuisi dan visi pribadi. Penolakan lain berasal dari sinisme
dari orang-orang idealis yang frustrasi karena kegagalan
manajemen humanis tahun 1.970 dan 1980an. Penolakan terakhir juga karena adanya ketakutan bahwa penguasaan pribadi mengancam tatanan mapan yang sudah mapan dalam
organisasi yang terkelola dengan baik. Hal ini terjadi memang
karena bila belum ada visi bersama dan mental model berBAB 4 - ORGANISASI PEMBETAIARAN;
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inovasi
ffi
.ul
',u'J
sama, lalu organisasi memberdayakan individu makayang tercipta adalah stress dan beban manaiemen yang sangat berat
untuk memelihara koherensi dan arah.
Disiplin penguasaan pribadi mencakup tiga hal, yakni
visi pribadi, tensi kreatif, dan konflik struktural. Visi pribadi
selalu datang dari dalam. Ia berbeda dari tujuan dan sasaran
tetapi ia terkait erat dengan tuiuan. Visi pribadi sering dianggap sama dengan genuine caring. Visi merupakan hal yang
intrinsik tapi bukan relatif. Visi mengandung banyak aspek,
seperti aspek pribadi, pelayanan, dan materi. Mengklarifikasi
visi merupakan aspek yang lebih mudah dalam penguasaan
pribadi daripada menghadapi realitas saat ini.
Kesenjangan antara visi dengan realitas saat ini disebut sebagai tensi
kreatif. Keseniangan ini dapat membuat visi terlihat tidak realistis atau
memalukan. Namun demikian, kesenjangan ini iuga merupakan sumber energi, yang tanpanya kita tidak
bergerak menuju visi. Keseniangan
ini juga sering mengarah pada perasaan atau emosi yang dikaitkan
dengan keresahan- Yang perlu disadari adalah bahwa keresahan atau
emdsi negatif ini merupakan
pertanda adanyatensi kreatif namun
bukan tensi kreatif itu sendiri. Emosi
seperti inilah yang diseb:ut etnotional tension. Emosi ini ada di
dalam diri semua manusia, dan
m6|mre
yu
ffixffi
Gambar 10. Tensi Kreatit
Sumber: Senge, 1994
m,
I 'tL*
rrrl .
dinamika pelepasan emosinya sering
KNOWTEDGEMANAGEMENT
ktnci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Daerah
kali dari dalam dan sering tak disadari juga. Bilamana kita
gagal membedakan emotional tension dengan tensi kreatif,
maka kemungkinan besar kita akan mengurangi visi kita.
Dengan kemampuan dan kesabaran, emotional tension bisa
diatasi sehingga kita bisa mendekatkan realira saat ini menuju
visi. Penguasaan atas tensi kreatif mengubah cara seseorang
dalam memandang kegagalan. Ia bukanlah ketidakberhargaan
dan ketidakbeidayaan. Ia merupakan bukti kesenjangan
antara visi dengan realita saat ini, dan ia merupakan peluang
untuk pembelajaran tentang gambaran yang tidak tepar
mengenai realita saat ini, tentang strategi yang tidak bekerja
sesuai yang diharapkan, dan tentang keielasan visi. Orang yang
benar-benar kreatif adalah orang yang sadar bahwa semua
kreativitas dicapai dengan bekerja bersama rintangan.
Konflik struktural berasal dari perasaan tak berdaya
dan tak berharga yang menahan laju realitas saat ini menuju
pencapaian visi. Konflik struktural menarik kita secara bersamaan mendekat dan menjauh dari apayangkita inginkan.
Kondisi ini membatasi kemampuan kita untuk mencipta apa
yang benar-benar diinginkan. Terdapat tiga strategi yang biasanya dipergunakan dalam menghadapi konflik struktural, yakni membiarkan visi tergerus, manipulasi konflik, dan kekuatan
keinginan (will pouer). Untuk mengatasi konflik struktural
ini diperlukan dua pengungkit, yakni komitmen terhadap kebenaran (commitment to.the truth) dan penggunaan bawah
sadar (subconscious). Jika konflik struktural berasal dari kepercayaan yang mendalam maka memperbaikinya dengan jalan
mengubah kepercayaan tersebut, untuk itu pengungkit
pertama yang dipergunakan. Subconscious dapat dikembangkan melalui meditasi, fokus terhadap hasil yang diinginkan,
serta komitmen kebenaran.
BAB 4 - ORGANISASI PEMBEIAIARAN:
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inouasi
KONFLIK STRUKTURAL
Rasa tak
berdaya
AL kini
Realitas
Visi
atau tak befiarga
Gambar 11. Konflik Struktural
Sumber: Senge, 1994
Hubungan antara penguasaan pribadi dengan berpikir
sistem mencakup : integrasi antara nalar dan intuisi,lalu terus
menerus melihat lebih banyak lagi keterkaitan kita dengan
dunia, mengembangkan perasaan dan empati, serta komitmen
terhadap keseluruhan.
Model Mental
Model mental adalah asumsi, generalisasi, atau bahkan
gambaran atau imaiinasi yang sangat melekat yang memengaruhi bagaimanakita memahami dunia dan bagaimana kitabertindak. Model mental berfungsi untuk membentuk bagaimana
kita bertindak, dan begitu kuat karena memengamhi apa yang
kita lihat, serta berfungsi untuk menempa berpikir
sistem.
Masalah yang biasanya teriadi dengan model mental adalah
bukan karena ia benar atau tidak, tetapi ketika model tersebut
bersifat tacit. lJnruk mengatasinya, model mental dimulai
dengan membalik cermin ke dalam, lalu belajar menggali gambar diri kita tentang dunia untuk membawanya ke permukaan
dan lalu menjaganya dengan cermat untuk diteliti. Selanjutnya'
r+74
I;t
i
KNOWLEDGEMANAGEMENT
U
|
',:rr,l:i:':::
Kanci Suhseslnouasi PemcrintahanDaeruh
-
ia mencakup kemampuan untuk melaksanakan percakapan
pembelajaran yang menyeimbangkan pertanyaan (inquiry)
dan pembelaan (aduocacy).
Untuk melakukan model mental maka terlebih dahulu
diselesaikan penyakit dasar hierarki yang muncul dari dogma
organisasi otoritarian tradisional, yang meliputi managing,
organizing, dan controlling, meniadi dogma dalam organisasi
pembelajaran, yakni visi, nilai, dan model mental. Prinsip yang
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah
'keterbukaan dan merit. Namun dua prinsip ini mempunyai
kesulitan yang berkaitan dengan defensiue routine (yakni
kebiasaan yang kuat untuk melindungi diri kita dari penghinaan dan ancaman yang datang karena mengungkapkan pikiran kita) dan skilled incompetence (kemampuan yang tinggi
untuk melindungi diri sendiri dari sakit dan ancaman karena
situasi pembelajaran).
Untuk mengembangkan kemampuan organisasi untuk
bekerja dengan model mental maka diperlukan dua hal, yakni
mempelaiari keterampilan baru dan menerapkan inovasi
institusional. Keduanya dilakukan dengan mengangkat ke permukaan model mental dan mengembangkan kemampuari
pembelajaran t^tap muka. Untuk itu, perlu dikembangkan
pengelolaan di dua tingkatan. Pertama, mengelola pada tingkatan organisasi secara menyeluruh dengan dua strategi, yakni
perencanaan sebagai pembelaiaran, dan Dewan Internal.
Kedua, mengelola pada tingkatan pribadi dan antar pribadi
dengan meningkatkan keterampilan refleksi dan pertanyaan.
Keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui car^ : leaps of
abstraction atau lompatan abstraksi (ketika kita pindah dari
observasi langsung menuju generalisasi tanpa p engtiian), I eft hand columa (suatu teknik untuk memulai melihat bagaimana
model mental berjalan dalam situasi khusus yang mengungkap
BAB 4 - ORGANISASI PEMBELAIARAN:
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inouasi
cara kita memanipulasi situasi untuk menghindari berurusan
dengan bagaimana kita sesungguhnya berpikir dan merasa
sehingga mencegah situasi kontraproduktif berkembang),
menyeimbangkan pertanyaan dan pembelaan (saling bertanya
dan menjawab sehingga mencapai kesepahaman dan mengeksplisitkan pikiran yang tersembunyi), dan espoused theory
uersus theory-in-u.se (mencapai kesamaan antara apa yang
diucapkan dengan teori apa yang sebenarnya berada di balik
tindakan kita).
Hubungan antaramodel mental dengan berpikir sistem'
mencakup beberapa hal, yakni : berpikir sistem tanpa model
mental akan kehilangan kekuatannya. Model mental yang
berurat berakar akan menggagalkan perubahan yang berasal
dari berpikir sistem. Berpikir sistem sama pentingnya unnrk
bekerja bersama model mental secara efektif. Mempercepat
model mental membutuhkan struktur generik yang didasarkan
pada pola dasar sistem.
Visi Bersama
Visi bukanlah ide. Visi bersama bukan visi pribadi, tetapi
merupakan gambar dan komitmen yang samayang diikat oleh'
aspirasi yang sama. Kebanyakan visi bersifat ekstrinsik, namun
khusus visi intrinsik biasanya memaiukan aspirasi orangorang. Visi bersifat menyegarkan. Ia sering kali dianggap
sebagai kekuatan misterius dan tak terkendali.
Visi bersama berfungsi untuk memberikan fokus dan
energi pembelajaran, serta menciptakan identitas bersama,
dan mengubah hubungan orang dengan perusahaan. Ia iuga
mendorong keberanian secara alamiah, selain menyediakan
kemudi untuk memelihara proses pembelaiaran ketikan
tekanan berkembang. Ia juga menempa pengambilan risiko
KNOWTEDCEMANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Kunci
dan percobaan, serta memberikan komitmen untuk ditempa
dalam jangka panjang.
Mengembangkan visi bersama meliputi beberapa usaha,
yakni menggugah visi pribadi, lalu mengalihkannya menuju
visi bersama, dengan menyebarJuaskan visi, dan menghimpun
sumber energi untuk menciptakan visi bersama. Menggugah
visi pribadi perlu dilakukan karena visi bersama muncul dari
visi pribadi. Untuk itu, organisasi seyogyanya terusrrnenerus
mendukung anggotanya untuk mengembangkan visi priba-
dinya. Penguasaan pribadi merupakan batu fondasi untuk
mengembangkan visi pribadi, sehingga dalam mengembangkan
visi bersama, organisasi tidak dengan mengancam kebebasan
indii'idual.
Mengalihkan visi pribadi menuju visi bersama dapat
dilakukan dengan membuang visi top-doun dengan berbagi
di antara visi pribadi. Hal ini dapat dilakukan melalui interaksi
antar visi pribadi. Interaksi ini membutuhkan keterbukaan
dan kemauan. Menyebar-luaskan visi dapat dilakukan dengan
tiga cara, yakni komitmen (cirinya biasanya, orang-orang
menginginkannya, dan mau merealisasik anny aserta membuat
hukum atau struktur apa pun yang dibutuhkan), pendaftaran
atau enrollment (orang-orang menginginkannya, dan akan
melakukan apa saja y ang dapat dikerj akan di dalam semangar
hukum yang ada), serta kepatuhan (compliance) yang dapat
dibagi dalam lima kategori, yakni : kepatuhan sejati, kepatuhan formal, kepatuhan enggan, ketidakpatuhan, dan apatis.
Sumber energi yang dapat mendukung munculnya visi
bersama ada dua, yakni ketakutan dan aspirasi. Ketakutan
akan memunculkan visi negatif yang memiliki tingkat efek-
tivitas dalam jangka pendek. Aspirasi merupakan sumber
energi yang mendukung munculnya visi positif. Visi fenis terakhir ini memiliki kemampuan efektif dalam jangka panjang.
BAB 4 - ORCANISASI PEMBELAIAMN:
Modal Keungulan Kotnpetisi Berbasis Inouasi
Visi positif dapat memunculkan sinergi seluruh kekuatan
dalam organisasi sehingga akan mampu mencapai pencapaian
tujuan jangka panjang secara efektif. Sinergi yang efektif akan
mampu memicu keselarasan (alignment) dalam organisasi.
Hubungan antara visi bersama dengan berpikir sistem
meliputi bahasan mengapa visi mati sebelum waktunya
(prematur) dan sinergi yang hilang. Ada beberapa jawaban
yang patut disimak untuk iawaban yang pertama, antara lain
: proses visi bisa menjadi layu iika tidak terfokus dan meningkatkan konflikyang tak terkelola. Jika orang lain tak dapat
membiarkan keberagaman diekspresikan, maka polarisasi
akan meningkat, mengurangi kejelasan visi bersama, dan membatasi tumbuhnya antusiasme. Orang menjadi kecil hatinya
karena kesulitan yang tampak dalam membawa visi menjadi
kenyataan. Orang-orang larut dengan tuntutan realitas saat
ini dan kehilangan fokusnya atas visi. Orang-orang melupakan
keterkaitannya satu sama lain yang biasanya disebabkan oleh
bergulirnya waktu dan kurangnya keterampilan.
Sinergi yang hilang teriadi karena beberapa hal. Ketika
membangun visi bersama kekurangan pilar kritis iika dipraktikkan tanpa berpikir sistem. Masalah terletak pada orientasi
reaktif terhadap realitas saat ini. Kepercayaan bahwa "kita
tak dapat menciptakan masa depan kita sendiri" memang begitu mengancam sehingga visi bersam a gagaldiciptakan. Untuk
mengatasi hal ini diperlukan dua hal. Pertama, adanya sumber
kepercayaan diri yang berkembang, yang berakar dalam pemahaman mendalam atas kekuatan yang membentuk realitas
saat ini. Kedua, dibutuhkan adanya pengungkit untuk memengaruhi kekuatan tersebut. Keduanya menunjukkan betapa
pentingnya keterkaitan dengan disiplin lainnya dalam organisasi pembelaiaran.
KNOWIEDGEMANAGEMENT
Ktnci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Daeruh
Pembelajaran Tim
Pembelajaran tim merupakan proses menyejaiarkan dan
mengembangkan kemampuan tim untuk menciptakan hasil
yang benar-benar diinginkan oleh anggotanya. Dalam upaya
pensejajaran (alignmenf) ini, terdapat tiga kondisi. perrama,
tim yang tak sejajar, yang hanya membuang-buang energi
karena mengurangi kecepatan dan kemampuan tim dalam
mencapai visi dan tujuan. Ke dua, tim yang sejajar ,yangmembawa manfaat berupa kebersamaan dalam arah mencapai visi
dan tujuan, serta manfaat berupa energi individu yang harmonis, selaras dengan arah bersama. Ke tiga, pemberdayaan
individu dalam tim yang tak sejajar, yang justru memperburuk
keributan, dan menjadikan pengelolaan tim menjadi lebih
sulit. Tentu kondisi kedua merupakan kondisi yang diinginkan
bagi sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien sekaligus pemberdayaan rerhadap semua
elemen dalam organisasi (lihat Alignment Diagrams).
A
AUGNMINTDIAGRAMS
.Ar\
@ @4
T$tr
1
rbc2
t|pe3
Gambar 12. Kondisi Kesejajaran dan Ketidaksejajaran
Sumber: Senge, 1 994
BAB 4 - ORGANISASI PEMBETAIAMN:
Modal Keunggulan Kompetisi Berbasis lnouasi
ffi
!1{{qil
Dimensi kritis dalam pembelaiaran tim terdiri dari :
berpikir penuh dengan wawasan mengenai isu-isu kompleks,
dan tindakan yang inovatif dan terkoordinasi, serta peran anggota tim atas tim yang lain. Disiplin kolektif dalam pembelajaran tim meliputi : penguasaan praktik dialog dan diskusi,
pembelajaran bagaimana berurusan secara kreatif dengan
kekuatan yang sangat kuat yang menentang dialog dan diskusi
produktif dalam tim keria, serta kebutuhan akan adanya prak-
tik karena tanpa praktik maka pembelajaran tim
menjadi
sangat terhambat.
Disiplin pembelajaran tim mencakup tiga hal pokok,
yakni diskursus, realitas saat ini' dan praktik sebagai mata
rantai yang hilang (missinglinkpractice). Terdapat empat hal
dalam diskursus. Pertama, diskusi, yang berakar dari kata
percussion" dan " concussion", dan berarti mempertahankan
gagasan dalam kompetisi yang berupaya mencari pemenang
mutlak. Ke dua, dialog, yang berasal dari bahasaYtrnani dialogos,berarti arus bebas dari makna melalui suatu kelompok,
dan membiarkan kelompok itu mengungkap wawasanny^yang
tak dapat dicapai secara individual. Tuluan dari didog adalah
mencapai pemahaman di luarbatas individual, dan mengungkap ketidaksesuaian pikiran. Prasyarat dasar bagi timbulnya
dialog adalah : membuang dulu semua asumsi, lalu melihat
satu sama lain sebagai kolega, dan adanya fasilitator yang bertindak untuk menjaga konteks dialog.
Ke tiga, menyeimbangkan antaradialog dengan diskusi.
Dalam pembelajaran tim' keduanya sama pentingnya. Diskusi
merupakan partner penting bagi dialog. Dalam diskusi, pandangan yang berbeda dikemukakan dan dipertahankan' sehingga memberikan analisis yang bermanfaat terhadap situasi
yang menyeluruh. Dalam dialog pandangan yang berbeda
dikemukakan sebagai cara menuju penemuan pandangan
"
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
baru. Dalam diskusi, keputusan dibuat. Dalam dialog, isuisu kompleks di eksplorasi. Tim pembelajaran harus menguasai bagaimana menyelaraskan penggunaan diskusi dan dialog
sehingga memperoleh hasil maksimal bagi pembelajaran tim.
Ke empat, dengan memanfaatkan refleksi, pertanyaan
dan dialog. Dialog mengarrikulasikan visi yang unik dari pembelajaran tim, sedangkan refleksi dan pertanyaan berarti besar
untuk menyadari visi tersebut. Dialog yang berlandaskan keterampilan refleksi dan pertanyaan cenderung lebih diandalkan dan kurang bergantung pada bagian-bagian situasi lainnya.
Hal kedua dari disiplin pembelajaran rim ini adalah realitas saat ini, yang terdiri dari dua perkara. Pertama, konflik.
Biasanya dalam tim hebat, konflik akan berkisar pada visi,
sementara pada tim yang biasa-biasa saja, akan bercirikan
tidak adanya konflik yang muncul di permukaan, atau terjadi
polarisasi yang sangat kaku. Ke dua, defensiue routines yang
menandai adany a kelemahan atau bahkan ketidakmampuan.
Defensiue routines muncul sebagai respons atas baik masalah
kesenjangan pembelajaran (kesenjangan antara apa yang
diketahui dengan
diketahui dalam proses
^payangharusnya
pembelajaran) ataupun
self-sealiag (mereka mengaburkan
keberadaannya sendiri). Ketiga, bagaimana berkonfrontasi
dengan defensiue routines,yakni dengan mengungkapkan penyebab sikap bertahan,lalu memperkuat orientasi solusi fundamental, dan belajar bagaimana bekerja dengan daripada
melawan sikap bertahan.
Hal ke tiga dari disiplin pembelajaran tim adalah praktik
sebagai mata rantai yang hilang. Mengubah individu-individu
pembelaiar menjadi tim pembelajar tidaklah mudah, untuk
mewuiudkannya dibutuhkan praktik aras prinsip dan disiplin
pembelajaran tim. Tim pembelaiaran belajar bagaimana belajar bersama. Untuk itu dibutuhkan lapangan arau tempat prakBAB 4 - ORGANISASI PEMBETAIARAN:
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inouasi
tik dan praktik yang teratur. Agar berhasil maka individuindividu ini harus terus mempraktikkan dialog dan mengembangkan laboratorium pembelajaran. Semuanya ini dapat
dicapai dengan baik bila didasarkan pada aturan dasar, yang
mencakup : membuang asumsi yang ada, bertindak sebagai
kolega, dan mengembangkan semangat bertanya.
tim pembelajaran dengan berpikir
Hubungan
^ntara
sistem. Perspektif dan alat berpikir sistem merupakan figur
sentral dalam pembelaiaran tim. Pendekatan yang diambil oleh
tim pembel aiaranterhadap defensive routines secara intrinsik
bersifat sistemis. AIat berpikir sistem sangat penting karena
semua tugas utama tim manaiemen, seperti mengembangkan
strategi, membentuk visi, merancang kebifakan dan struktur
organisasi, melibatkan pergulatan dengan kompleksitas besar.
Prototipe Organisasi Pembelaiaran
Prototipe merupakan hal penting untuk mengungkapkan
dan menyelesaikan persoalan utama yang berdiri di antara
suatu gagasan dengan implementasi yang berhasil. Terdapat
beberapa isu penting yang berkenaan dengan prototipe ini,
antara lain: keterbukaan, kelokalan, waktu manaier, mengakhiri perang antara keria dan keluarga, microutoilds, pekerjaan baru pemimpin.
Keterbukaan merupakan suatu situasi yang mencerminkan norma pembicaraan yang terbuka dan iujur tentang isuisu penting, dan kemampuan untuk menantang pikiran sendiri
secara berkesinambungan. Terdapat dua ienis keterbukaan,
yakni keterbukaan partisipatif (keterbukaan untuk memperbincangkan pikiran seseorang) dan keterbukaan reflektif (kemauan untuk menantang pikiran sendiri, untuk mengakui ada-
nya kepastian bahwa kita pernah memiliki suatu hipotesis
tentang dunia ini).
Keterbukaan
ini merupakan isu kunci dalam
mem-
bangun visi bersam a, yangmenggambarkan adanya perhatian
dan komitmen yang lebih luas. Proses untuk mencapai hal
tersebut membutuhk an adany a keterbukaan sehingga mampu
membangun suatu lingkungan di mana kepentingan pribadi
bukanlah suatu yang terpenting. Namun demikian, keterbukaan juga menghadapi berbagai kompleksitas yang berupa:
otritarianisme dalam pemikiran, kompartementalisasi pengetahuan, dan persoalan baik yang berup a conuergenl (masalah
yang memiliki suatu solusi) dan diuergent (masalahyang tidak
memiliki solusi yang benar). Keterbukaan ini dapat didorong
dengan menciptakan kondisi semangat keterbukaan dan
adany a kebebasan, bukan kebebasan dari rintangan eksternal
namun kebebasan untuk menciptakan hasil yang benar-benar
kita inginkan.
Kelokalan berarti perluasan deraiat kewenangan dan
kekuasaan sejauh mungkin dari puncak atau pusat organisasi.
Hal ini penting diterapkan di waktu terjadi perubahan cepat,
dan memunculkan rasa tanggung jawab yang sebenarnya. Melalui pembelajaran, organisasi yang menerapkan kelokalan
akan mencapai kontrol dengan tanpa melakukan kontrol. Kelokalan ini menghadapi rintangan ilusi being in control yang
rnengungkap bahwa seseorang mampu menguasai kompleksitas dinamis dan detail suatu organisasi dari puncak. Tentu
ini membahayakan kemampuan organisasi untuk belaiar.
Menyadari bahwa mustahil menguasai kompleksitas dari atas
berarti telah keluar dari ihxi in control. Untuk mencapai ini
maka adaperubahan dalam peran manajemen pusatyang men-
iadikan manajer sebagai peneliti sekaligus desainer. Agar
efektif, kelokalan harus memberanikan pengambilan risiko
BAB 4 - ORGANISASI PEMBETAIAMN:
Modal Keungulan Kompetisi Berbasis Inouasi
di antara manaier lokal. Untuk memberanikan mereka mengambil risiko, maka harus mempraktikkan kemauan untuk memaafkan. Real forgiveness mencakup maafkan dan lupakan,
dan adanya rekonsiliasi hubungan yang terluka karena adanya
kesalahan.
Isu lainnya dalam prototipe adalah waktu manaier
karena walau bagaimanapun pembelaiaran itu membutuhkan
waktu dan tak ada seorang pun yang tahu berapa lama waktu
yang dibutuhkan manajer untuk melakukan refleksi, membuat
model, dan mendesain proses pembelajaran. Untuk itu harus
disediakan keleluasaan waktu bagi manajer untuk berproses
dalam organisasi pembelaiaran.
lsu berikutnya dalam prototipe pembelajaran adalah berkaitan dengan upaya mengakhiri perang antara keria dan keluarga. Selama ini, kita dihadapkan pada pilihan berkarier
tapi kehilangan keluarga, atau memilih keluarga dengan risiko
hilangnya karier. Melalui organisasi pembelaiaran maka perang tersebut akan berakhir. Penguasaan pribadi dan pembelaiaran berkembang sekaligus baik di rumah dan tempat
kerja. Penguasaan atas struktur ketidak-seimbangan antara
kerja dan keluarga membawa kita pada upaya pengungkitan
yang menyeimbangkan pembagian waktu yang memadai di
antara keduanya. Ada dua tingkatan yang dapat melakukan
penyeimbangan tersebut, yakni individu dan organisasi. Individu berperan menyeimbangkan antara kerja dan keluarga
dengan menggunakan prinsip penguasaan pribadi dan pendaftaran, yang meliputi : identifikasi apa yang sebenarnya penting bagi anda, lalu membuat pilihan (komitmen), kemudian
yakinlah dengan apa yang anda pilih, dan yang terakhir jangan
memanipulasi. Organisasi berperan juga dengan melakukan
beberapa langkah : mendukung penguasaan pribadi sebagai
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintaban Daerah
Kunci
strategi dan falsafah organisasi; memungkinkan masuknya isu
keluarga seperti halnya isu pekerjaan ke dalam diskusi, terutama yang berkaitan dengan penempaan komitmen waktu;
bila diperlukan, bantulah orang-orang untuk memperoleh
arahan dan bimbingan untuk mengefektifkan pemanf.aatan
waktu keluarganya.
Isu prototipe lainnya adalah microworlds,yang memungkinkan organisasi untuk melakukan learning by doing dalam
menerapkan organisasi pembelaja ran. Microworlds memadatkan waktu dan ruang sehingga memungkinkan untuk bereksperimen dan mempelajari konsekuensi dari pengambilan keputusan kita di masa depan dan bagi bagian lain dari organisasi kita. Ada tiga jenis microworlds yang bisa diterapkan :
pertama, pembelajaran masa depan, guna mengungkapkan
kontradiksi internal dalam suatu strategi. Kedua, melihat peluang strategi yang tersembunyi, yang membantu kita untuk
menjelaskan bagaimana kepercayaan kita memengaruhi preferensi konsumen kita. Ketiga, mengungkapkan pengungkit
yang belum dimanfaatkan. Terdapat beberapa isu kunci yang
dipelajari mengenai microutorlds ini dalam organisasi
pembelajaran, yaitu : integrasi microutorlds dengan dunia
nyata, mempercep at atav memperlambat waktu, mempersempit ruang, isolasi variabel, orientasi eksperimen, jeda reflEksi,
strategi berbasis teori, dan memori kelembagaan.
Isu terakhir yang berkaitan dengan prototipe adalah
peran baru dari pemimpin. Dalam organisasi pembelajaran
pemimpin dapat bertindak sebagai desainer dan sekaligus
guru. Peran pertama menempatkannya sebagai pemain kunci
dalam mengintegrasikan lima disiplin pembelaiaran, selain itu,
ia berperan pula untuk menyusun desain agat segala sesuatunya dapat bekeria ketika dipraktikkan. Peran kedua mem-
BAB 4 - ORGANISASI PEMBELAIARAN:
Modal Keunguhn Kompetisi Berbasis Inouasi
buatnya harus mendefinisikan realitas, karena realitas bisa
dipandang berbeda oleh setiap orang yang berada dalam
organisasi. Selain itu, ia harus pula memberikan teleological
explanations, yang berarti penielasan terhadap tuiuan dan
sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi. Sebagai penjelas
tentu ia tidak memainkan peran unnrk menentukan secara
arbitrary tujuan dan sasaran tersebut.
Penutup
Kerangka berpikir organisasi pembelajaran, dimulai dan
dititik-beratkan iustru dari disiplin ke lima. Hal ini tidak
dimaksudkan bahwa berpikir sistem lebih mendominasi
disiplin lainnya, melainkan karena fungsinya sebagai batu landasan bagi disiplin lainnya. Organisasi pembelajaran masih
dalam awal pengembanganny a, danmasih dibutuhkan banyak
kaiian, praktik, dan inovasi dalam mengembangkannya di
masa depan, termasuk kemungkinan munculnya disiplin baru
yang belum tereksplorasi pada saat ini. Organisasi akan selalu
menghadapi kompleksitas, baik itu detail maupun dinamis.
Pandangan bahwa dunia tak terbagi, dan ia merupakan satu
kesatuan yang utuh juga merupakan inti bagi pengembangan
organisasi pembelajaran.
KNOWTEDGEMANAGEMENT
k'mci
Suhses
lnouasi Pemerintahan Daeruh
%a,{, s
PENDEKATAN BERPIKIR SISTEM DAN
ANATISIS SISTEM DINAMIS
rsoalan administrasi publik pada dasarnya bukan
ersoalan sederhana yang mudah dipecahkan.
Administrasi publik melibatkan masalah rumit yang
merupakan suatu sistem tersendiri sebagai hasil interaksi
antar sub sistem yang berada di dalamnya. Praktik administrasi
juga merupakan bagian dari suaru sistem yang lebih besar.
Dengan menggunakan iceberg model maka kompleksitas
masalah-masalah administrasi publik sebenarnya dapat
dipahami tersusun bagaikan gunung es. Puncak gunung es
adalah hal yang paling tampak karena puncak merupakan
bagian yang paling tinggi. Puncak ini bagaikan informasi yang
terekam setiap saat sebagai akibat dari aktivitas yang berjalan,
sehingga paling mudah dilihat siapa pun. Semua informasi ini
berada pada tingkatan kejadian (euents) dalam tingkatan berpikir. Perhatian secara khusus semata pada aktivitas administrasi publik tertentu pada suatu waktu tertentu seperti pelayan^n publik, konsultasi publik, pemilihan Kepala Daerah
secara langsung, dan bahkan pembuatan kebijakan atau
proses pembangunan merupakan contoh tingkatan berpikir
pada tingkatan kejadian.
Beragam kejadian pada dasarnya membentuk suatu pola
kejadian atau pola data tertentu (pattems of behauior). Berpikir
pada tingkatan pola dan kecenderungan
ini
memberikan
gambaran yang lebih luas dan memberikan wawasan yang lebih
mendalam daripada berpikir pada tingkatan kejadian.
Tingkatan berpikir yang lebih dalam lagi dari pola keiadian
dapat diperoleh iika dipelajari bagaimana berbagai pola dan
kecenderungan berhubungan bahkan memengaruhi satu sama
lain. Hal ini dapat menunjukkan bagaimana beragam faktor
yang berbeda bekeria membentuk suatu hasil tertentu dari
obiek yang sedang diamati, misalnya derajat partisipasi masyarakat tertentu. Kecenderungan peningkatan jumlah dan ragam
aktivitas partisipasi masyarakat berhubungan dengan pola
kejadian yang menyangkut peran elit lokal untuk memobilisasi
partisipasi masyarakat. Dua pola keiadian tersebut berkaitan
pula dengan kecenderungan peningkatan akuntabilitas kinerja
birokrasi lokal dalam penyelenggaraanpemerintahan daerah.
Jika tiga kecenderungan tadi dipertautkan satu sama lain maka
akan dipahamiadanyahasil dari interaksi tersebut yang berupa
d,eraiat partisipasi masyarakat dalam administrasi publik.
Cara berpikir demikian berada pada tingkatan stnrktur sistem
(systemic structure).
Arti penting membedakan tingkatan berpikir tampak
dari tindakan yang berbeda yang diambil dalam menghadapi
masalah yang sama. Apabila seseorang berpikir pada tingkatan
kefadian saja maka keputusan atau tindakan yang diambil hanya akan bersifat reaktif. Sementara itu, apabila seseorang
berpikir pada tingkatan pola keiadian atau kecenderungan
maka implikasinya tecermin dalam keputusan atau tindakannya yang bersifat proaktif terhadap masalah yang dihadapi.
Selanjutnya, iika seseorang memusatkan perhatian pada strukKNOWLEDGEMANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintaban Daerah
fur sistem yang mencakup pula kejadian dan polanya maka
keputusan dan tindakan yang diambil akan bersifat antisipatif.
Untuk sampai pada tingkatan berpikir struktur sistem ini
maka diperlukan cara berpikir yang berbeda, yakni berpikir
sistem (systems thinking).
Visible manifestations
Trends and Combinations
Causal Relationships
Cambar 13. Tingkatan Berpikir Sistem
Pendekatan Berpikir Sistem
Untuk memahami pendekatan "berpikir sistem" dengan
baik maka perlu diperjelas terlebih dahulu kerangka berpikir
tentang sistem itu sendiri. Kini, istilah sistem telah digunakan
secara luas oleh berbagai kalangan dengan pemahaman yang
beragam pula. Untuk itu, perlu diperjelas kembali kandungan
maksud dari istilah sistem yang digunakan dalam tulisan ini.
Muhammadi, Aminullah, Soesilo (2001) menjelaskan bahwa
sistem dapat didefinisikan sebagai "keseluruhan inter-aksi
antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu
yang bekerja mencapai tujuan." Dari pengertian tersebut
Pendekatan Berpikir Sistern dan Analisis Sistetn Dinamis
maka dapat ditentukan adanya beberapa kata kunci dalam
konsep sistem, yakni : keseluruhan, interaksi, unsur, objek,
dan batas lingkungan, serta tujuan.
Unsur dapat dipahami sebagai benda, baik yang bersifat
abstrak maupun konkret, yang menyusun objek sistem. Kinerja dari suatu sistem ditentukan oleh fungsi setiap unsurnya
sehingga gangguan terhadap fungsi salah satu unsur dapat
mengganggu kineria sistem secara keseluruhan. Unsur ini juga
sering kali disebut sebagai subsistem dan dapat berfungsi sebagai suatu sistem pula. Unsur dalam sistem partisipasi malain dapat diidentifikasi misalnya: kesadaran
syarakat
^nt^ra
berpartisipasi, aktivitas berpartisipasi, dukungan pemerintah
daerah terhadap aktivitas partisipasi masyarakat, dan lain
sebagainya.
Pemahaman tentang keseluruhan dapat dimengerti
bukan sebagai penjumlahan, agregasi, atau akumulasi dari
unsur-unsur yang ada, tetapi sebagai suatu sinergi antar unsur
tersebut. Sinergi ini memunculkan kekuatan yang dihasilkan
oleh keseluruhan unsur tersebut. Kekuatan ini lebih besar
dari sekadar penjumlahan unsur tersebut. Sinergi ini ditentukan oleh interaksi antar unsur tersebut. Interaksi berarti
pengikat atau penghubung antar unsur. Unsur yang berupa
kesadaran berpartisipasi masyarakat akan berinteraksi dengan
unsur aktivitas berpartisipasi masyarakat. Tingkat kesadaran
berpartisipasi masyarakat akan memengaruhi derajat aktivitas
partisipasi masyarakat. Deraiat aktivitas partisipasi masyarakat akan memengaruhi kineria pemerintah daerah. Interaksi inilah yang memberi bentuk atau struktur kepada objek,
membedakannya dengan obiek yang lain, dan memengaruhi
perilaku dari obiek tersebut.
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Sukses lnouasi Petneintahan Daerah
Kunci
Kata kunci berikutnya adalah objek, yang berarti sistem
itu sendiri yang
sedang menjadi perhatian. Misalkan yang
menjadi objek dari sistem yang hendak dikaii adalah sistem
partisipasi masyarakat dalam pemerintahan. Objek ini tentu
memiliki ruang lingkup yang meniadi batas dari sistem. Batas
ini merupakan kata kunci kelima dalam pengertian sistem.
Batas inilah yang menentukan ruang lingkup suatu sistem sehingga dapat dibedakan dari sistem yang lain, misalnya pemerintahan supra daerah seperti pemerintahan Provinsi atau
Nasional dan pemerintahan daerah lainnya. Konsekuensi dari
adanya batas ini adalah bahwa segala sesuaru yang berada di
luar batas suatu sistem berarti lingkungan dari sistem tersebut.
Semakin besar suatu sistem maka biasanya semakin kabur
pula batasnya. Biasanya batas ini cenderung bersifat konseptual terutama pada objek non fisik.
Kata kunci yang terakhir adalah tujuan yang berarti
kinerja sistem yang teramati atau diinginkan. Kinerja yang
teramati merupakan hasil yang telah dicapai oleh bekerjanya
sistem, sementara kineria yang diinginkan berarti hasil yang
hendak diwujudkan melalui bekerjanya sistem. Kinerja yang
diinginkan dalam sistem partisipasi masyarakar dalam pemerintahan daerah misalnya pengaturan dan pengurusan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Selain memahami kandungan sistem maka perlu pula
dipahami lebih mendalam tentang struktur sistem. Kata kunci
dari struktur adalah interaksi atau mekanisme. Betapapun
rumitnya suatu gejala, baik yang bersifat fisik maupun non
fisik, selalu dapatdisederhanakan menjadi struktur dasar suatu sistem yakni mekanisme dari masukan, proses, output, dan
umpan balik. Mekanisme ini bekerja terus menerus dan
BAB 5
Pendekatan Berpikir Sistem dan Analisis Sistem Dinarnis
mengalami perubahan yang dinamis sesuai dengan berjalannya
waktu. Bekerjanya mekanisme ini akan menghasilkan kinerja
suatu sistem.
Mekanisme yang berkelanjutan dari masukan, proses,
output, dan umpan balik ini dalam dunia nyata tidak tumbuh
tanpa batas, tetapi mengalami pengendalian. Kontrol terhadap
sistem ini dapat bersumber dari dalam maupun dari luar.
Kontrol dari luar dapat berupa adanyahambatan yang berasal
dari lingkungan sistem maupun intervensi lingkungan terhadap sistem. Sementara itu, kontrol dari dalam dapat berupa
kerusakan sistem itu sendiri atau berkaitan dengan umur
sistem tersebut.
Mekanisme sistem merupakan keterkaitan antar subsistem sehingga menghasilkan kompleksitas sistem. Pada
dasarnya, kompleksitas ini dapat dipahami dalam dua ienis,
yakni detail cotnplexity dan dynamic complexiry. Perkembangan teori sistem dewasa ini telah menggeser pemahaman
dari detail complexity menuju dynamic complexity (Senge,
1,9941. Jenis kompleksitas yang terakhir ini memiliki
karakteristik bahwa hubungan sebab-akibat bersifat samar,
di samping adanya pengaruh jangka pendek dari suatu
tindakan tertentu yang berbeda dengan pengaruh jangka
panjangnya. Karakteristik lainnya adalah bahwa konsekuensi
dari suatu tindakan biasanya berbeda antar tempat dan bagian.
Selain itu, intervensi terhadap suatu sistem sering kali
menghasilkan konsekuensi yang tidak kentara.
Dengan mencermati mekanisme dan karakteristik dari
suatu sistem maka tindakan untuk mengubah suatu subsistem
tertennl dapat mengakibatkan perubahan dalam sistem selain
membawa akibat sampingan. Hal ini terjadi karena setiap subsistem mempunyai peran dan pengaruhnya yang khas dalam
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Petneintahan Daerah
I(unci
sistem. Setiap terjadi perubahan dalam sistem maka sistem
akan melawan perubahan yang terjadi karena setiap subsistem saling terkait satu sama lain di dalam sistem tersebut.
Namun ada pula yang khas yang selalu terjadi bahwa setiap
sistem memiliki subsistem tertentu yang dengan upaya kecil
dapat mengakibatkan perubahan besar dalam sistem. Subsistem inilah yang disebut dengan istilah leuerage atau pengungkit. Untuk mengungkapkan arti penting pengungkit ini
maka Senge mengungkapkannya dengan kalimat: "giue me a
leuer long enough... and single-handedl can moue the world".
Berpikir sistem merupakan disiplin yang berup aya memahami kompleksitas dan dinamika. Maani & Cavana (2000)
mendefinisikan berpikir sistem sebagai: "A t"uay of thinking
about and describing dynamic relationships that influence the
bebauior of systems".T Pada dasarnya, berpikir sistem ini mencakup tiga kategori berpikir yakni dynamic thinking, operational thinking, dan closed-loop thinking. Berpikir dinamis
karena berpikir sistem mengakui bahwa dunia ini tidak statis
dan sesuatunya selalu berubah. Berpikir operasional karena
berpikir sistem memahami realita operasional dan bagaimana
sesuafu hal sebenarnya berjalan. Berpikir simpal tertutup karena berpikir sistent mengakui bahwa sebab dan akibat tidak
bersifat linear dan sering kali akibat dapat memengaruhi sebab.
Selanjutnya, Balle (1994) menielaskan pula bahwa
secara praktis terdapat tiga petuniuk tentang karakteristik
berpikir sistem. Pertama, berpikir sistem lebih memusatkan
perhatian pada hubungan daripada unsur. Hal ini dapat
dipahami karena suatu sistem merupakan rangkaian unsur
yang saling terkait. Melalui berpikir sistem dapat dipahami
bagaimana setiap unsur berinteraksi satu sama lain untuk
memperoleh hasil bersama. Kekuatan berpikir sistem terletak
Pendekntan Berpikir Sistem dan Analisis SistemDinamis
pada kemampuannya melihat struktur sistem memengaruhi
perilaku sistem. Kedua, berpikir sistem lebih memusatkan
perhatian pada pola daripada kejadian. Hal ini bermanfaat
untuk mengetahui kekuatan yang melandasi suatu kejadian
sehingga dapat terhindar dari sindroma "kodok rebus". Ketiga,
berpikir sistem menggunakan kausalitas sirkuler karena pada
dasarnya hubungan sebab fibat janng sekali berlangsung
satu arah. Sebab menimbulkan akibat, selanjutnya dapat pula
akibat memengaruhi sebab dengan satu cara tertentu.
Sebagian besar hubungan sebab akibat membawa umpan balik
yang menimbulkan kausalitas sirkuler.
Terdapat dua pendekatan dalam berpikir sistem yakni
hard dan soft systems thinking. Keduanya dibedakan atas dasar
jenis masalah yang dihadapi. Hard system menghadapi persoalan yang terstruktur dengan jelas, sementara soft rystem
menghadapi situasi masalah yang kurang terdefinisi dengan
baik. Checkland 6c Scholes (19901 menyebutkan bahwa
pembedaan tersebut memang benar tetapi tidak bersifat fundamental. Perbedaannya iustru terletak pada bagaimana kata
sistem digunakan dan pada atribusi kesisteman. Perbedaan
fundamentalnya adalah : jika hard system mengasumsikan
bahwa dunia yang dipersepsikan berisi holon (sistem),
sedangkan soft system menganut pandangan bahwa metodologinya pun juga sudah mengandung sistem (Checkland,
teee).
Checkland 6c Scholes mengungkapkan bahwa dua
kategori berpikir sistem di atas tidak hanya sekedar berbeda
tetapi fuga saling melengkapi. Hal yang sama juga diakui oleh
Maani & Cavana (2000) dengan menjelaskan bahwa dua jenis
pendekatan itu bersifat saling melengkapi dan saling memperkuat. Kondisi yang dapat saling melengkapi ini karena masing-
KNOWTEDCE MANAGEMENT
Suhses Inouasi Petneintaban Daerah
Kunci
masing memiliki perbedaan yang menyebabkan adanya
kelebihan yang berbeda yang dapat dipetik dari setiap
pendekatan tersebut. Tabel 2 berikut diungkap oleh Maani
&
Cavana dengan merujuk pada Pidd. Tabel tersebut menun-
jukkan perbedaan tersebut dengan merujuk pada kelebihan
setiap pendekatan. Jika suatu penelitian bertujuan unruk mencari solusi dengan mempersembahkan produk atau rekomendasi tertentu maka pendekatan hard system menjadi lebih
tepat. Jika tujuan penelitian adalahpeningkatan wawasan dan
proses pembelajaran maka dengan menghasilkan kemajuan
melalui pembelaiaran kelompok maka pendekatan soft system menjadi lebih tepat.
Tabel 3. Perbedaan Antar Pendekatan dalam Berpikir Sistem
A representation
real world
A way of generating debate
and insight about the real
world
dimensional (single
Ambiguous and multidimensional (multiple
Are integral parts of the
Progress through group
Sumber: Kambiz E. Maani and Robert Y. Cavana. Systems Thinking and
Modelling. (New Zealand: Pearson Education, 2OOO), p. 21 .
Pendekatan Berpikir Sistem dan Analisis Sistem Dinamis
Analisis Sistem Dinamis
Untuk menerapkan berpikir sistem diperlukan metodologi sistem yang tepat sesuai dengan tujuan dan karakteristiknya. Jika tuiuannyaadalahupaya mencari solusi dan optimasi suatu kebijakan maka metode yang berada dalam lingkungan pendekatan hard system meniadi lebih sesuai.
Salah satu metode yang berada dalam kategori bard
system adalah systeffi dynatnics (sistem dinamis). Menurut
Coyle (1,996), metode ini dapat meniadi pilihan utama iika
penelitian yang dilakukan bermaksud untuk mencapai dua
hal yakni: berusaha untuk mengidentifikasi perilaku dinamis
dalam suatu sistem dan bertuiuan untuk mengubah suatu
situasi menuju situasi yang dikehendaki.
Metode sistem dinamis ini dikembangkan pertama kali
oleh Jay Forrester di MIT pada akhir tahun 1950an. Dengan
belajar dari Forrester, Coyle (1,995) mengembangkan lebih
lanjut metode ini dan mendefinisikannya sebagai berikut:
"system dynatnics deals uith the time4cpendent behauior
of managed systems with the aim of descibing the system
and understanding, througb qualitatiue and quantitatiue
models, hout information feedback gouerns its behauior,
and designing robust information feedback structures and
control policies through simulation and optirnization".
(Sistem dinarnikn berkaitan dengan perilaku utaktu dai
sistem yang terkelola dengan tuiuan mengambarkan sistem
tersebut dan memahami bagaimanl umpdn balik informasi
mengdtur peilakunya. Pemahaman ini dapat dilakukan
melalui model kualitatif dan kuantitatif. Tuiuan lainnya
adalah mendesain struktur umpan balikyang hokob serta
mengendalikan kebiiakan melalui simulasi dan optimasi.)
Dari pengertian di atas tampak adanya kekuatan metode
sistem dinamis, yakni kemampuannya unfik digunakan dalam
KNOWTEDCEMANACEMENT
ktnci Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
dua cara yang berbeda namun saling terkait. Di satu sisi, sistem
dinamis dapat digunakan secara kualitatif untuk memotret
bekerianya suatu sistem sebagai suatu alat bantu untuk berpikir dan memahami. Di sisi yang lain, diagram yang dihasilkan dapat dialihkan menjadi suaru model simulasi dan opt!
masi kuantitatif guna mendukung suatu desain kebijakan.
Sistem dinamis menekankan pada struktur sistem dan
proses di dalam struktur tersebut dengan asumsi bahwa perilaku dinamis dunia nyata dapat direpresentasikan di dalamnya.
Perilaku dinamis pada prinsipnya bergantung pada struktur
sistem. Struktur mencakup tidak hanya aspek fisik dari suatu
proses tetapi juga meliputi tradisi dan kebifakan yang menentukan pembuatan keputusan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem dinamis
mengasumsikan adanya analisis siruasi yang diambil dari sudut
pandang obyektif eksternal. Struktur dan proses dinamika
dari dunia nyata dapat disusun baik dalam diagram sistem
maupun model matematis. Dalam kerangka inilah analisis
sistem dinamis dapat dipahami sebagai mekanisme generatif
sehingga model sistem dinamis dapat digunakan untuk mewakili, memperkirakan, dan menielaskan serta mengendalikan .
realitas.
Struktur memainkan peran penting dalam analisis sistem
dinamis karena memiliki daya dukung bagi peramalan dan
pengendalian sistem. Flood 6c Jackson (L991) menjelaskan
betapa pentingnya struktur ini bagi analisis sistem dinamis
sehingga memberikan perhatian besar tentang karakteristik
struktur sistem. Ada empat karakteristik, yaitu: tatanan, arah
umpan balik, non-linearitas, dan simpal ganda. Tatanan dari
suatu struktur ditunjukkan dengan jumlah "leuels" yang digunakan. uLeuels" adalah variabel yang mewakili jumlah dari
Pendekatan Berpikir Sistem dan Analisis Sistem
Dinamk
sesuanl. "Leuels" pada dasarnya digunakan untuk mewakili
struktur.
Umpan balik merupakan perilaku satu unsur dari sistem
yang memengaruhi kembali baik secara langsung maupun tak
langsung terhadap unsur lain yang semula memengaruhinya.
Arah umpan balik ini dapat bersifat positif atau negatif. Arah
umpan balik ini merupakan perhatian utama dalam analisis
struktur. Sistem yang dipengaruhi oleh umpan balik positif
menghasilkan pertumbuhan atau penurunan eksponensial
dari titik tertentu. Umpan balik seperti ini merupakan sistem
non-linear yang dapat mengarah pada peralihan di antara
simpal positif dan negatif sehingga membentuk pernrmbuhan
yang terkendali. Situasi sosial, ekonomi, dan administrasi
jarang sekali terwakili oleh simpal tunggal. Beberapa simpal,
baik positif maupun negatif, selalu terkait dalam situasi tersebut. Jumlah dan derajat interaksi antar simpal menunjukkan
kerumitan suatu sistem sehingga sulit untuk mengidentifikasi
variabel kunci dan untuk memperkirakan hasil.
Secara keseluruhan, pemahaman yang baik terhadap
struktur sistem dalam model sistem dinamis diasumsikan
. mampu meningkatkan kualitas prediksi dan kendali atas hasil
suatu sistem. Prediksi dan kendali ini dapat dilakukan dengan
baik melalui simulasi. Tujuan analisis sistem dinamis adalah
untuk melakukan simulasi skenario kebijakan yang memungkinkan. Simulasi ini mampu mengurangi derajat ketidakpastian implementasi suatu kebijakan. Selain itu, simulasi ini iuga
mampu memberi rasa percaya diri yang lebih besar dalam
merumuskan dan melaksanakan suatu keputusan. Pada dasarnya, fokus utama prediksi dan kendali sistem berdasar analisis sistem dinamis berada pada model kebijakan yang
disusun.
KNOWLEDGEMANAGEMENT
Kanci
Sukses
Inouasi Pemerintaban Daerah
Mengenai definisi model, Maani & Cavana mengungkapkan: "model is defined as being representation of tbe real
world." Selanjutnya dijelaskan bahwa model dapat berupa
beragam bentuk, seperti : model fisik, model analog, model
digital (komputer), model matematis dan lain sebagainya. Dalam analisis sistem dinamis, model dibagi dalam dua set model,
yakni model dasar dan model baku. Model dasar terdiri dari
empat jenis, yakni : model umpan balik positif yang mempunyai karakter penguatan, model umpan balik negatif. yang
mempunyai ciri pencapaian tujuan atau penyeimbangan,
model kurva-S yang terjadi karena adanyaketerbatasan sumberdaya atau kejenuhan, dan model osilasi yang terjadi karena
kejadian yang berulang. Model baku (archetype\ memlliki delapan model yang dapat digunakan sebagai representasi dunia
nyata dari interaksi antar subsistem yang bersifat kompleks.
Delapan jenis model tersebut adalah : batas keberhasilan,
perbaikan yang gagal, pemindahan beban, sasaran yang berubah, kemajuan dan kekurangan modal, sukses bagi yang berhasil, eskalasi, dan kesulitan bersama.
Pendekatan lima tahap dari Coyle adalah salah satu metode sistem dinamis. Pendekatan ini mempunyai kelebihan
dalam mengakomodasi data-datayangbersifat kualitatif sebagai kenyataan sosial yang sulit dikuantikasi. Pendekatan ini
mampu mengombinasikan paradigma kuantitatif dan kualitatif
berdasarkan "th e dominant-less dominant design" y aknipenggunaan metode kuantitatif sebagai desain dominan dilengkapi
dengan penggunaan metode kualitatif. Thhap pertama dimulai
dengan mengakui adanya masalah dan mencari tahu mengapa
orang peduli tentang hal tersebut. Beberapa tahapan berikutnya dalam metode sistem dinamis adalah: pemahaman masalah
melalui deskripsi sistem, analisis kualitatif, simulasi model,
dan yang terakhir adalah pengujian dan desain kebijakan.
Pendekatan Berpikir Sistetn dan Analisis Sistem Dinatnis
da hubungan yang sangat kuat
antara
desentralisasi fiskal dengan devolusi (Manor,
L999; Humes IY, L99l; MacKintosh & Roy,
1999; Fiscal Policy Resource Center, 2001). Desentralisasi
fiskal, yang berarti pemerintah atasan menyerahkan pengaruh
atas keputusan anggaran dan pengeluaran kepada pemerintah
bawahan, seharusnya didahului oleh adanya desentralisasi politik. Desentralisasi fiskal trnpa desentralisasi politik maka
sulit mewujudkan adanya desentralisasi sejati, yang benarbenar mampu mencerminkan kepentingan dan aspirasi daerah. desentralisasi fiskal membutuhkan adany a akuntabilitas
terhadap masyarakat dan lembaga di daerah ketimbang
terhadap atasan di luar daerah.
Sebaliknya, devolusi juga membutuhkan adanya desentralisasi fiskal untuk menopang kemandirian pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus fungsi-fungsi yang diembannya. Ada tiga sumber dayayangharus mampu dikelola
oleh pemerintah daerah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, yakni pengelolaan atas pegawai dan keuangan, serta
adany a dukungan p olitik.
Kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan
layanan publik sangat tergantung pada kemampuan keuangannya (Humes IVrDgl').Thnpauang, pemerintah daerah tidak
dapat membayar pegawai, perlengkapan dan peralatan, serta
berbagai kontrak penyediaan layanan lokal, dan lain sebagainya. Desentralisasi fiskal dan devolusi tampak sepefti dua
sisi yang berbeda dari satu koin mata uang yang sama sehingga desentralisasi fiskal menuntut adanya devolusi, dan
begitu pula sebaliknya. Dalam kerangka devolusi inilah, maka
desentralisasi fiskal berkaitan dengan dua hal pokok, yakni
kemandirian daerah dalam memutuskan pengeluaran,guna
menyelenggarakan layanan publik dan memenuhi kebutuhan
publik, dan kemandirian daerah dalam memperoleh pendapatan untuk membiayai pengeluaran tersebut (Norton,
1994 : 7l-2; Smith, L985 : 99-109). Manajemen keuangan
daerah yang efektif. pada dasarnya berkaitan dengan pengelolaan dua hal tersebut yakni pendapatan dan pengeluaran
daerah.
Sumber Pendapatan Daerah
Kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sangat bergantung pada kemampuan
pendanaannya. Di berbagai negara, sumber keuangan daerah
ini selalu menjadi polemik karena ada perbedaan distribusi
sumber pendapatan antarapemerintah daerah dengan pusat.
Daerah merasa bahwa sumber dana yang dimilikinya kurang
memadai dan pemerintah pusat dituduh enggan berbagi pendapatan. Jika ini terjadi, maka ada kondisi tidak kondusif bagi
revitalisasi pemerintahan daerah. Untuk itu, perlu dipahami
terlebih dahulu berbagai jenis sumber pendapatan daerah.
KNOWTEDGE MANACEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerab
Kunci
Humes IV (1991) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya
sumber keuangan daerah itu ada tiga, yakni : Iocally raised
reuenue (Pendapatan Asli Daerah), transferred or assigned income (Transfer Pemerintah Pusat), dan loans (Pinjaman).
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang
ditentukan dan dikumpulkan secara lokal. Jenis pendapatan
ini seharusnya merupakan sumber penghasilan utama bagi
daerah. Terdapat tiga kategori yang masuk dalam jenis pendapatan ini yang meliputi pajak daerah, denda dan punguran,
serta penghasilan perusahaan daerah. Pajak daerah oleh banyak pihak dipandang sebagai jenis penghasilan utama yang
diperoleh daerah. Umumnya pemerintah pusat menentukan
paiak mana yangdapatdipungut oleh daerah. Di banyak negara, legislasi juga menentukan batasan bagi pungutan tersebut
serta memberikan kekuasaan kepada pemerintah pusat untuk
memeriksa dan mengesahkannya.
Cara pemungutan pajak pada tingkat lokal di berbagai
negara berbeda satu sama lain. Namun ada beberapa kriteria
yang dapat diiadikan pijakan evaluasi terhadap perpaiakan
lokal ini (Norton, 1994). Kriteria tersebut adalah : equity,
collectability, efficiency, taxes should be met by beneficiaries of seruices, A tAx's behauioural effects, buoyancy or elasticity, immobility of tax base, dan perceptibility and accountability, serta compatibility with other taxes. Berdasarkan
kriteria inilah pajak dapat dipungut dari masyarakat.
Manaiemen Keuangan Daerab Berbasis Knowledge Management
LOC,qL
REVENI.IE
CunutElpondtun
LOC.4L
EXPENDITLIRE
Cqrihl Erycnd{lra
Gambar 14. Pemetaan Keuangan Daerah
Kategori ke dua dari pendapatan asli daerah adalah
pungutan biaya (fee), denda (ines), dan lisensi (license).Sumber pendapatan ini terikat dengan kemauan seseorang untuk
membayar pelayanan tertentu yang dinikmatinya. Pemerintah
daerah memungut biaya atas beragam pelayanan dan lisensi
yang disediakan. Contoh yang masuk kategori ini adalah hak
untuk meniual minuman, makanan, hiburan, untuk menjalankan sepeda, kendaraan bermotor, untuk menggunakan fasilitas atau taman kota, memancing, menjajakan, dan lain sebagainya. Sumbangan sukarela juga dimungkinkan sebagai sumber pendapatan daerah.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerab
ktnci
Kategori ketiga dari pendapatan asli daerah adalah penghasilan dari utilitas dan perusahaan daerah (earnings from
utilities and public enterprises). Perusahaan daerah memperoleh penghasilan melalui pembebanan biaya (user charge) atas
pelayanan yang diberikannya. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya biaya ini, yakni
: equity, reuenue stability, flexibility, ease of administration,
danpublic acceptance (Pierce & Rust, 1991). Pada prinsipnya,
pembebanan biaya ini memainkan peran fiskal dan regulasi
berupa pengumpulan pendapatan dan mengatur permintaan
iasa dengan mengekang pelanggaran yang sering terjadi dalam
pelayanan publik yang bebas biaya. Fungsi regulasi ini sangat
penting melalui pembebanan biaya ini sebagai salah satu
langkah untuk menghindari malapetaka bersama (tragedy of
the commons) dari penggunaan tanpa batas secara bebas
public goods. (lihat Hardin,1968; Ostrom, 1,990).
Terdapat empat bentuk manajemen perusahaan daerah
yang biasanya beroperasi untuk menialankan fungsi di atas,
yakni berupa single community, ioint ownership, special or
multipurpose district, dan independent authority (Pierce &
Rust, 1991). Beragam bentuk ini mencerminkan jenis pelayanan, lingkungan regulasi, serta keluasan dan cakupan pasar. Manajemen yang efektif dari perusahaan daerah ini bergantung pada arahan dan kendali operasi di bawah satu administrator yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang
petunjuknya ditetapkan oleh badan yang berwenang.
Dalam beberapa waktu terakhir, banyak pemerintah
daerah semakin bertambah tergantung pada dana atau bantuan yang ditransfer oleh pemerintah pusat. Kecenderungan
ini dipicu oleh fenomena ekonomi politik. Penyebabnya bisa
berbagai macam mulai dari bertambahnya tugas yang dibe-
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Management
rikan oleh pemerintah pusat kepada daerah, atau bertambahnya penghasilan pusat melalui pajak penghasilan dan yang
lainnya, maupun semakin meningkatnya ketidakcukupan
sumber-sumber lokal untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pelayanan publik. Pendapatan transfer ini meliputi : bagi
hasil, bantuan, dan alokasi anggaran langsung.
Bagi hasil (reuenue sharing) mengacu pada dana yang
dipungut atas nama pemerintah daerah dan ditransfer kepadanya. Pemerintah pusat biasanya memungut paiak (dalam hal
tertentu, pemerintah daerah dapat melakukannya pula). Persentase teftennl diberikan kepada daerah yang pada umumnya
ditentukan secara nasional, dan dalam beberapa kasus pemerintah daerah dapat meminta persentase tambahan. Paiak bersama ini dibagi baik atas dasar by origin maupun by fonnula
(yang memperhitungkan berbagai faktor seperti penduduk,
wilayah, jasa yang disumbangkan dan kebutuhan). Rumusan
pembagian ini biasanya merupakan hasil dari negosiasi politik,
dan pemerintah daerah berupaya untuk memperoleh rumusan
yang paling menguntungkan.
Bantuan (Grants) biasanya juga menjadi sumber pendapatan yang utama bagi pemerintah daerah di banyak negara
(Bird, 2000;Humes IItl,799l;Wilson & Game, 1994; Shah,
1,994).Istilah lain dari grants yang juga seringkali dipergunakan adalah subsidies atau subuentions.Terdapat tiga alasan
utama dari penggunaan jenis bantuan ini (Humes IV, 1991)
yakni : untuk menambah sumber pendapatan daerah, lalu
untuk memenuhi kebutuhan yang berlebihan atau pendapatan
yang terbatas dari area tertentu, dan untuk meningkatkan
program tertentu serta menyelipkan kontrol terhadapnya.
Selain tiga alasan tersebut, Wilson 6c Game (1994)
menyebutkan dua alasan mendasar dari bantuan ini, yakni :
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Suhses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
kompensasi dan persuasi. Kompensasi diberikan agar pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar tertentu
untuk memenuhi kepentingan masyarakat. Motif persuasi
dapat dilihat sebagai keinginan pusat untuk mempengaruhi
atau mengendalikan beberapa aspek dari pengeluaran daerah. Bantuan bisa dipergunakan untuk meningkatkan pengeluaran dalam pelayanan tertentu misalnya, atau untuk
menekankan minimum standar, atau mendukung dewan untuk
menerapkan insiatif kebijakan pemerintah pusat, dan pada
umumnya untuk mengarahkan sehingga daerah tidak berpaling ke arah lainnya. Pada intinya tujuan ini dapat dicapai
melalui beragam jenis bantuan yang dapat dibagi dalam bentuk
: pertama, non-matching transfer yang dapat dibagi dalam
bentuk specific (conditional) grant dan block (unconditional)
grant; kedua matching transfer yang dapat dibedakan menjadi
open-ended matcing grants dan closed-ended matching grants;
dan yang ketiga adalah deficit granl (meskipun yang terakhir
ini tidak lagi direkomendasikan). Pembedaan ini seperti yang
diungkapkan baik oleh Devas (1988) maupun Davey (19SS).
Bentuk pendapatan transfer yang ketiga adalah alokasi
anggaran langsung (direct budget allocati.ons). Di negaranegara komunis, pemerintah daerah merupakan bagian integral dari pemerintah nasional, dan anggarannyapun merupakan bagian integral dari anggaran nasional. Sebenarnya
dana yang ada bukanlah semacam transfer antar pemerintah
melainkan alokasi intra organisasi. Pemberian dana dalam cara
demikian ternyata memberikan peluang yang terbatas terhadap keputusan administrasi pemerintah daerah.
Pinjaman (Loans atau Borrowing) merupakan sumber
danayangketiga bagi pemerintah daerah dan merupakan cara
alternatif untuk membiayai investasi modal daerah (Humes
BAB 6
Manajemen Keuangan Daerah Berbasis Knoutledge Management
ffi
l.i:ii
fi|,
"1.997
;World Development Report, 1 98 8 ).
Investasi ini dapat dipergunakan untuk membiayai pem-
;Norton,
1,99 4
bangunan jalan, jembatan, dam, gedung serba guna, fasilitas
air, dan lain sebagainya yang sulit dipenuhi oleh pemerintah
daerah melalui sumber pendapatan yang ada. Pinjaman ini
iuga dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menutup
defisit anggarannya.
Di negara maju, pinjaman dapat diperoleh melalui perbankan atau sektor swasta. Di negara berkembang, pemerintah daerah sulit memperoleh akses ke sumber modal, atau
kalau mereka dapat melakukannya maka tingkat suku bunganya sulit diiangkau. Akibatnya, pemerintah daerah di negara
berkembang, khususnya di wilayah pedesaan, sulit untuk
memperoleh modal pembangunan sehingga kecil pula perkembangan modalnya. Karena hal inilah, dapatdidirikan lembaga
kredit pusat yang menyediakan pinjaman kepada pemerintah
daerah guna memperoleh modal pembangunannya. Lembaga
ini dapat (terutama) dikontrol oleh pemerintah pusat, oleh
pemerintah daerah, atau oleh keduanya.
Kajian Norton (7994) mengungkapkan beberapa
metode pinjaman yang dilaksanakan di negara-negara Eropa.
Metodenya adalah : (1) piniaman dari sumber dana internal
(internal funds\. (2) pinjaman berjangka (temporary borrouing\ dari pasar uang (money market). (3) obligasi (bonds issues). (4) Pengeluaran saham (stockissues). (5) sewa-menyewa
(lease anangernents).
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petneintahan Daerah
Kunci
Pengeluaran Daerah
Desentralisasi fiskal juga menyangkut desentralisasi
otoritas pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dalam
rangka pelayanan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat (expenditure assignment). World Bank (1988)
mengungkapkan bahwa otoritas ini diperlukan ag r pemerintah daerah mampu melakukan manajemen pengeluaran
publik secara tepat, yang mempunyai ciri sebagai berikut :
(a) secara memadai ia mampu mengendalikan keseluruhan
pendapatan dan pengeluaran, dan (b) secara tepat mengalokasikan sumber-sumber publik ke dalam berbagai sektor dan
program, serta (c) menjamin bahwa lembaga pemerintah
beroperasi seefisien mungkin (Bird, 2000).
Pendapatan daerah dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah. Sementara itu, kebutuhan akan pengeluaran daerah harus bisa dipenuhi oleh pendapatan daerah.
Melihat hubungan timbal balik antara kedua aspek tersebur,
maka desentralisasi fiskal tidak dapatmenekankan atau mengabaikan salah satu aspek saja. Aspek yang sama pentingnya
dengan pendapatan adalah pengeluran daerah. Pengeluaran
ini harus dilakukan oleh daerah guna membiayai berbagai akti.
vitas atau fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Ada lima
peran yang harus dimainkan oleh pemerintah dalam mengelola
segala macam urusan atau kewenangannya (Premchand,
1,999). Peran tersebut mencakup peran sebagai penyedia layanan, sebagai pembeli layanan, sebagai badan penyandang
dana, sebagai koordinator penyediaan layanan publik, dan
sebagai regulator. Pelaksanaan dari semua atau pilihan peran
tersebut membutuhkan dana yang harus dikeluarkan oleh
daerah.
BAB 6
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Management
ffi
Dalam prakteknya, berbagai peran pemerintah dalam
penyediaan layanan publik di atas dapat berlangsung dalam
dua kategori bentuk sebagaimana diungkapkan oleh Norton
(1.994), yakni : direct prouision dan indirect or delegated
lltanagettent of seruice. Kategori pertama pada hakikatnya
menempatkan pemerintah sebagai penyedia langsung pelayanan publik dengan berbagai macam variasinya seperti
penyediaan oleh instansi pemerintah, perusahaan negara, atau
badan keriasama lainnya yang secara langsung berada di bawah
kendali dan dibiayai oleh pemerintah. Kategori ke dua pada
hakikatnya menempatkan pemerintah sebagai pengatur (regulator) sementara pelayanan publik dapat dilakukan oleh swasta, masyarakat, atau lembaga sukarela lainnya. Cara yang biasa
dilakukan pada kategori ke dua ini antara lain : konsesi, con'
tracting out, regulasi dan sebagainya.
Untuk membiayai peran pemerintah dan bentuk penyediaan layanan yang harus diselenggarakan oleh pemerintah
tersebut harus dapat diterjemahkan dalam anggaran daerah.
Jenis pengeluaran daerah dalam anggaran daerah dapat dibedakan meniadi dua, yakni cunent expenditure atau iuga dikenal sebagai reuenue expenditure, dan capital expenditure
(Wilson & Game, 7994). Current expenditure merupakan
pengeluaran harian pemerintah daerah yang diperlukan untuk
menjaga agar pelayanan publik tetap berlangsung. Pengeluaran ini meliputi : upah dan gaji pegawai, buku-buku sekolah, peralatan kantor, dan lain sebagainya. Capital expenditure mertpakan pengeluaran yang menghasilkan aset jangka
panjang. Pengeluaran ini seringkali mahal harganya, tetapi
memiliki manfaat setelah tahun anggaran berjalan. Contoh
pengeluaran ini adalah pembelian lahan, konstruksi bangunan dan jalan, peralatan-peralatan utama sePerti mobil, mesin,
komputer dan lain sebagainya.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerab
ktnci
Pertimbangan utama yang harus diperhatikan baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah adalah tidak semua jenis
pelayanan publik lebih baik semuanya diselenggarakan di
salah satu tingkat pemerintahan tersebut. Pelayanan publik
tertentu lebih baik diselenggarakan oleh pemerintah pusat
sementara yang lainnya diselenggarakan oleh pemerintah
daerah. dengan memahami pertimbangan ini maka mempermudah penentuan pengeluaran pelayanan publik mana yang
lebih baik di desentralisir.
Shah (1994) mengungkapkan beberapa perrimbangan
tersebut seperti : penyediaan layanan publik yang efisien, efisiensi fiskal, keadilan regional (horisontal), peran distributif
sektor publik, penyediaan barang-barang semi privat, pelestarian pasar bersama internal, stabilisasi ekonomi, dan kekuatan pengeluaran. Semua pertimbangan ini yang menjadi
dasar bagi pelimpahan tanggung jawab pelayanan publik tertentu kepada daerah. Kajian Shah (1994), Norton (1994), Bird
(2000) mengungkapkan bahwa ada jenis pelayanan publik yang
ditangani oleh hampir semua daerah, ada jenis yang ditangani
baik oleh pemerintah pusat atau daerah, dan ada pula ienis
pelayanan publik yang ditangani oleh pemerintah pusat.
Kecenderungan untuk ttrendesentralisir pengeluaran ini
didasarkan pada subsid,iarity principle (Fiscal Policy Resource
Center, 2001). Prinsip ini menyarankan bahwa pelayanan
pemerintah seharusnya diberikan pada tingkat pemerintahan
terendah yang mampu menyediakan barang dan pelayanan
publik secara efisibn. Prinsip ini berhasil pada situasi ketika
kemanfaatan pelayanan pemerintah dirasakan sebangun
dengan batas-batas wilayah pemerintah pada setiap tingkatan
pemerintahan. Subsidiarity principle ini menyarankan tiga
jenis aktivitas yang paling baik bila diselenggarakan oleh
pemerintah pusat, yakni : (1) penyediaan barang dan pelayanan publik yang bermanfaat bagi bangsa secara keseluruhan,
(2) kebijakan redistribusi pendapatan atau sosial, (3) aktivitas
pemerintah yang mencakup spillouer ataur eksternalitas antar
wilayah.
Berdasarkan prinsip ini, pemerintah subnasional tidak
akan efektif dalam menjalankan kebiiakan redistribusi pendapatan karena : pertama, sifat alamiah pemerintah subnasional
tidak dapat menyelesaikan perbedaan pendapatan antar
wilayah, dan kedua, rumah tangga dan perusahaanyangkaya
akan pindah dari yurisdiksi yang terlibat dalam distribusi pendapatan. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa pemerintah subnasional akan menghasilkan tingkat pelayanan publik yang
tidak efisien jika menyangkut manfaat atau biaya eksternalitas.
Di luar ketiga jenis aktivitas itu, prinsip ini memang
menyarankan untuk diselenggarakan oleh pemerintah subnasional terutama yang terendah. Thnggung jawab pengeluaran (expenditure responsibility) ini dapat dirinci meniadi tanggung iawab untuk menyediakan, membiayai, dan meregulasi
fungsi pemerintahan tertentu yang meniadi kewenangannya.
Namun demikian, tidak semua jenis pelayanan publik dapat
dengan baik diurus oleh satu yurisdiksi tertentu saia karena
dimungkinkan teriadinya kerjasama antar pemerintah daerah
untuk menyelenggarakannya secara efisien, efektif, dan responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan masyarakatnyi
masing-masing.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Pemerintaban Daerah
Kanci
Beberapa Masalah
di
Indonesia
Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat beberapa
masalah pengelolaan keuangan dalam jangka panjang.
Beb,lrapa fenomena ini tampak memberikan hasil yang seakan
memuaskan dalam jangka pendek namun beresiko krisis pada
masa yang akan datang. Ada dua segi fenomena ini, yakni
yang menyangkut penerimaan maupun pengeluaran. Dari segi
penerimaan, ada tiga jenis yang memperihatinkan.
Pertama, terlalu bergantungnya pemerintah daerah pada
dana transfer dari Pemerintah Pusat, baik itu yang berupa
Dana Alokasi Umum maupun Dana Alokasi khusus. Fenomena yang berkaitan dengan jenis ini tampak dari upaya banyak pejabat Pemda untuk melakukan lobbi ke peiabat berwenang di Departemen Keuangan agar menambah porsi dana
transfer bagi daerahnya. Caruini dilakukan dengan menyusun
kembali rumusan yang akan dikenakan bagi daerahnya
sehingga besarnya dana transfer meningkat. Upaya ini tentu
dilakukan tidak secara formal bersifat di bawah tangan dan
tersedia dana tersendiri yang disediakan untuk proses ini. Untuk melakukan cara ini, seringkali Kepala Daerahnya yang
melakukan lobby sendiri atas sepengetahuan DPRD serempar.
'Waiar
kiranya jika ada beberapa Bupati lebih banyak berada
di Jakarta ketimbang berada di daerahnya sendiri.
Kedua, upaya untuk meningkatkan penerimaan melalui
Pendapatan Asli Daerah diintensifkan dengan menambah jumlah biaya dan ragamnya baik yang berupa local tax maupun
(t charges. Sebenarnyavpayaseperti ini sangat baik untuk
fees
meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungannya pada pemerintah pusat. Namun bila hal ini dilakukan secara tidak cermat dan sewenang-wenang dengan
mengeluarkan sekian banyak peraturan daerah untuk melega-
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Managetnent
lisasi begitu banyak pungutan tanpa perhitungan yang tepat
bagi kemaslahatan masyarakat dan kepentingan iangka panjang pemerintahan daerah maka akan menimbulkan beragam
dampak negatif. Dalam iangka pendek hal ini memicu ketidakpuasan publik, memicu biaya hidup tinggi, dan mengurangi
daya tarik investasi. Pada akhirnya, ienis ini iusteru menurunkan kuditas layanan publik yang seharusnya meniadi lebih
baik karena ada desentralisasi.
Ketiga, fenomena yang terjadi di banyak daerah di luar
Jawa, terutama di daerah yangkaya akan sumber daya alam.
Banyak kabupaten yang terlalu bergantung pada bagi hasil
penerimaan yang bersumber pada eksplorasi sumber daya
dam semata. Dalam jangka panjang tentu ini sangat berbahaya
karena beberapa hal. Sumber daya alam bersifat tidak dapat
diperbaharui dan pasti habis dalam iangka waktu teftennl.
Tidak ada sumber daya alam yang kekal. Banyak kasus di
dunia ini yang menunjukkan munculnya kota mati begitu
bahan tambang telah habis tergali di kota tersebut. Tentu hal
ini tidak dikehendaki oleh masyarakat setempat dan Indonesia pada umumnya karena akan menimbulkan beban berat
yang harus dipikul bersama nantinya. Terlalu bergantung pada
sumber daya alam akan memicu eksplorasi yang berlebihan.
Karena sumber daya alam strategis dikelola negara' maka sebenarnya daerah bergantung pada pemerintah pusat meldui dana
perimbangan. Selain itu, eksplorasi sumber daya alam
berlebih biasanya tidak diikuti oleh tindakan-tindakan yang
bersifat mencegah kerusakan lingkungan. Tentu hal ini akan
berdampak pada kerusakan rantai ekologis yang akan mempengaruhi tidak saia masyarakat setempat tetapi mempengaruhi pula masyarakat lainnya pada area yang lebih luas. Jika
bencana dam timbul maka hilanglah ierih payah pembangunKNOWLEDCEMANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Ktnci
an yang dilakrrkan dalam waktu sebelumnya yang memakan
biay a, tenaga, dan pengorbanan lainnya.
Dari segi pengeluaran, terdapat dua fenomena negatif
yang tidak bermanfaat dalam jangka pendek dan bahkan berbahaya bagi pemerintahan daerah dalam iangka panjang. Feno-
mena tersebut berupa pemborosan baik yang bersifat struktural maupun perilaku. pemborosan struktural tercermin dalam habisnya anggaran daerah sebagian besar karenabiaya
rutin yang disebabkan oleh terlalu gemuknya birokrasi hanya
untuk sekedar'menyenangkan pejabat lokal' ketimbang kebu-
tuhan
riil
masyarakat untuk memperoleh layanan publik.
Sudah menfadi rahasia umum jika banyak pemerintah daerah
memiliki struktur organisasi yang tidak efisien dan hanya seke-
dar memberi tempat bagi banyak pejabat yang terpangkas
jabatannyaatau dilimpahkannya banyak pegawai pusat ke daerah. Semakin lemuk birokrasi lokal maka ia membutuhkan
anggar anyang semakin besar untuk'menghidupinya'. Kondisi
ini tentu tidak kondusif bagi pelayanan publik karena seringkali kegiatan yang diselenggarakan dinas tertentu hanya sekedar ada aktivitas, bukannya didasarkan pada aktivitas yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Pemborosan struktural lainnya adalahberkaitan dengan
upaya mengembangkan sumber daya aparat lokal. Banyak
daerah kini mengalokasikan dana bagi pendidikan SDMnya.
Sayangnya, dana ini seakan menguap begitu saja karena banyak pegawai yang disekolahkan baik pada tingkatan sarjana
maupun magister dan bahkan doktor pada institusi pendidikan
yang tidak begitu jelas kualitas dan reputasinya. Kini banyak
program pendidikan yang digelar di daerah tanp^kontrol kualitas yang memadai dari pernerintah. Bahkan banyak insitusi
yang melakukan.'jual beli gelar' terselubung. Dana masya-
Mnnajemen Keuangan Daerah Berbasis Knouiedge Management
rakat menjadi tidak bermanfaat karena pendidikan yang
dibiayai pemda ini tidak didesain dengan cermat mengenai
kualitas dan kualifikasi yang dibutuhkan. Ap" sebenarnya
potensi daerah sehingga dibutuhkan SDM macam apa juga
tidak diperhitungkan dengan tepat. Jika hal ini berlarutlarut
maka akan meniadi tidak jelas pemanfaatan SDM yang ada.
Setelah banyak pegawai yang bergelar lalu mereka akan
menuntut adanya penyesuaian pangkat dan jabatan. Hal ini
tentu memiliki konsekuensi anggaran pula. Tidak ada efek
kemajuan potensi daerah yang timbul, bahkan akan memicu
semakin kuatnya gejala formalisme di daerah. Jelas hal ini
bukan fenomena positif bagi pemerintahan daerah yang berorientasi pada kualitas layanan publik dan kemandirian
daerah.
Selain itu, ada pula pemborosan yang berkaitan dengan
perilaku perangkat daerah, baik itu yang menggeiala di birokrat lokal maupun di politisi lokal yang ada di DPRD. Pemborosan ini menyangkut perilaku menyimpang karena rendahnya kontrol dalam pemerintahan daerah. Kini pemerintah
pusat memiliki kontrol tak langsung kepada daerah dan pada
saat yang sama tidak ada kontrol masyarakat yang melembaga.
Akibatnya birokrat lokal dikontrol sangat kuat oleh DPRD,
tetapi DPRD tidak dikontrol oleh lembaga apapun diluarnya
yang berkenaan dengan manajemen keuangan daerah. Jika
pemborosan perilaku muncul dari anggota DPRD maka akan
sulit untuk dikendalikan secara melembaga selain oleh anggota
DPRD yang lain. Jika terjadi prinsip 'tahu sama tahu'maka
tidak ada lagi yang bisa diperbuat masyarakat. Fenomena
banyaknya DPRD yang meningkatkan keseiahteraan dirinya
secara individual yang dilembagakan melalui APBD tak dapat
ditolak oleh masyarakat. Fenomena makelar proyek dan inter-
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
vensi informal atas berbagai aktivitas penyelenggaruan peltyanan publik sudah menjadi pengetahuan umum. Jika hal ini
terus berlangsung maka tak diragukan lagi betapa buruknya
masa depan masyarakat dalam menerima layanan pemerintah
daerah.
Jika dana yang ada saat ini tidak dimanfaatkan dengan
baik maka dalam jangka panjang kita akan kehilangan peluang
untuk memperbaiki kemampuan daerah dalam membangun
dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Kekhawatiran ini menjadi begitu kuat karena pintu globalisasi telah terbuka lebar.
Ia akan merasuk ke daerah-daerah dan mengalahkan beragam
potensi daerah untuk berkembang. Selain itu, dinamika internal dalam skala lokal dan nasional juga telah berkembang
sedemikian pesat. Untuk mengatasi hal ini perlu perubahan
strategis yang diikuti oleh kesadaran bersama segenap komponen bangsa dan terutama perangkat daerah akan arti pentingnya manaiemen keuangan daerah yang dilakukan saat ini
akan berpengaruh pada kemampuan dan kesejahteraan di
masa depan.
Pengembangan Kemampuan Inti
Pemerintahan Daerah
Per,naparan berbagai masalah yang dihadapi daerah
dalam manajemen keuangannya telah menyadarkan kita bahwa mengelola tanggung jawab pengambilan keputusan dalam
pendapatan dan pengeluaran jelas bukan suatu hal yang mudah
bagi pemerintah daerah. Dalam prakteknya, pemerintah daerah menghadapi dua aspek penting, yakni aspek kelembagaan
yang sangat berkaitan dengan kapasitas daerah baik dalam
mengelola pendapatan maupun pengeluaran, dan aspek perBAB 6
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Management
tumbuhan pengeluaran yang tidak diimbangi dengan kapasitas
yang memadai. Hal ini justeru memicu ketergantungan
finansial yang lambat-laun semakin kuat terhadap pemerintah
pusat dan mengurangi kualitas penyelenggaraan desentralisasi
politik.
Berbagai aspek kelembagaan di daerah yang harus
diperhatikan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat mencakup tiga hal (Bird, 2000),yakni : kapasitas daerah,
akuntabilitas dan informasi, serta transparansi fiskal. Jika
daerah tidak memiliki kemampuan kelembagaan yang memadai maka kondisi ini akan mengurangi deraiat kemandirian
daerah dalam menyelenggarakan lo cal self-gou efttance.
Arti penting kemampuan kelembagaan ini tidak hanya
disadari untuk sektor publik saja, bahkan sektor bisnis telah
mengembangkannya dengan begitu cepat dan maju karena
kerasnya persaingan dan cepatnya perubahan lingkungan. Ada
dua pendekatan dasar mengenai pengembangan kemampuan
ini, yakni market-based dan resource-ba.sed. Huseini (1999),
mengungkapkan bahwa dewasa ini ada pergeseran dari pendekatan market-based menuju resource-based, dalam menyusun
i
kemampuan organisasi.
Dalam banyak hal, para peiabat di Indonesia seringkali
salah tafsir terhadap makna pendekatan sumber daya (resource) ini. Mereka selalu mengkaitkan istilah sumber daya
dengan sumber daya alam, sehingga resource-ba.sed dimaknai
sebagai pemanfaatan sumber daya alam. Tentu pemahaman
ini meredusir makna yang terkandung dalam istilah resource
dan dapat menjerumuskan perumusan strategi penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam makna yang begitu sempit
sehingga dapat menimbulkan masalah seperti yang telah diielaskan diatas. Sebenarnya pendekatan kedua tersebut bisa
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Kunci
Suhses
Inouasi Pemerintahan Dacrah
ditelusuri dalam tiga strategic resources dalam organisasi, yikni
tangible' resottrces, intangible resorffces, dan, uery intangible
resources. Ketiga sumber daya tersebut akhirnya sama-sama
bermuaqa pada pengetahuan (knowledge).
Senada dengan pandangan ini telah dikemukakan oleh
Barton (1.995) yang menyimpulkan bahwa lingkungan yang
berubah'dengan cepat dan yang akan berlangsung terus di
masa depan harus direspons dan dif-radapi'dengan mencari
stabilitas yang mendasari ketidakpastian yang terjadii Stabiljtas irii terletak pada pengetahuan yang dimanifestasikan:
dalam kbmampuan inti (cor? capabilities).
Gagasan mengenai pentihgnya kemampuan inti ini
sebenarnya pernah mengemuka di Indonesia ketika Huseini
menyodorkan konsep SAKA SAKTI (satu kabuparen-satu
kompetensi inti). Surabaya dan Padang juga pernah merniliki
program yang mirip dengan gagasan ini dengan meniru apa
yang pernah diterapkan di Jepang melalui program One Village, One Product Mouement. Apa yang diterapkan di kedua
daerah tidak terlalu berhasil'karena tidak berorientasi pada
kemampuan melainkan pada produk akhirnya saja (Huseini,
1999). Pad4 masa kepemimpinan Gubernur Basofi Sudirman,
Jawa Timur juga pernah memperluas gagasan ini melalui
Gerakan Kembali ke Desa (GKD). Namun, hasilnya lebih
tampak sebagai slogan pembangunan ketimbang manfaat yang
diterima oleh masyarakat. Sehingga dapat dipahami jika desadesa diJawa Timur kini tidak jelas kemampuannya dan produknyapun tidak dapat bersaing dalam pasar regional dan global.
Selanjutnya, untuk memperiel4s posisi pendekatan resource-based ini maka akan dipaparkan dua hal penting, yakni
cakupan makna dari pengetahuan dad jenjang pencapaian lcemampuan inti. Selanjutnya akan dibahas serangkaian aktivitas
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Managemmt
dalam mengembangkan dan menyebarkan pengetahuan
oehingga dapat mencapai kemampuan inti.,Barton (1995) t6lah
menunjukkan bahwa organisa'si
itu adalah pengetahuan,
sekaligus.sebagai gudang dan sumber pengetahuan. Keahlian
berkumpul dalam benak karyawan dan diwuiudkan dalam
mesin, perangkat lunak, dan proses rutin organisasi. Pengetlhuan nierupa\an kemahrpuan inti atau strategis organisasi
dalam peisaingan. Ia juga menunjukkan bahwa melalui pengambilan keputqsan dan tindakan sistematis, baik rutin maupun strategis, kemampuan inti dapat dibairgun dan dirubah.
Untuk mengelola aset pengetahuan, diperlukan tidak
hanya mqng-identifikasinya tetapi iuga memahaminya dalam
keseluruhan kompleksitasnya. Diperlukan juga pemahaman
atas peran manaier dalam mendesain orgaflisasi bagi pembel4iaran dan pembaharuan yang be,rkelaniutan. organisasi dapat
berlangsuhg hidup berdasar kemampuannyd beradaptasi pada
saat diperlukan. Adaptasi yang berhasi! tampaknya melibatkan
pengarahan ularig basis keterampilan dan pcngetahuan secara
matang dan inkremental sehingga keahlipn hari ini direka
ulang menjadi kemampuan masa di:pan. Dalam konteks
pengembangan inilah perlu dieksplorasi bagaimana mengelola
pgngetahuan.
Titik awal,pengelolaan pengetahuan dalam organisasi
adalah pemahaman atas kemampuan inti (core capabilities).
Terdapat tiga jenis kemampuan (Barton, 1995) yakni i core
ilit ie s, y ang menunj r+kkan keunggulan kempetitif bagi
suatu organisasi. Ia harus dikembangkan sepaniang waktu dan
tak dapat dengan rhudah diimitasi. Ia berbeda dengan kemampuan lainnya karqna mengungguli pesaingnya dalam mgmberikan manfaat yang berkelanjutan. Supplemmtpl capabilities, adalah kemampuan yang menambah nilai bagi core ca-
cap ab
KNOWI-EDGEMANAGEMENT
Kunci
Sukses
lhouasi Pemerintahan Dae:rah
pabilities namun masih dapat diimitasi. Enabling capabilities,
kemampuan yang penting dalam kompetisi tetapi belum memadai untuk membedakannya dengan para pesaing. Kemampuan ini penting sebagai basis minimum dalam persaingan
,tetapi tidak mengungkapkan keunggulan kompetitif tertentu.
Kemampuan menjadi inti hanya jika ia mewujudkan pengetahuannya sendiri (tidak tersedia dalam sumber-sumber publik) dan unggul atas para pesaingnya.
Cambar 15. Tipologi Kemampuan Organisasi
Menurut Barton (L995) untuk menciptakan dan memelihara kemampuan inti ini diperlukan dua hal, yakni kemampuan mengelola aktivitas mencipta pengetahuan, dan kemampuan untuk memahami dimensi kemampuan inti. Ada
empat dimEnsi kemampuan inti yang saling tergantung, yakni
pengetahuan dan ketrampilan anggota organisasi, sistem fisik,
sistem manajerial, serta nilai dan norma. Dua dimensi pertama
dipandang sebagai gudang pengetahuan dinamis.
Dimensi pengetahuan dan keterampilan anggota organisasi dianggap sebagai dimensi yang paling berhubungan
dengan kemampuan inti. Ia merupakan pengetahuan dan keBAB 6
Manajemen'l(euangan Daerah Berbasis Knouledge Management
mampuan teknologi yang terakumulasi
d"le-
benak manusia.
Terdapat tiga jenis keterampilan dan plngetahuan, yakni
ilmiah (publik), spesifik industri, dan spesifik organisasi. Bergerak dari yang pertarpa.sampai yang kbtiga, jenis pengetahuan
tersebut semakin sulit dikodifikasi dan ditransfer. Dalam kon-
teks pemerintahan daenh, yang menjadi anggota organisasi
tidak terbatas;hany4 pada pegawai birokrasi lokal saja, tetapi
juga mencakup keseluruhan anggota masyarakat yang menjadi
walga daerah terse6ut. Peng.tahuan dan keterampilan mereka
inilah yang merupakari batu pondasi bagi pengembangan kemampuan inti daerahl
Dimensi sistem fisik merupakan kemampuan yang terakumulasi dan diwuiudkan dalam sistem fisik yang dikembangkan sepanjang waktu, seperti database, perrnesinan, dan
program piranti lunak. Ia berfungsi melindungi pengetahuan
seseorang yang telah pindah ke fungsi, pekerjaan; atau organisasi atau daerah lain agar tetap berada dalam sistdm organisasi
daerah tersebut. Ke'tika pengetahuan yang mdlekat dalam
database menjadi milik daerah, r4aka program piranti lunak
m''erupakan dimensi kemampuan.inti yang tahaii lama.
Dimensi lainnya adalzih sistem manajerial yang berfungsi sebagai mekanisme penyaluran pengetahuan. Dalam
dimensi ini, akumulasi pengetahuan anggota pemerintah
daerah dan masyarakat setempat dibimbing dan dimonitor
oleh sistem pendidikan, imbalan dan insentif organisasi. Sistem
ini menciptakan saluran tentang bagaimana pengetahuan dinilai dan mengali4, selain juga menyusun halang-rintang bagi
aktivitas kreasi pengetahuan yang tidak diinginkan.
Dimensi terakhir adalah nilai dan normayangberfungsi
sebagai mekanisme kendali pengetahuan. Dimensi ini menentukan jenis pengetahuan mana yang diperhatikan dan dibuKNOWTEDCEMANAGEMENT
I(unci
Sukses
Inoaasi Pemerintaban Daerah
dayakan, dan jenis aktivitas kreasi pengetahuan mana yang
ditolerir dan didukung. Ada sistem kasta dan status, ritual
perilaku, dan kepercay aan y angdihubungkan dengan berbagai
jenis pengetahuan dan teknologi yang sama kaku dan kompleksnya dengan agama. Keterampilan dan pengetahuan, baik
yang melekat di benak manusia maupun yang melekat dalam
sistem fisik dan sistem manajerial, menunjukkan karakter tertentu yang bergantung pada apa yang dinilai di dalam organisasi. Nilai dan norma ini setara dengan konsep nilai dan
asumsi sebagaimana dijelaskan oleh Schein (1,984). Budaya
daerah jelas memiliki hubungan rumit dengan jenis pengetahuan yang dikehendaki dan yang tidak serta termanifestasi
pula dengan dimensi pengetahuan lainnya.
Kadar
Xesulitan
untuk
Serubah
Gambar 16. Dimensi Kemampuan Inti (Core Capabilities)
Sumber: Barton. 1995
BAB 6
Manai emen Keuangan D aerah Berbasis Knowledge Management
Aktivitas Kreasi Pengetahuan
Kemampuan inti beserta segenap dimensinya di atas
bukan sesuatu yang dapad terjadi dengan sendirinya. Ia membutuhkan aktivitas tertentu untuk membentuk dan memeliharanya. Hubungan antaraaktivitas tersebut dengan kemampuan inti adalah : kemampuan inti dikreasi melalui knoutledge-creating actiuities, dan aktivitas tersebut bergantung dan
diberdayakan oleh kemampuan inti. Terdapat empat aktivitas,
yakni : pemecahan masalah bersama, integrasi alat dan metodologi baru, eksperimen dan penyusunan prototipe, penyerapan pengetahuan baik yang berasal dari luar organisasi maupun dari pasar (Barton, 1995).
Meningkatnya kompleksitas masalah, proliferasi spesialis.asi pendidikan formal, dan langkah globalisasi membutuhkan aktivitas pemecahan masalah dalam pengembangan
produk baru secara b.rs"tn" mel{mpaui batas disiplin, kognisi, geografis, dan budaya. Tiga sumber perbedaan individual
dalam pemecahan masalah adalah spesialisasi, gaya kognisi
yang disukai (preferred cognitiue style), dan preferensi alat
dan metodologi. Tiga sumber keragaman intelektual ini dapat
meningkatkan pemecahbelahan dan membuat rintangan bagi
pemecahan masalah bersama. Namun, ketiganya iuga dapat
memberikan peluang kreativitas yang sangat besar,
pxlam'pemecahan masalah, pola yang pergunakan oleh
orang yang paling intelek sekalipun dapat dibatasi oleh pengalaman dan keberhasilan sebelumnya. Orang dapat iatuh ke
dalam kebiasaan pikiran sehingga merintangi pemecahan masalah inovatif yang mudah dan cepat bahkan untuk hal-hal
kecil sekalipun. Dengan demikian, orang ini ada dalam mindset trap,yakni kemanfaatan yang sangat tinggi dalam aktivitas
rutin. Jika demikian halnya, maka pemecahan masalah menjadi
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
Kunci
terbatas sehingga mudah bagi organisasi menjadi disfungsional
bahkan terjebak dalam kekakuan inti.
Keterbatasan dalam respons pernecahan masalah dalam
suatu organisasi bermula dari individu. Orang seringkali menjadi sangat terampil dalam menerapkan solusi tertentu atas
masalah, bahkan ia menjadi terikat secara emosional dengan
mind-setnya. Situasi ini disebut sebagai Signature Skills. Ia
merupakan kemampuan seseorang yang cenderung mengidentifikasi dirinya secara profesional. Ia merupakan ekspresi interaktif dari tiga preferensi yang saling rerkait, yakni preferred
task, preferred cognitiue approacb, preferred technology.
;
Preftrred Cognitive
Appoach
Howwe set up
a tnrk/sclution
Preferfd Technology
How we execute the task
GambSr 17. Signature Skills
Sumber: Barton, 1995
Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengakui
potensi yang melekat dalam signature qkills yang bertentangan.
Creatiue abrasion menyalurkan energi yang muncul dari perBAB 6
Manai em.en Keuangan D aerah Berbasis Knoutledge Management
tentangan tersebut meniadi kreasi daripada perusakan, menjadi sintesis daripada fragmentasi. Manajer perlu mengembangkan atmosfer yang mendukung orang-orang untuk menghargai sudut pandang orang lain tanpa selalu menyetuiuinya.
Dalam lingkungan ini, orang dapat menerima keragaman
kognisi tanpa menimbulkan perpecahan.
NESENT
Gambar 18. Aktivitas Kreasi Pengetahuan
Sumber : Barton, 1995
Creatiue abrasion tidak sama dengan perayaan keragaman atas dasar iender, preferensi seksual, maupun latar belakang etnis. Ia juga tidak identik dengan konfrontasi konstruk-
tif. Ia juga bukanlah konfrontasi dan pelanggaran pribadi.
Creatiue abrasion melibatkan perhatian yang lebih khusus ter-
hadap pendekatan kognitif orang-orang terhadap pemecahan
masalah dan inovasi. Ia merupakan satu bentuk dari konfronKNOWLEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petnerintahan Daerah
Kunci
tasi konstruktif, yang bertuiuan untuk mendukung inovasi dan
memberdayakan integrasi kerangka masalah dan pendekatan
pemecahan masalah yang berbeda. Menghadapi persoalan ini,
manaier seyogyanya menyusun prasyarat yang memberdayakan keragaman spesialisasi, gaya kognisi, dan metodologi yang
mengarah pada creatiue abrasion.
Berkenaan dengan hal ini, seyogyanya pemerintah daerah dan masyarakat di daerah tidak menghindari masalah dan
selalu mencari kambing hitam atas masalah yang terjadi dalam
manajemen keuangan daerah. Alangkah baiknya jika masalah
dihadapi bersama serta dicari jalan pemecahannya. Proses
menyadari, menganalisis, dan menghadapi masalah merupakan sarana yang sangat baik bagi setiap orang untuk belajar
dan meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Kebiasaan dan keterampilan dalam mengatasi masalah
saat ini akan menimbulkan ide, kreativitas, dan akumulasi
pengalaman yang bermanfaat untuk menghadapi masalah yang
senantiasa muncul dan berkembang di masa depan.
Masalah-masalah manajemen keuangan daerah yang
ada saat ini seyogyanya diakui dan bukannya mari-matian disangkal sembari menyembunyikan persoalan yang lebih besar
di masa depan, Masalah ini sebaiknya dianggap sebagai peluang ancang-ancang untuk secara bertahap meningkatkan
kemampuan daerah hingga mampu menggapai kemampuan
inti. Bila kemampuan inti telah tercapai maka sulit bagi produk
atau daerah lain menyaingi kemampuan yang dimiliki. Ke-
mampuan ini bahkan akan dapat membantu daerah untuk
tetap bertahan bahkan berkembang dalam globalisasi.
Implementasi dan integrasi proses dan alat baru harus
dilihat sebagai tindakan inovasi ketimbang semata sebagai
pelaksanaan suatu rencana. Integrasi dari alat dan proses yang
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Management
tersedia di pasar terbuka dapat meniadi keunggulan kompetitif. Selain kualitas dan biaya teknologi, serta kesesuaiannya
dengan lingkungan pengguna, ada dua proses manajerial
penting yang dapat menjelaskan deraiat dan jenis yang berbeda
dari implementasi yang berhasil, yakni keterlibatan pengguna
(user inuoluement), dan adaptasi bersama (mutual ad4qlft
tion).
Terdapat dua alasan untuk melibafkan pengguna dalam
pengembangan sistem teknik baru. Pertama, implemenqpj
berdampak pada perubahan dalam pekerjaan pengguna,.dan
penelitian menyarankan bahwa orang lebih menerima ketika
ia memberi andil terhadap desainnya. Kedua, melibatkan
pengguna dalam desain alat menghasilkan desain unggul karena pengguna memiliki pengetahuan khusus mengenai lingkungan dimana alat tersebut akan diper-gunakan, dan pengetahuan itu seharusnya diwujudkan dalam desain.
Ada dua motif utama dalam pelibatan pengguna ini. Pertama menciptakan kongsi (buy-in) dalam proses implementasi,
yang berarti adanya penerimaan atas perubahan alat baru.
Kedua, mewuiudkan pengetahuan (embodying knoutledgel
karena pengembang tidak memiliki semua pengetahuan yang
diperlukan sehingga ia harus berinteraksi dengan pengguna
untuk menciptakan, atau menangkap dan menstruktur, lalu
mewujudkan pengetahuan tersebut. Pengembang alat memahami prinsip dan pengetahuan ilmiah yang mendasari alat
proses baru. Pengguna yang sangat teramfil akan memahami
proses kerjanya sendiri sehingga menjadi sumber keterampilan yang dibutuhkan rintuk memahami bagaimana alat baru
bekerja di lapangan.
Untuk mewujudkan pengetahuan ini dalam inovasi, pertama harus dipahami dulu manfaat dari keterlibatan pengguna
ini. Keterlibatan ini bisa berentang dari negatif sampai positif.
KNOWLEDCE MANAGEMENT
Kunci
Sukses
Inouasi Petnerintahan Daerah
Ada yang mengungkapkan bahwa keterlibatan ini hanya bisa
berhasil dengan melakukan pemilihan pengguna yang dilibatkan berdasarkan kriteria tertentu terutama keahliannya dalam
menjalankan tugas. Membedakan bentuk-bentuk keahlian
juga merupakan hal penting sehingga dapat dengan repat memperoleh pengguna ahli yang sesuai dengan pengembanganalat
yang direncanakan. Isu berikutn y a adalah aspek keterwakilan
dari pengguna ahli tersebut sehingga masukan-masukan yang
diperoleh dapat mewakili situasi, kondisi, dan kebutuhan
pengguna yang seben^rnya. Aspek lainnya adalah kemauan
pengguna untuk berpartisipasi baik dalam memberikan umpan
balik maupun saran.
Keterlibatan pengguna ini merupakan istilah yang sangat
luas mencakup banyak interaksi yang memungkinkan. Terdapat empat jenis keterlibatan pengguna ini, yakni, deliuery,
consultancy, codeuelopment dan apprenticeship.
Mutual adaptation adalah penemuan kembali teknologi
untuk menyesuaikannya dengan lingkungan kerja dan adaptasi
simultan organisasi untuk menggunakan sistem teknik baru.
Dua aspek utama dari mutual adaptation adalah : ia terjadi
dalam spiral perubahan berulang-ulang baik dalam skala kecil
maupun besar; dan ia memerlukan perhatian terhadap empat
dimensi kemampuan. Spiral dan bukannya siklus menunjuk
pada keputusan yang dipertimbangkan ulang tak pernah sama
dengan yang pernah dibuat karena konteks keputusannya
selalu berubah. Spiral adaptasi berbeda besaran gelombangnya. Gelombang kecil menuntut perbaikan peran atau
tugas tertentu saja, sementara gelombang besar memerlukan
perubahan strategis dalam organisasi.
Usaha ekstra memang diperlukan untuk mengelola implementasi dan pembelajaran. Untuk memerangi kegagalan
eksperimen implementasi dan integrasi, pimpinan daerah
Manaiemen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Management
dapat melakukan dua hal, yakni ialani terus perubahan sejauh
memungkinkan, dan rayakan keberhasilan kecil yang dapat
dicapai. Hal tersebut akan meningkatkan energi perubahan
dan memelihara harga diri karyawan dalam menghadapi
perubahan.
Bagi daerah, aktivitas ini bukanlah sekedar tugas rutin
alamiah, tetapi lebih berupa proses pembelaiaran untuk meningkatkan kemampuan yang bergulir di daerah. Pada akhirnya penyerapan dan penyebarannya mampu mengembangkan
perputaran pengetahuan di daerah tersebut sbhingga potensi
inovasi dapat berkembang dengan baik. Dengan kesadaran
seperti ini, maka pengeluaran daerah bisa ditujukan untuk
maksud ini sehingga kemanfaatan pengeluaran daerah dirasakan pada dua hal, yakni : dalam jattgk" pendek ia mampu
memecahkan masalah, dan dalam iangka panjang ia membangun kemampuan inti daerah untuk bersaing dan mandiri.
Pengeluaran untuk keperluan ini ielas dapat dianggap sebagai
capital expenditure.
Sebenarnya otoritas daerah memahami benar bahwa
setiap keputusan yang mereka ambil hari ini akan mempengaruhi kemampuan organisasi untuk bersaing dan mandiri di
masa depan. Perencanaan strategis biasanya dipuii sebagai
pelaksanaan penting yang mengarahkan keputusan tersebutSecara tradisional, pelaksanaan perencanaan menekankan
pada penyusunan tuiuan akhir yang sangat spesifik dan
menyusun deskripsi rinci atas langkah-langkah pencapaiannya.
Namun demikian, rencana strategis rinci dapat meniadi usang
setelah ia disetujui, dan membuatnya tak berguna sebagai petuniuk dan mungkin justru membahayakan. Kemampuan inti
saat ini bisa beralih meniadi kekakuan inti di masa mendatang..
KNOWTEDGEMANAGEMENT
ktnci
Suhses
Inouasi Pemerintahan Daerah
Aktivitas eksperimen dan penyusunan prototipe memunculkan dua jenis kemampuan baru. Pertama, eksperimen
menciptakan apa y angdisebut varietas yang diperlukan dalam
produk dan proses. Kedua, tindakan eksperimen menyusun
statu uirtuous cycle of innouatioz; siklus ini bisa menjadi
karakter dominan daerah bahwa kemampuan bereksperimen
dan menyusun prototipe secara efisien dan kompeten dengan
sendirinya menjadi kemampuan unggul dalam bersaing.
Terdapat dua formula untuk menciptakan arahan strategi baru, yakni : great leader formula (top doum), ketika
otoritas puncak di daerah menempa proyek yang dimaksudkan
untuk mendukung arahan strategis baru (strategic intent)
sebagai satu-satunya cara yang mereka lihat untuk mengatasi
kekakuan inti; dan hands-on champion formula (bottom up),
yang berarti arahan pengetahuan dan teknologi baru berasal
dari strategic improuisation, yangberarti bahwa proyek dapat
mengubah arahan strategis organisasi atau memulai pertumbuhan kemampuan teknologi yang sama sekali baru.
Agar gagasan eksperimen (baik secara top-down mav
pun bottom-up) menentukan masa depan, para pejabat daerah
mempunyai tugas untuk memfasilitasinya dengan mgnr6iplakrt
iklim organisasi yang menerima dan mendukung aktivitas tersebut. Carunya adalah dengan memisahkan kegagalan cerdas
(intelligent failure) dengan kegagalan tak perlu lainnya dan
mengakui peran kegagalan dalam membangun pengetahuan.
Tugas lainnya adalah dengan menempa terus menerus praktek eksperimen dan pembuatan prototipe. Semakin banyak
praktek maka semakin baik hasilnya. Praktek ini melibatkan
eksperimentasi, pembuatan protip e, intemal wrecking creu)s,
dan pembuatan prototipe organisasi.
Manai emen Keuangan Daerah Berbasis ktothledge Mnnagement
Implementasi dari gagasan eksperimen dan penyusunan
prototipe ini dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dengan melakukan dua hal. Pertama membentuk lembaga penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan
daerah. Lembaga ini seyogyanya didukung oleh orang-orang
yang berkompeten di bidangnya dan dibiayai dari APBD atau
dengan cara lainnya. Jika pemerintah daerah tidak dapat
menggunakan caraini, maka dapat pula mendorong iklim eksperimentasi yang kondusif di daerah tersebut sehingga
masyarakat bisa melakukan proses pembelaiarannya sendiri
serta memecahkan masalahnya sendiri. Apakah pemerintah
daerah akan berperan aktif sebagai operator atau berperan
memberdayakan masyarakat bergantung pada model pemerintahan daerah yang dianut. Baik proses maupun hasil dari
eksperimen dan penyusunan prototipe ini ielas merupakan
pengetahuan yang berharga bagi aparat dan masyarakat di
daerah tersebut.
Sangat sedikit, kalaupun ada, organisasi atau daerah
yang mampu membangun kemampuan intinya tanpa menyerap
pengetahuan dari luar batas yurisdiksinya. Untuk itu, menyerap pengetahuan dari luar merupakan aktivitas manajerial penting seperti halnya mengintegrasi batas internal. Kemampuan
daerah untuk mengenali nilai informasi baru dari luar, lalu
mengasimilasi dan menerapkannya meniadi sasaran komersial
dan layanan sangatlah penting bagi kemampuan inovasinya.
Namun demikian, tidak semua aliansi pengembangan
kemampuan menawarkan peluang yang sama dalam mengimpor pengetahuan. Supply alliances dibentuk untuk meminimalkan biaya transaksi perdagangan dan pertukaran produk.
Positioning alliances merupakan bagian strategi pemasaran
yang membantu daerah menciptakan atau menyelesaikan
KNOWLEDGEMANACEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintaban Daerab
rintangan dalam memasuki pasar. Learning alliances seiak awal
dimaksudkan untuk memperbesar pengetahuan internal.
Dengan demikian, untrlk kepentingan mengimpor pengetahuan maka aliansi yang tepat adalah jenis yang terakhir tersebut.
Organisasi berusaha memperoleh pengetahuan dari
sumber luar jika menghadapi capability gap, yakni ketika
keahlian teknis penting dan strategis tidak lagi tersedia
^ta:u
memadai secara internal. Untuk mengidentifikasi kesenjangan
kemampuan ini, maka manajer harus memahami hubungan
antara strategi dengan teknologi, lalu menilai derajat familiaritas dengan teknologi yangada saat ini di dalam organisasi.
Terdapat beberapasebab yang memias, capability gap ini, yakni
menurunnya penelitian dasar dalam industri, kematangan dan
keusangan teknologi, serta peluang fusi teknologi yang terbatas.
Sumber-sumber eksternal untuk mengimpor pengetahuan dan teknologi bisa berasal dari berbagai pihak, yakni
konsultan, konsumen, laboratorium nasional , uendors, universitas, dan perusahaan lain baik pesaing maupun bukan.
tansfer pengetahuan melintasi batas daerah lebih mudah iika
stakeholdemya bukan pesaing langsung. Salah satu sumber
pengetahuan potensial adalah pasar yang merupakan sumber
pengetahuan yang tak kalah pentingnya yang berada di luar
atau di dalam batas daerah. Meskipun pengembangan produk
dilakukan di dalam organisasi, tetapi keberhasilannya ditentukan oleh penerimaan konsumen, warga atau pasar. Banyak
inovasi menemui kegagalan ketika diluncurkan di pasar. Arus
pengetahuan dari pasar mengubah informasi ilmiah menjadi
produk dan jasa komersial. Terdapat beberapa langkah untuk
belajar dari pasar, pertama mengenali situasi definisi produk
Manai emen Keuangan D aerah Berbasis Know
le dge
Managetn ent
atau layanan baru, kedua, mengetahui cara menyerap pengetahuan dari pasar, dan yang ketig4 menggunakan model untuk
menyusun bersama konsep produk. '
Perusahaan
Gambar 19. Sumber Pengetahuan Eksternal
Sumber: Barton, 1995
Bagi pemerintah daerah, penting sekdi untuk memahami
pengetahuan yang berada di konsumen intermenyerap
dan
nalnya (warga) atau konsumen eksternalnya yang berada di
luar daerah. warga adalah konsumen yang menikmati secara
langsung atau tidak beragam bentuk penyediaan barang dan
jasa publik yang dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah
atau dicontracting-outkan. Pasar merupakan konsumen dari
produk atau layanan yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Pasar ini ielas berada di luar batas yurisdiksi daerah tersebut.
secara umum, baik warga ataupun pasar mempunyai potensi
tertentu yang berkaitan dengan pendapatan dan pingeluaran
daerah baik secara langsung ataupun tidak.
Warga dan pasar ini memiliki pengetahuan tersendiri
yang apabila ditelaah dengan baik akan membantu daerah
untuk mengembangkan kemampuannya dalam memenangkan
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Suhses htouasi Pemnintaban Daerah
knci
tl
persaingan. Interaksi berkelaniutan akan meningkatk an daya
serap pengetahuan yang beredar di daerah, mengembangkan
kemampuan inti, dan memperkuat kemandirian.daerah. Jika
manajemen keuangan daerahdidesain untuk membiayai akti
vitas penciptaan pengetahuan ini maka pemasukan yang akan
diterima melalui i.no'visi produk dan layanan publik dan yang
dihasilkan oleh masyarakat akan meningkatkan pendapatan
daerah secara beikelanjutan. Kemampuan inti akan mengha:
silkan produk dan layanan yang"dikembangkan daerah tersebut akan memiliki daya saing tinggi yang tidak dapat dengan
mudah diimitasi oleh para pesaingnya.
Empat aktivitas kreasi pengetahuan di atas sebenarnya
mengajak dan melibatkan segenap komponen anggota masyarakat di daerah untuk belajar mengatasi masalah mereka sendiri; Kemampuan dan kemauan mereka untuk belajar ielas
merupakan prasyarat mutlak untuk mendukung keberhasilan
empat aktivitas tersebqt. Konsep pembelajaran masyarakat
merupakan hal yang tak boleh dilupakan karena ia tidak hanya
memperkokoh pondas;i pengetahuan mereka tetapi juga
mengembangkan pengetahuan tersebut. Dengan demikian,
bila proses ini dilaksanakan maka masyarakat'di daerah akan
menikmati kemandirian, inovasi dan keunggulan bersaing,
serpa kemampuan dalarn memenuhi kebutuhan dan layana'n
publiknya sendiri.
Penutup
Pada dasarnya manajemen keuangan daerah yang man-
diri berasal dari desentralisasi fiskal yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah pusat sebagai bagian yang dibutuhkan bagi desentralisasi politik. Manajemen keuangan dae-
Manaj emen Keuangan Daerah Berbasis Knouled.ge Management
rah akan menyangkut dua hal pokok, yakni pendapatan dan
pengeluaran. Terdapat berbagai sumber pendapatan bagi suatu
dierah, yaitu pendapatan asli daerah, transfer pemerintah
pusat dan pinjaman. Ada dua hal utama dalam pengeluaran
daerah, yakni penyediaan layanan pemerintah daerah baik,
langsung atau tidak langsung.
, Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh daerah
dalam mengelola keuangannya. Pertama, masalah yang berkaitan dengan pendapatan, yakni kecenderungan ketergantungan pada pemerintah pusat, pungutan dan pengenaan pajak
yang serampangan, dan keter$antungan yang berlebih pada
pendapatan dari eksplorasi sumbet daya alam. Kedua, masalah
yang berkaitan dengan pengeluaran. Masalah ini berkisar pada
pemborosan struktural, baik karena struktur birokrasi yang
tidak efisien dan tidak jelas manfaatnya, maupun karena pemanfaatan dana yang tidak efektif bagi program tertentu.
Masalah lainnya berkisar pada pemborosan behavioral yang
bersumber pada perilaku menyirhpang, korup, dan pelanggar an kekuasaan dari p ar a pe j abat daerah. secara keseluruhan
masalah di atas kontraproduktif dan berbahaya bagi kelangsungan kemandirian daerah serta merugikan pelayanan publik
yang seharusnya meniadi lebih baik diterima publik melalui
kebijakan desentralisasi.
Untuk mengatasi persoalan ini dan meningkatkan kadar
kemandirian daerah di masa mendatang, maka seyogyanya
daerah berpaling pada pendekatan resource-based, yakni
sebuah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan dan
potensi internal untuk memenangkan persaingan. Kini,'
pendekatan sumber daya irii berketnbang melalui uery intangible resource, yakni pengetahuan, sebagai suafu kekuatan
utama yang seharusnya dijelajahi, diasah, dan' dikembangkan
oleh suatu organisasi. Kemampuan mengelola pengetahuan
KNOWTEDCEMANAGEMENT
.
Kunci Sukses Inouasi Pemeintahan Daerah
ini akan memunculkan kemampuan inovasi bagi organisasi
tersebut. lnovasi inilah yang pada'saat'ini diydkini sebagai
sumber bagi keunggulan bersaing.
j, Kemampuan mengelola pengetahuan dan memunculkan
inovasi sehingga tidak'dapat ditiru dengan mudah oleh para
pesaing merupakan kemampuan inti sebuah orgSnisasi. Jika
sebuah daerah mampu mengelola pengefahuan sehingga memilikl kemampuan inti, maka daerah tersebut diyakini akan
mampu menyele$aikan persoalannya dan mampu menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian, tentd pelayanan
publik yang diterima oleh masyarakat akan semakin memuaskan dan kemandirian.daerah ddlam,mengelola masalah
dan kebutuhannya seniliri akan terpenuhi.
Kemampu4n inti melekat dalam enrpat dirnensi yang
saling bergantrang, yakni pengetahuan dan ketrampilan seluruh
komponen anggota masyarakat daerah, siitem fisik yang ada
dan dikembangkan daerah tersebut, sistern manajerial (local
self gouemance), dan nilai dan norma,yang berlakul Kemampuan inti ini dapat dicapai melalui empat ektivitas, yakni pemecahan masalal5 implementasi dan integrasi proses dan alat
baru, eksperimen; dan penyerapan fiengetahuan dari luar
daerah atau pasar.
BAB6 -Manaj emen Keuangan Daerah Berbasis Knowledge Management
{ tIzI
T*
%a/, Z
MENCATASI KEKAKUAN INTI DALAM
MANAf EMEN PTRSONALTA PU BHK
()ngaja
istilah ying dipergunakan dalam tulisan ini
adalah manajemen personalia publik bukan adminisLJ
-\ trasi kepegawaian,negarayangjauh lebih dikenal dan
lebih lama ada dalam khazanah kepustakaan ilmu administrasi
negara. Kesengajaan ini bukan didasarkan atas motivasi sekedar berbeda atau sekedar aneh-aneh mencari istilah baru, akan
tetapi lebih didasarkan pada upaya membawa kemajuan guna
menghindari kejuinudan pada studi kepegawaian dalam
bidang ilmu administrasi negara.
Selama puluhan tahun, mahasiswa ilmu administrasi
negara disuguhkan dengan studi kepegawaian dalam judul
yang sama, yaitu administrasi kepegawaian negara. Konsgkuensinya adalah kajian yang diberikan cenderung normatif
dan sekedar menjelaskan tentang berbasai peraturan kepegawaian yang sedang berlaku. Celakanya justru terjadi pada
saat suatu peraturan tentang aspek kepegawaian tertentu ber-
ubah namun tidak diikuti dengan percepatan perubahan literatur yang ada. Literatur lama seringkali masih dipertahankan
sementara praktek dan kebijakan telah berubah. Tentu saja
hal ini akan menyesatkan bagi mahasiswa atau mereka yang
belum mengetahui adanya perubahan. Kelemaha5r ini meru-
pakan hal yang sering terjadi pada suatu bidang studi lang
lebih menekankan diri pada sudut pandang normatif. Bidang
studi tersebut akan cenderung ketinggalan dari perkembangan
dan kebutuhan riil yang dihadapi oleh masyarakat.
Dalam bidang studi administrasi negara, menurut
Rosenbloom ( 1 9 8 9) setidak-tidaknya terdapat tiga pendekatan
utama yang bisa didiskusikan, yaitu pendekatan manajerial,
politik, dan legal. Masing-masing pendekatan tersebut
menekankan nilai, susunan organisasi, pandangan individual,
dan orientasi intelektualyang berbeda satu sama lain. Qleh
karena itu, administrator publik bisa jadi lebih memainkan
peran sebagai'manajer, atau pembuat kebijakan, atau
pelaksana regulasi konstitusional akap bergantirng pada
pendekatan mana yang lebih ditekankannya. Hal y4ng sama
rupanya teriadi pula pada studi kepegawaian, yang mana
selama puluhan tahun di Indonesia lebih berorientasi pada
pendekatan legal. Jadi, disadari atau tidak studi kepegawaian
dalam kerangka judul administrasi kepegawaian negara telah
teriebak hanya pada satu pendekatan saja.
Meskipun istilah administrasi dapat dimengerti dalam
tiga dimensi, yaitu : pertama, dalam arti administrasi sebagai
tata usaha; kedua ; adr4inistrasi iumbuh dengan manajemen;
ketiga, administrasi sebagai proses kerja sama yang mencakup
dua dimensi terdahulu. Tentu istilah administrasi negara
ddalah administrasi dal'am dimensi ketiga yang bermakna luas.
€Elakanya justnr terjadi pada istilah ddministrasi kepegawaian
negara yang tetiebak pada ketata-usahaan daripada praktek
kepegawaian institusi-institusi negara. Ini berarti istilah administrasi dalam bidang tersebut hanya mencakup dimensi
pertama saj{ fang berarti hanya mengaiarkan kepada mahar
siswa bagaimana caranya melaksanakan peraturan kepeganvai-
KNOWTCDGEMANAGEMENT
Kunci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Daerah
an yang ada. Dengan demikian tugas dari administrasi kepegawaian hanyalah sebatas kegiatan ketata-usahaan dari bagian
kepegawaian saja yang memiliki makna sebagai pendukung
minor bagi unit atau bagian lainnya, serta tidak memiliki makna yang terlalu strategis bagi pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan. Hal ini memang dapat dipahami karena
memang ada sebagian ahli yang membatasi terminologi administrasi hanya dalam aktivitas-aktivitas pemerintahan, terutama mereka yang berkecimpung di bidang hukum administrasi
negara atau ilmu tata usaha negara.
Stagnasi Administrasi Kepegawaian Negara
Sebagai akibat dari fenomena dilatas maka kajian ad-
ministrasi kepegawaidn negara akhirnya hanya menciptakan
mahasiswa seperti 'katak dalam tempurung' karena mahasiswa tidak diajak untuk menganalisis mengapa suatu kebijakan kepegawaian diambil; apa kelebihan, kelemahan, tantangan, dan peluang yang ada,pada suatu kebijakan kepegawaian tertentu; apakdh ada alternatif yang lebih baik; bagaimana mencapai praktek pengelolaan pegawai yang efektif dan
efisien'pada kondisi tertentu; dan lain sebagainya.
FIal yang sama sebenarnyaterjadi tidak hanya di Indonesia saja, di Amerika Serikat jauh-jauh hari iuga mengalami
persoalan serupa. Klingner dan Nalbandian (1985) telah
menunjukkan masalah tersebut sebagai masalah berat yang
dihadapi oleh studi-studi kepegawaiafl pada sektor publik.
Berbagai faktor mendukung kurang berkembangnya studi dan
teori kepegawaian publik.
' Pertama, Terlalu banyak bagian dari administrasi kepegawaian di atur oleh Undang-undang, Peratur4n, dan berbagai
i
BAB 7
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manajemen Personalia Publik
'i'4
iiuri::1l1,':l:rr,
r
]
ienis regulasi lainnya yang pada awalnya dimaksudkan untuk
membatasi adanyapenyimpangan dan intervensi politik dalam
manajemen sumber daya manusia di sektor pemerintahan.
Asumsi yang mendasari timbulnya faktor ini adalah upaya
mencegah patronase politik dari pekerjaan publik sehingga
efisiensi dan ketidak-berpihakan hirokrasi lebih bisa dijamin.
Akan tetapi pada kenyataannya ketidak-netralan birokrasi di
Irtdonesia justru bulfun disebabkan oleh sekian banyak peratirran kepegawaian, melainkan sistem dan budaya politik
yang berlaku sehingga birokrasi justru meniadi kekuatan politik yang dominan.
Kedua, sebagian Guru Besar administrasi negara seringkali memandang pengelolaan sumber daya manusia sektor
publik ini sebagai bidang yang gersang dan tandus bagi studistudi teoritis,'Bahkan ada anggapan dari sebagian Guru Besar
tersebut yang melihat bidang ilmu ini sebagai 'ilmu tukang'
yang. hanya mengajarkan.mahasiswa untuk meniadi tukangtukang dalam pekerjaannya karena tidak membutuhkan analisis yang tajam dan mendalam. Hal ini terjadi karena bidang
personalia dianggap sebagai kegiatan administratif rutin belaka sehingga para penelitibidang ini akhirnya cenderung untuk
mencari solusi rutin atas permasalahan-permasalahan dalam
pengelolaan sumber daya manusia. Pendekatan legal-formal
yang diakibatkan persoalan pertama akhirnya merambah pada
persoalan ke dua ini sehinggamenyebabkan pengelolan sumber daya manusia menfadi bagian yang tidak lagi menantang
secara akademis karena telah dibatasi oleh koridor normatif
. ydng telah ditetapkan. Pengembangan suatu teori dalam bidang tertentu membutuhkan peihatian dari seiumlah variabel
ya.ng berfluktuasi dan menantang. Jika fluktuasi dan ruang
lingkup variabel yang dikembangkan dibatasi maka akibatnya
KNOWTEDGEMANAGEMENT
kmci
Sukes Inooasi Pemerintaban Daerah
adalah reduksi atas kemungkinan alternatif dan fluktuasi variabel yang bisa dikembangkan sehingga bidang tersebut tidak
lagi menggairahkan.
Dua persoalan di atas akhirnya merembet pada persoalan ketiga, yaitu berkembangnya pemikiran one best utay
dalam praktisi dan pemerhati manaiemen personalia publik.
Mereka hanya berpikir bahwa hanya ada satu cara terbaik
saja dalam menialankan administrasi kepegawaian serta menyusun solusi atas problem yang timbul di lapangan. Mereka
tidak lagi berpikir untuk memiliki alternatif lain atau mengkritisi solusi yang telah ada. Akibatnya adalah mltinya diskusidiskusi yang menantang, di arena praktisi yang akhirnya berpengaruh iuga di arena akademisi. Mereka memandang administrasi kepegawaian sebagai sekumpulan teknik administratif yang sudah pakem dan diyakini kebenarannya untuk berlaku dimanapun dan kapanpun sesuai dengan masa berlakunya peraturan yang meregulasinya. Semuanya bersifat rutin
dan tersedia. Perubahan dan kondisi yang berbeda antar ruang
dan waktu telah diabaikan, termasuk kelemahan dan ancaman
dari suatu praktek tertenru tidak lagi diperhitungkan. Semuanya berjalan dengan baik karena hanya ada satu ialan atau
cara terbaik. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan,
karena administrator personalia tidak lagi mengembangkan
kreativitas dan inovasi yang memadai untuk menyesuaikan
persoalan yang muncul dengan berbagai alternatif solusi yang
dimungkinkan.
Memilih Terminologi Yang Lebih Tepat
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas,
maka tulisan ini lebih memilih menggunakan istilah manaBABT
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manaiemen Personalia Pubiih
lGl
''
:.1----J
f:","
I
I
jemen personalia publik daripada administrasi kepegawaian
negar^. Pertama, istilah manajemen dipergunakan dengan
maksud menghindari jebakan pengertian yang sempit dari istilah administrasi sebagaimana selama ini teriadi. Manajemen
jelas bukanlah kegiatan yang bersifat ketata-usahaan belaka,
akan tetapi kegiatan tersebut merupakan bahagian kecil dari
cakupan manajemen
Kedua, istilah personalia yang dipergunakan tidak untuk
mengganti istilah pegawai, akan tetapi dimaksudkan sebagai
padanan saja yang dapat dipergunakan silih berganti ant^ra
kepegawaian dengan personalia atau bahkan dengan sumber
daya manusia, meskipun telah banyak penulis berupaya membedakan ke tiga istilah tersebut. Akan tetapi igtilah personalia
dirasakan lebih netral dan lebih luas ruang lingkupnya karena
tidak mdmiliki nuansa dikotomis antara atasan dan bawahannya, atau antarapimpinan dan pegawainya. Dalam institusi
pelayanan publik ataupun instansi pemerintahan, baik itu
pimpinan maupunbawahan semuanya merupakan bagian yang
terlibat dalam manajemen personalia. Semuanya berinteraksi
secara bersama-sama baik sebagai subyek dalam manajemen
tersebut. Semuanya diatur dalam regulasi kepegawaian yang
ada. Semuanya yang menentukan efektivitas dan efisiensi pencapaian tuju4 organisasi.
Ketiga, istilah publik lebih dipilih unnrk dipergunakan
daripada istilah negara,karena yang pertama memiliki cakupan yang lebih luas daripada yang kedua (Zauhar,1996\. Jika
mempergunakan istilah negara maka terdapat kekhawatiran
bahwa ruang lingkup tulisan ini akan terjebak hanya pada
pegawai negeri belaka, padahal cakupan tulisan ini jauh lebih
luas lagi. Istilah publik membawa konsekuensi bahwa yang
terlibat dan dilibatkan dalam manajemen ini adalah mereka
KNOWTEDGE MANACEMENT
Sukses lnouasi Pet4eintahan Daerah
Kanci
yang bekerja dalam institusi pelayanan publik, baik itu yang
berstatus pegawai negeri ataupun bukan. Terlalu banyak
mereka yang berada dalam institusi pelayanan publik yang
bukan pegawai negeri akan tetapi mereka juga harus dikelola
dengan baik karena telah menjadi bagian dari sistem pelayanan
publik itu sendiri. Jelas administrasi kepegawaian negara telah
terjebak pada kesempitan untuk hanya membahas mereka
yang berstatus pegawai negeri saja. Akibatnya adalah pada
bagian kepegawaian atau yang berwenang mengambil
kebijakan tentang personalia untuk memperlakukan mereka
yang bukan pegawai negeri secara ala kadarnya saja
seba$aimanayarrg terjadi terhadap pegawai negeri. Mereka
telah terjebak pada pikiran one best way sehingga mereka
yang bukan pegawai negeri tidak lagi terkelola dengan baik
karena pikiran tersebut justru telah mengeliminasi apa yang
seharusnya mereka ketahui dalam mengelola semua ienis
pegawai yang ada dalam instirusi tersebut.
Dengan demikian istilah manaiemen personalia publik
diharapkan memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas serta
memberikan tantangan yang lebih berarti dalam studi kepegawaian dalam bidang administrasinegara. Ruang lingkup ini
mencakup konten dari kajian itu sendiri, serta mencakup
subyek dari kajian itu sendiri. Konren kajian ini tidak hanya
mencakup pendekatan legal akan tetapi juga mencakup pendekatan manajerial dan politik. Ruang lingkup subyek mencakup tidak hanya pegawai negeri saja tetapi juga mereka
yang berada dalam institusi pelayanan publik atau insransi
pemerintahan. Sebagai contoh adalah mereka yang bekerja
pada pemerintah desa selama ini tidak teriamah oleh administrasi kepegawaian negara, meskipun institusi tersebut jelas
sebagai instansi pemerintahan. Tulisan ini jelas dimaksudkan
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manaiemen Personalia Publik
untuk sampai pada berbagai kalangan seperti itu, dan bermaksud unruk mencakup kekosongan yang terabaikan selama
ini.
Evaluasi atas Pendekatan Legalistik
Dalam bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa pendekatan legalistik telah berkembang begitu dalam pada administrasi kepegawaian negara. Pendekatan ini menimbulkan
akibat-akibat serius bagi kurang berkembangnya kajian sumber daya manusia di bidang administrasi negara. Selain itu,
terjadi pula beberapa konsekuensi praktis yang dialami oleh
para praktisi kepegawaian, akademisi, bahkan para pegawai
itu sendiri baik yang secara langsung mereka sadari maupun
tidak. Setidak-tidaknya ada tiga konsekuensi logis tersebut
yang diungkapkan oleh Klingner dan Nalbandian (1985).
Pertama, berkaitan dengan materi atau fungsi yang ada
dalam pengelolaan personalia, mulai dari perencanaan, rekrutmen, seleksi dan penempatan, penggaiian, penilaian prestasi kerja, pendidikan dan pelatihan, sanksi dan disiplin, sampai pada pemisahan. Berbagai fungsi tadi lebih dipahami
sebagai sequence atau runtutan aktivitas. Jika satu aktivitas
selesai maka tiba saatnya untuk melakukan aktivitas berikutnya, demikian seterusnya. Konsekuensinyq terletak pada pemahaman yang sifatnya kronologis antara fungsi yang satu
dengan fungsi lainnya, sehingga kurang menyadari bahwa
setiap fungsi tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat
antara fungsi yang satu dengan yang lain. Keterkaitan tersebut
tidak sesederhana hubungan sequential seperti di atas. Selain
itu, setiap aktivitas atau fungsi tersebut tidaklah berdiri sendiri
dan bebas memilih teknik yang terbaik tanpa memandang
KNOWTEDCEMANAGEMENT
Kunci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Daerah
kesesuaiannya dengan fungsi-fungsi lainnya. Persoalan serius-
nya iustru terletak pada bagaimana menyesuaikan berbagai
fungsi tersebut satu sama lain secara bersama-sama.
Kedua, Pendekatan legalistik telah mentberikan teknik
tertenfu pada fungsi-fungsi tertentu diialani dan diaplikasikan
pada suatu organisasi sehingga sebagai konsekuensi logisnya
adalah menyebabkan p^rapengelola personalia secara implisit
mengabaikan dimensi nilai dalam keputusan dan penerapan
kebijakan kepegawaian. Selain itu, mereka juga akan mendukung pendapat bahwa manajemen personalia atau administrasi
kepegawaian itu merupakan penerapan teknik-teknik manajemen yang bebas nilai. Jelas asumsi ini merupakan kebalikan
dari lingkungan politik yang sarat nilai dimana sebenarnya
para praktisi manaiemen personalia publik menjalankan tugasnya. Sebenarnya terdapat banyak variasi pilihan kebijakan di
bidang personalia yang mempunyai dampak yang berbeda
bagi para pegawai maupun bagi publik di luar itu yang berkompetisi memperebutkan sumber dayalangka, yaitu pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan. Pilihan kebijakan rersebut sesungguhnya memperlihatkan kepada kita bahwa pikiran
one best uay ata:u satu cara terbaik di bidang manajemen
personalia tidaklah tepat.
Sebagai contoh, dapat dikemukakan dalam aktivitas rekrutmen dan seleksi pegawai negeri sipil. Dalam menentukan
siapa yang akan direkrut dan siapa yang akan lolos seleksi
pastilah dihadapkan pada berbagai pilihan kebijakan seperti
akan mendahulukan pertimbangan merit, atau pertimbangan
politis sehingga mereka yang dianggap terlibat atau sanak
kadang dari yang terlibat G 30 S/PKI tidak dapat direkrut,
atau pertimbangan isu gender, atau pertimbangan isu daerah,
atau pertimbangan lain-lainya. Pilihan pertimbangan tersebut
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manaiemen Personalia Publik
dapat menentukan teknik seleksi yang akan diterapkan dan
menentukan pilihan tentang siapa dan berapa banyak yang
harus diterima. Pikiran yang mendasarkan diri pada one best
way tentu hanya akan melakukan pertimbangan sempit saja
sebagaiman a y^ng dituntut oleh ketentuan dan regulasi yang
sudah ada. Padahal jika regulasi tersebut benar-benar diterapkan mungkin akan menjadi persoalan politik yang serius.
Katakanlah iika yang diterima sebagaimana ketentuan yang
ada harus mempertimbangkan aspek merit maka siapa yang
berkemampuan dan mempunyai nilai seleksi yang terbaik
haruslah diterima meskipun sama sekali tidak ada putera
daerah yang lolos seleksi. Secara politis tentu hal tersebut
akan menjadi komoditas empuk untuk melontarkan isu
terjadinya penjajahan di daerah tersebut.
Contoh di atas sebenarnya membuktikan kepada kita
bahwa manajemen personalia publik merupakan praktek sarat
nllai (ualue laden) bukan bebas nilai (ualue free) sehingga
memiliki banyak alternatif pilihan kebijakan kepegawaian yang
mempunyai dampak serius bagi pilihan teknik manajemen personalia yang bisa diterapkan dan dikembangkan. Pendekatan
yang ada saat ini, menempatkan para pengelola personalia
pada ketiadaan pilihan untuk memberikan jawaban-jawaban
yang memadai atas terus berkembangnya persoalan-persoalan
di bidang personalia publik. Pendekatan tersebut juga menghambat minat akademisi terhadap bidang studi personalia
publik ini karena kurangnya variasi yang ditimbulkan akibat
pembatasan yang dipaksakan terhadap faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan sebagai input, lalu keterbatasan terhadap alternatif teknik dan keputusan yang bisa diambil, sekbligus mempersempit analisis terhadap dampak yang dihasil\an
oleh pilihan kebiiakan tersebut.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
Ketiga, Berbagai kelemahan pendekatan yang terjadi
saat
ini juga membawa konsekuensi serius atas kurangnya
perhatian terhadap dampak kumulatif penggunaan teknikteknik administrasi kepegawaian negara bagi pa:.a pegawai
itu sendiri. Meskipun terdapat banyak sekali sumbangsih
pengetahuan perilaku organisasi dalam teori administrasi
negara, akan tetapi terjadi sedikit sekali transfer pengetahuan
qersebut ke dalam praktek manajemen personalia publik. Para
pengelola kepegawaian, termasuk pimpinari, di instansi pemeflntahan kurang menghargai dan memperhitungkan dampak
kumulatif keputusan kepegawaian yang diambil terhadap
aspirasi dan sikap pegawai.
S ebagai contoh, dap at diungkapka n b etap a i o b de s uip 'tion didesain sedemikian rupa sehingga hanya mempertimbangkan kebutuhan organisasi pada saat ia disusun. Ia tidak
disusun dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan
pada masa-masa sesudahnya, bahkan para pengelola kepega-
waian di Indonesia cenderung untuk enggan menyusunnya
dan membeberkannya secara transparan kepada pegawai.
Tentu hal ini membawa dampak dimana pegawai justru tidak
mampu mengukur prestasi kerjanya sendiri, bahkan ada kecenderungan ia juga tidak mampu mengenali apa sebenarnya
tugas pokoknya. Pada kondisi seperti ini tentu yang dirugikan
adalah si pegawai itu sendiri dan bahkan organisasi secarl
keseluruhan. Meskipun Santoso (1993) menyebutkan ada motif kekuasaan dibalik praktek terse.but, akan tetapi yang
terpenting contoh ini menunjukkan betapa para pengelola
kepegawaian tidaklah begitu peduli atas dampak praktek dan
kepufusan kepegawaian yang diambilnya terhadap pegawai.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan manajemen personalia yang diterapkan pada saat ini
BABT
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manajemen Personalia
Publik
I
tidak berkaitan dan memperhitungkan' dampak kumulatif
daripada praktek kepegawaian yang terjadi terhadap nasib
para pegawai. Pendekatan ini mengabaikan sebuah pertanyaan
kritis dari pegawai, yaitu : apa yang bisa saya harapkan dari
pekeriaan yang saya lakukan ini ?
Penjelasan yang memadai tentang stagnasi yang terjadi
dalam praktek kepegawaian negara dapat dilakukan melalui
pendekatan manajemen pengetahuan (knoutledge rnanagement). Kondisi stagnasi tersebut menurut Barton (1996)
biasanya berkembang menjadi core rigidities (kekakuan inti).
Paradoks yang membingungkan yang melekat dalam kekakuan
inti adalah kemampuan inti. Sebuah metode administrasi
kepegawaian yang terbaik pada saat teftentu dapat menfadi
kelemahan utama seiring dengan berkembangnya kompleksitas persoalan. Kekuatan suatu organisasi pada saat yang bersamaan iuga merupakan kelemahannya. Dimensi-dimensi,
yang membedakan organisasi untuk bersaing, telah berkembang terus menjadi akumulasi aktivitas dan keputusan yang
terfokus pada satu jenis pengetahuan tertentu juga merugikan
pada sisi lainnya. Organisasi, seperti halnya manusia, tidak
berkemampuan atas segala hal. Untuk itu, kemampuan inti
membawa k6untungan sekaligus kebuntungan bagi suatu
organisasi.
Terdapat beberapa hal yang merupakan patologi yang
menyebabkan kemampuan inti berubah meniadi kekakuan
inti. Patologi ini menahan aliran pengetahuan yang berguna
dalam organisasi. Manajemen aktivitas kreasi organisasi iustru yang menentukan apakah aktivitas tersebut menempa atau
justru menghalangi arus pengetahuan penting. Ada dua patologi, yakni kepicikan (insularity) dan berlebihan dalam mencapai target (ouershootrng the targetl. Kepicikan terfadi ke-
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
tika para manajer terpaku dan terlena pada manfaat dari kemampuan inti yang dimilikinya saat ini thnpa mengindahkatr
berbagai kejadian di luar organisasinyayang tirus berubah,
bersekutu dan mengancam kelangsungan hidup,nya.
Berlebihan dalam mencapai target mengubah aktivitas
yang berman faat da.'i semula membantu menjadi'menghambat
perkembangan organisasi. Hal ini didasari dugaan sederhana
bahwa lebih banyak hal baik selalu lebih baik Penggunaan
berlebih (ouerwse) dan spesialisasi berlebih (oier-speiializa'tion) merupakan gambaran langkah menuju ouershootingtbe
target.
Mengapa patologi ini bisa terjadi dapat dijelaskan melalui penjelasan eko4omi, politik kekuasaan,. dan perilakti.
Dari sisi ekonomi dapat dijelaskan bahwa menyerang kekakuan inti seringkali diartikan dengan menghancurkan pondagi
ekonomi yang ada sehingga basis pengetahuan dan keterampilan yang ada meniadi usang dan bahkan mengurangi nilai
aset yang ada saat ini. Dari segi politik kekuasaan dapat diterangkan bahwa penguatan kemampuan inti,secara berkesinambungan dapat membahayakan kapasitas yang ada, dan
mengancam status quo serta membuat para manajer yangada
enggan menyerahkan kekuasaan politiknya. Dari sudut perilaku dapat dipahami bahwa rutinitas organisasi yang telah
berurat berakar dan bentuk-bentuk kebiasaan yang beragam
telah mengendalikan organisasi. Kemampuan inti yang berkembang dapat menjadi kebiasaan yang sulit dirubah.
Kekakuan inti dapat memicu aktivitas penghambat
pengetahuan, begitu pula sebaliknya aktivitas penghambzit
pengetahuan memperkuat dan memperdalarn kekakuan inti.
Aktivitas pemecahan masalah berkembang menjadi litnited
problem soluing karena pengaruh masa lalu. Hubunganpath
BABT
Mengatasi Kekahuan Inti dalam Manajemen Personzlia Pubtik
dependency merupakan penjelas mengapa hal ini terjadi.
langkah-langkah masa lalu tak dapat dihilangkan, dan tindakan hari ini dipengaruhi oleh tindakan masa lalu. Kondisi
pendirian organisasi, termasuk'strategi lwal, menciptakan
koniensus internal tentang bagaimana berbagai ha,l dikerjakan
menuju keberhasilan, akibatnya rutinitas rorganisasi menjadi
solid dan iulit berubah. Pq'mecahan masalah tidak dapat keluar
dariljejak masa lalu ini sehingga kemamptr".r, ,.i.u"rrsi,'dan
keputusan yang',diambil meniadi sangat terbdtas. Untuk
mengatasinya, manajer'harus riemberariikan orang-orang
unnlk keluar dari masa lalu ini.
Aktivitas kedua penghambat pengetahuan adalah ketidakmampuan berinovasi dengan alat dan metode baru.
Mengerasnya saluran internal organisasi dapat menyebabkan
kelumpuhan meskipun disadari perlunya inovasi untuk memperbaikinya. Hal ini biasanya terjadi karena adanya competency trap, yang t'erjadi bila kinerj^yang diinginkan tercapai
melalui prosedur seadanya sehingga mengarahkan organisasi
untuk mengakumulasi pengalaman dengan prosedur tersbbut.
Akibatnya'adalah menghindarkan organisasi dari prosedur
yang unggul untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Lambat
laun tentu kemampuan organisasi akan meniadi berkurang
ketika menghadapi tuntutan yang lebih tinggi'yang hanya
dapat dicapai melalui prosedur unggul.
Aktivitas yang ketiga adalah eksperimen, y^ng dibatasi
ketika perluasan pengetahuan mengalir melalui jejak yang
telah dikenali dengan baik (well-utorn paths) daripada menciptakan pilihan baru bagi organisasi. Kepentingan dan kemampuan staf teknis seringkali membaqasi batas-batas inovasi.
ffir
KNOWTEDGE MANACEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
Aktivitas yang keemp y ang menghambat pengetahuan
^t
adalah menyaring pengetahuan eksternal, yakni sebuah aktivitas yang menyaring t'engetahuan eksternal yang seharusnya
masuk ke dalam organisasi dan tersalur dalam aliran pengetahuan organisasi. Meqyaring pengetahuan eksternal memang
diperlukan untuk menjaga bertambahnya pengetahuan dari
sumber-sumber yang tidak dikehendaki. Namun demikian,
penyaringaq yang berlbbihan dan salah justeru menghambat
masuknya pengetahuan penting yang diperlukan organisasi.
Kesalahan ini bisa disebabkan oleh eValuasi yang salah terhadap teknologi baru,. dan terlalu keras dalam mendengarkan
konsumen.
Keka\ran inti yang paling berbahaya terjadi ketika suatu
organisasi menghadapi technological discontinuity, yakni
perubahan mendasar teknologi menuju paradigma baru. Kunci
penyelesaiarinya justru terletak pada dimensi kekakuan inti,
sama dengan dimensi lang dimiliki kemampuan inti. Tidak
ada jalanlain kecuali manajer harus membangun kembali dan
memperbaharui organisasi. Ti:ntutan adanya creatiue destruction terhadap kemampuan inti lama menuju yang baru. Kekakuan inti jelas merupakan suatu sistem'. Meski disadari bahwa
empat dimensi kekakuan inti terjalin erat sebagai satu kesatuan, kita harus berpikir untuk mempertimbangkannya secara
terpisah. Secara berurutan, dimensi dibahas mulai dari yang
termudah sampai yang tersulit.
Sistem fisik merupakan dimensi yang termudah untuk
dikembangkan. Semakin banyak inovasi melekat dalam peralatan dan membutuhkan sedikit pelatihan pengguna, maka
semakin mudah ia diterima. Namun demikian, hal ini tidak
dimaksudkan untuk menyepelekan penerapan sistem teknik
baru. Pengembangan sistem fisik ini merupa\an perubahan
BABT
Mengatasi Kekakuan
lnti
ddlam Manajemen Personalia Publik
W
lns:ffi
lr
T.*i
i,,1
yang paling dapat dilihat dan paling mudah dipahami oleh
para manajer yang melakukannya. Tetapi sayangnya dimensi
ini tak pernah mampu berdiri sendiri dari tiga dimensi lainnya,
padahal yang lain lebih sulit untuk dikembangkan.
'Peran sistem manajerial dalam menunjang kekakuan inti
seringkali halus dan sulit dirubah. Padahal sistem ini memainkan peran penting dalam mendukung dan memberikan imbalan atas jenis pengetahuan tertentu dan tnenanamkan status
tertentu pada fungsi, disiplin, dan'peran dalam sistem yang
sama. Pengaruhnya dapat dilihat dalam negatiue reinforcing
cycli. Karena tidak tertarik 'pada fungsi tertentu maka kurang memberikan perhatian pada rekrutmen dan pembgrian
imbalan yang memadai bagi fungsi tersebut. Akibatnya fungsi
tersbut menerima upah yang lebih kecil dan dianggap kurang
vital bagi proses organisasi. Mereka bekerja dengan enggan
sehingga memberi andil yang sedikit pada organisasi. Kredibilitas dan pengaruh fungsi ini mehjadi kecil. Secara umum
status fungsi ini rendah dalam organisasi. Status rendah
menyebabkan fungsi ini tidak menarik. Demikian terus siklus
ini berlangsung sehingg a y
penguatan negatif atas
^rrghanyalah
fu ngsi'tersebut. Lambat laun, informasi dan pengetahu an y ang
ada dalam fungsi ini menjadi terabaikan dan dapat membahayakan kebutuhan informasi penting bagi pengambilan
keputusan organisasi. Kegagalan dalam mendengar dan memperoleh informasi dari berblgai petspektif mengarah pada
kekakuan inti dalam organisasi.
KNOWTEDGEMANACEMENT
Kunci Sukses Inouasi Pemerintaban Daerah
Ir*crnd
Gambar 20. Aktivitas Penghambat Pengethuan
Sumber: Barton 1995
Meningkatkan basis keterampilan dan pengetahuan kemampuan inti sama sedprhana dan sekaligus sulitnya dengan
mengangkat orang baru. Karyawan dengan pengetahuan
publik dapat diangkat dari program pendidikan formal. Karyawan dengan pengetahuan spesifik industri dapat direbut dari
pesaing. Namun, karyawan dengan pengetahuan spesifik organisasi tak dapat diperoleh dari.manapun kecuali dikernbangkan terus menerus dalam organisasi. Kejadian paling sulit terjadi ketika pengetahuan spesifik organisasi harus beiubah
sementara karyawannya tidak lagi dapat berubah mengikuti
perubahan yang dibutuhkan. Masalah menjadi dianggap tak
bermoral jika harus memecat karyawan yang telah bekerja
lama dalam organisasi yang kemampuannya kini telah usang.
Dalam hal ini, tampak bahwa basis pengetahuan terikat erat
dengan norma perilaku dan sistem nilai implisit.
BABT
Mengatasi Kekakuan
lnti
dalam Manajemen Personalia Publik
Dalam dimensi nilai, terdapat dua jenis nilai yakni "V
besar"(nilai) dan "v kecil" (norma). Kesulitan yang sering
terjadi dalam norma dan rutinitas organisasi yang berubah
adalah karyawan dihadapkan pada dua tingkatan nilai yang
berbeda ini. Apakah karyawan harus mengubah nilai atau
mengubah norma. Apakah nilai dasar yang men)'aagkut misi
organisasi yang harus diubah ataukah hanya norma yang mengatur bagaimana aktivitas pencapaian misi yang darus diubah.
Untuk itu biasania, nilai dan norma dipisahkan dalpm benak
karyawan jika hendak melakukan perubahan.
Dari penielasan semua dimensi kekakuan inti tersebut,
disadari bahwa tidak mungkin melakukan perbaikan tunggal
tanpa juga melakukan perubahan atas dimensi lainnya yang
saling terkait. Yang mungkin adalah memulai perubahan dari
langkah kecil, namun tetap berdasar perspektif tertentu. Pandangan yang lebih koprehensif selanjutnya dibutuhkan untuk
menghindarkan kekakuan inti sekaligus untuk mengembangkan manajemen personalia.
Pengembangan Multi-Value
.
Untuk itu diperlukan pendbkatan alternatif dalam memandang manajemen personalia publik, yaitu dengan melihatnya sebagai interaksi empat nilai dominan bukan sekedar
sebagai kumpulan teknik kepegawaian. Klingner dan Nalbandian (1985) mengungkapkan bahwa empat nilai tersebut
mencakup administratiue efficiency (efisiensi administrasi),
indiuidual rights (hak-hak individu), political rpsponsiueness
(responsi politik), dan social equity (keadilan sosial). Nilai
ini kiranya setara dengan nilai-nilai yang dimaksudkan oleh
Rosenbloom (1989) yang mana administratiue efficiency
ffi,-,1
g.
fltJol
ll
-T
KNOWTEDCE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Petneintaban Daerah
Kunci
merupakan nilai dasar managerial approacb, da4 indiuidual
rights meyupakan nilai utama dari legal approach, sefta political responsiueness & social equity mequpakan nilai-nilai
yang terkandung dalam political approach.
Ilmuwan-ilmuwan tersebut sgpakat bahwa dalam administrasi negara; nilai-nilai dan pendekatan-pendekatan tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga tidak ada satu nilaipirn yang dapat dipandang sebagai dominan dalam administrasi
negara. Pandangan demikian tentu merupakan pendekatan
atau paradigma. tersendiri dalam memandang administrasi
negara pada umumnya sehingga mempengaruhi pula pendekatan terhadap aspek-aspek yang terkandung di dalamnya,
termasuk dalam manaiemen personalia.
Keaneka-ragaman nilai ini memang sepatutnya dipahami
jika kita kembali menengok aksioma pertama administrasi,
yaitu bahwa suatu organisasi tidak beroperasi dalam ruang
hampa.21 Selanjutnya Starling mengungkapkan bahwa administrasi publik paling tidak beroperasi dalam atmosfer politik,
hukumn dan sosio-teknis, termasuk berbagai macam lembaga
yang terkait dalam kehidupan bernegara. Administrator priblik
harus memiliki pengetahuan yang memadai terhadap institusi
dan proses politik serta hukum. Bahkan pengetahuan saja sebenarnya tidaklah memadai karena administrator publik seyogy
a j uga memil iki p o I it i c al s pil I an d 7n anagen t enf. Beragam
^ny
kemampuan yang harus dimiliki di antaranya adalah kemampuan menganalisa dan menginterpretasikan kecehderungan
ekonomi, sosial, dan politik; kemampuAn untuk menganalisa
konsekuensi tindakan-tindakan administratif; dan kemampuan
untuk memperjuangkan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan; serta kemampuan untuk berhubungan dengan
berbagai instansi terkait baik publik, privat maupun LSM.
BABT
Mengatasi Kekakuan
lnti
dalam Manaiernen Personalia Publik
Tabel 4. Perbandingan Pendekatan
r
AdministrativeEfficiencv
.,
Individual Rights
Political Responsiveness I
s*i;lTiiuty
o
Political Approach
Political Approach
-l;
Untuk itu, berbagai nilai dan pendekatan tersebut penting dikaji dan dipertimbangkan karena nilai inilah yang membentuk dan mgmpengaruhi perkembangan dan penggunaan
teknik-teknik manajemen personalia. Tidak seperti halnya
manajemen personalia dalam organisasi yang berorientasi
p4da laba yang sangat menekankan pada nilai efisiensi
administrasi atau pendekatan manajerial, dan tidak seperti
apa yang dimaksudkan dalam administrasi kepegawaian negara
yang menekankan pada pendekatan legal, maka pendekatan
ini memandang bahwa seluruh nilai tersebut berinteraksi satu
sama lain dalam manajemen personalia publik. Hal ini
disebabkan oleh lingkungan kerja dan ruang lingkup
personalia publik merupakan bidang yang seringkali
bergeiolak karena interaksi dari nilai-nilai yang berubah pada
setiap fungsi utama kepegawaian.
Fungsi-fungsi utama manajemen personalia yang dijalankan oleh intansi-instansi pemerintah an agar karyawannya
bekerja secara kompeten dalam suasana kerja yang memuaskan adalah : pengadaan pegawdi; alokasi pekerjaan; pemberian imbalan; pengembangan kompetensi; termasuk pula
pemeliharaan hubungan kerja. Oleh karena itu, yang terpenKNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petneintaltan Daerah
Kunci
ting bagi pemerhati masalah (termasuk mahasiswa) manaiemen personalia publiXt adalah tidak hanya pemahaman atas
fungsi-fungsi tersebut termasuk teknik-teknik yang ada di daIamnyan akan tetapi rnepcakup pula apresiasi terhadap nilainilai yang mendasari fungsi dan teknik tersebut serta interaksi
atau bahkan konflik antar nilai yang terjadi dalam aplikasi
fungsi tersebut. Interaksi atau konflik nilai ini bisa mernpengaruhi pernilihan alternatif teknik yang akan dipergunakan
dalam situasi tertentu.
Sebagai rnisal, pengisian iabatan publik yang sedang
lowongbisa mempengaruhi pemilihan teknik seleksi yang akan
dipergunakan, Jika nilai yang mendasarinya adalah efisiensi
administrasi maka teknik seleksi yang dipergunakan adalah
berbagai teknik (misalnya SKA(Sfttl/, Knoutledge, and Ability) test) yang dapat menghasilkan pegawai yang memiliki kemampuan terbaik dengan mengabaikan faktor-faktor subyektif seperti suku, jenis kelamin, keturunan, alumni, agama dan
lain'sebagainya. Akan tetapi iika nilai yang dijadikan dasar
adalah social equity maka teknik seleksi yang dipergunakan
adalah teknik yang mampu mengakomodasi nilai tersebut
(misalnya seleksi administrasi dikombinasi dengan teknik wawancara) sehingga pegawai yang terpilih akan lebih mempertimbangkan proporsi fenis kelamin, suku atau asal daerah,
keturunan dan lain sebagainya secara seimbang.
Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa nilai-nilai
yang mendasari dapat mempengaruhi ienis teknik tertentu
dalam fungsi kepegawaian tertentu. Bahkan nilai iuga mampu
mempengaruhi keputusan-keputusan kepegawaian yang akan
diambil. Dalam setiap fungsi yang diialankan terdapat interaksi
nilai dan bahkan bisa berkembang meniadi konflik nilai iika
terdapat perbedaan nilai dari berbagai pihak yang terlibat
dalam pengambilan kebijakan kepegawaian.
8AB7
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manajemen Personalia
ktblik
Contoh di atas iuga menunjukkan kepada kita bahwa
fungsi dan teknik kepegawaian bukanlah hal yang bebas nilai
(ualue freel akan tetapi justru sarat nilai (ualue ladenl. Juga
menunjukkan betapa nilai tertentu tidak berlaku universal,
kapan saja, dimana saia, oleh siapa saia, dan kepada siapa
saja. Dengan demikian meniadi suatu hal yang menarik untuk
dikaii bagaimana nilai-nilai tersebut berinteraksi dalam fungsifungsi utama manajemen personali publik;
Pendekatan nilai ini dianggap sangat membantu berbagai
pihak yang terlibat dalam aktivitas kepegawaian dalam meniawab berbagai persoalan mendasar yang timbul dari pendekatan terdahulu. Bagi para akademisi, pendekatan ini mampu
meniawab pertanyaan bagaimana bagian-bagian dari manajemen personalia publik ini berkaitan sanr sama lain atau
dengan kata lain saling mempengaruhi, karena bagian-bagian
tersebut tidak sekedar linear dari satu bagian ke bagian lainnya. Pendekatan ini memungkinkan para akademisi untuk
melihat adanya pilihan-pilihan diantara teknik-teknik personalia dari perspektif teoritis.
Selain itu, pendek atan multi-ualue inidiharapkan mampu memberikan dampak yang lebih luas bagi peningkatan
kinerja lembagaJembaga publik. Sebagaimana kita ketahui
bahwa selama ini lembaga ini selalu dikecam sebagai biang
keladi dari berbagai persoalan di dalam masyarakat. Dari
fungsi yang semestinya dijalani sebagai pelayan masyarakat,
justru masyarakat yang berfungsi sebagai pelayannya. Semua
ini, bermula dari sumber daya manusia yang ada dalam
institusi publik itu sendiri sehingga bila ingin memperbaikinya
justru harus dimulai dari sumber daya manusia tersebut.
Holzer dan Callahan (1998) iuga telah mengindikasikan hal
tersebut dan perbaikan terhadap manaiemen personalia di
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
instansi publik akan menjadikan lembaga tersebut sebagai
problem soluer dari berbagai persoalan di masyarakat yang
seakan-akan tiada habis-habisnya.
Berbagai studi lainnya tentang arti pentingnya sumber
daya manusia di sektor publik ini (Pradhan 6c Reforma,1.99"L;
Metcalfe 6c Richards, 1992; Rosen, 1993; Berman, 1,998;
Sluyter, 1.998; Balogun & Mutahab a, 1999'y juga telah menunjukkan semangat yang sama, yakni perhatian utama yang
diberikan terhadap sumber daya manusia justru akan meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi-organisasi publik.
Bahkan dalam perspektif yang lebih luas Kunio (2000) juga
menggambarkan hal yang senada. Menguatnya perhatian para
akademisi administrasi negara ini terhadap bidang manajemen
personalia publik tentu membawa angin segar bagi
perkembangan kajian ini di masa mendatang. Hal ini juga
merupakan bangkitnya kesadaran mereka akan betapa penting, menarik, dan menantangnya bidang ini secara akademis,
serta membawa konsekuensi praktis yang cukup signifikan.
Purnawacana
Berdasarkan seluruh uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebelum ini perkembangan kajian kepegawaian
di lingkungan institusi publik telah mengalami stagnasi yang
cukup parah. Stagnasi ini disebabkan oleh begitu kuatnya pendekatan tunggal, yakni pendekatan legalistik, dalam mempengaruhi bahan ajar dan praktika pengelolaan pegawai di
lingkungan tersebut. Tentu hal ini tidak bisa diterima karena
sebenarnya organisasi publik berjalan penuh dengan pergulatan nilai dan pengaruh lingkungan eksternal yang begitu
kuat. Pendekatan tunggal telah mengungkung potensi, daya
Mengatasi Kekakuan Inti dalam Manaiemen Personalia Publik
tarik, dan tantangan yang terkandung dalam khasanah bidang
studi ini. Pendekatan tunggal ini akan memicu munculnya kekakuan inti dalam organisasi yang akan menghambat aktivitas
kreasi pengetahuan. Aktivitas penghambat ini iustru akan
mengurangi kemampuan lembagalembaga pemerintahan untuk menialankan tugasnya.
Untuk itu, perlu dilakukan reterminologi dalam pendidikan bidang tersebut menjadi manajemeh personalia publik.
Selain, persoalan simbolik tersebut juga perlu pembenahan
dalam domain substantif dengan memasukkan berbagai nilai
yang relevan dalam bidang tersebut. Dengan perubahan ini'
maka bidang pengelolan kepegawaian di lingkungan institusi
publik tidak lagi kebal terhadap nilai-nilai yang ada akan tetapi
justru diperkaya oleh nilai-nilai tersebut. Harapannya adalah
praktisi atau administrator publik akan menjadi lebih peka
dan terampil baik dalam berhubungan dengan sumber daya
manusia baik yang tersebar di lingkungan internal maupun
eksternal. Bagi akademisi, tentu bidang ini akan menjadi jauh
lebih menarik dan challenging, serta bagi mahasiswa akan
memperoleh lahan kajian yang begitu rimbun dan lebat tidak
lagi gersang.
Akhirnya, tentu perubahan ini diharapkan akan mampu
membenahi kinerja lembaga-lembaga pemerintahan dan
institusi publik lainnya sehingga mampu tampil sebagai
pemecah masalah dan bukan lagi bagian dari masalah itu
sendiri. Kinerja publik yang baik ini seyogyanya mampu
meningkatkan citra lembaga tersebut di masyarakat sehingga
mampu menaikkan pamor institusi dan personalia yang berada
di dalamnya. Citra baik ini akan menaikkan dukungan publik
terhadap institusi tersebut sehingga akan mempermudah
perolehan dukungan masyarakat dalam menjalankan berbagai
aktivitasnya
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Kunci Suhses lnouasi Pemerintahan Daerah
%a/oA
Thntangan dan Hambatan
Pemer,infahan Saerah
rgantian UU No 5 tahun L974 menjadi UU No 22
ahun 1999 yang disertai UU No 25 tahun 1995
rnembawa perubahan besar dalam penyelenggaran
pemerintahan daerah di Indonesia. Perubahan ini tampak lebih
berorientasi pada penyelengg araan pemerintah an y angpartisipatif dan demokratis ketimbang efisiensi administrasi
(Hoessein, 2000). Meski UU pemerintahan daerah yang terakhir tersebut telah disempurnakah menjadi UU No. 32 tahun
2004, semangat partisipasi masyarakat tetap dipertahankan
sembari memasukkan menekankan perlunya efisiensi dalam
penyelenggaraannya. Daerah kini memiliki jumlah dan bobot
fungsi otonom yang jauh lebih besar ketimbang sebelumnya.
Secara politis, daerah memiliki kemandirian yang lebih besar
ketimbang era sebelumnya namun secara ekonomis masihlah
menjadi tanda tanya besar karena diperlukan exercise yang
lebih mantap dalam mengelola fungsi-fungsi otonomnya
tersebut.
Pada saat yang bersamaan, perubahan ini berlangsung
dalarn masa derasnya globalisasi mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan di dunia. Globalisasi mernbawa konsekuensi
interaksi intra dan antar sektor melampaui batas-batas fisik
negara dan menjangkau berbagai belahan dunia tanpa dapat
dihindari. De facto, globalisasi telah merambah dunia beberapa tahun lalu ketika informasi antar berbagai belahan dunia
tidak lagi dapat dibatasi secara fisik. Setiap orang dapat berkomunikasi dan menikmati informasi yang dikehendaki tanpa
dapat dihalangi oleh siapapun. Kondisi ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehingga berbagai negara, organisasi,
maupun individu tak kuasa membendungnya guna menangkal
dampak negatif yang muncul. Sementara itu, orang, perusahaan, atau negara lainnya iusteru memanfaatkannya untuk
menangguk keuntungan dalam memenuhi kebutuhannya.
Tak lama lagi, globalisasi secara de iure akan memperkokoh dan memberi legitimasi akan kondisi tersebut. Era perdagangan bebas, seperti halnya AFTA dan NAFTA, telah di
pelupuk mata. Akibatnya, tak adanegaru yang tergabung dalam pakta tersebut mampu membatasi fenomena globalisasi
iika tidak hendak terkucil dari peradaban dunia. Berbagai institusi mulai berinunculan dalam rangka bereaksi dan beradaptasi dengan perubahan iaman ini. Reaksi dan adaptasi
ini dilakukan oleh banyak pihak agar mereka dapat bertahan
hidup bahkan meniadi pemenang dari persaingan global.
Mereka meyakini bahwa globalisasi akan mampu membabat
habis berbagai pihak yang tak siap dan tak mampu bersaing.
Batas-batas negarapun mulai kabur karena adanya
upaya integrasi. Munculnya upaya untuk menyatukan sekatsekat perekonomian dan perdagangan seperti Uni Eropa merupakan bukti dari hal tersebut. Adanya multi national company dan merger & akuisisi perusahaan lintas negara juga
merupakan bukti yang berbeda di samping bermunculannya
banyak organisasi berbasis cyber-space yang mampu menjelaiah pelosok dunia.
KNOWTEDCEMANAGEMENT
kmci
Suhses
Inouasi Pemerintahan Daeruh
Mengingat adanya fenomena globalisasi yang memicu
lebih terintegrasinya berbagai belahan dunia ini, maka menjadi
terdengar aneh ketika Indonesia justeru memperkuat sekatsekat pemisah antar daerah melalui kebijakan desentralisasi
yang baru tersebut. Bahkan sampai saat ini belum terdengar
adanya persiapan yang memadai bagi daerah-daerah guna
menghadapi tantangan perekonomian global tersebut. Selain
menghadapi tantangan global ini, setiap daerah juga menghadapi persaingan antar daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik secara prima dan akuntabel. Berkenaan dengan
persaingan lokal inipun belum terdengar reaksi dan antisipasi
yang melegakan hati dari berbagai pemerintah daerah di Indonesia.
Kondisi yang mengkhawatirkan ini semakin diperkuat
oleh Clarke dan Clegg (1998) bahwa dunia telah berganti.
Jika terus bertahan dengan visi lokal atau nasional maka negara tersebut akan tetap berada dalam kondisi separation, protection, immobility, t echnological leads, local standards, time
lags, dan unitarism. Kondisi ini tentu akan membuat daerah
dan negara tersebut tertinggal dari daerah yang sudah mengarah pada globalisasi atau glokalisasi. Daerah yang kedua ini
sudah masuk dalam eru integration, deregulation, mobility,
tecnological diffusion, uorld standards, simultaneity, dan plu'
ralism.
Menghadapi kenyataan yang mengkhawatirkan ini maka
pertanyaan yang pantas dikemukakan adalah apakah mungkin
daerah mengambil manfaat sekaligus menciptakan peluang
dari kompetisi lokal maupun global ini ? lalu bagaimana cara
melakukannya?
BAB 8 - TOKALISASI ATAU GTOBALISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Pemeintahan Daerah
Desentralisasi dan Globalisasi
Kehidupan global sebenarnya bukan sesuatu hal yang
baru, tetapi globalisasi yang terfadi kini iauh lebih pesat dan
berpengaruh daripada ap^ y ang teriadi sebelumny'a. Globalisasi telah menyambung ruang dan waktu serta menghilangkan
batas-batas sehingga manusia dapat hidup lebih cepat, dekat,
dan maiu daripada sebelumnya. UNDP (19991 membuat
laporan menarik yang menyatakan bahwa globalisasi menawarkan peluang besar bagi kemajuan umat manusia bila disertai dengan kepemerintahan yang lebih kuat. Bila tidak, maka
terdapat beragam ancaman yang akan dihadapi, yakni :
penguapan finansial dan ketidak-amanan ekonomi, ketidakamanan pekerjaan dan pendapatan, ketidakamanan kesehatan, ketidakamanan budaya, ketidakamanan pribadi, dan
ketidakamanan lingkungan, serta ketidakamanan politik dan
masvarakat.
.,
Kemaiuan'teknologi informasi dan komunikasi baru
telah menuntun globalisasi lebih cepat lagi sehingga membagi
dunia ini dalam dua belahan, yakni belahan yang terkoneksi
dan belahan yang terisolasi. Kernaiuan umat manusia sebagai
dampak globali5asi hanya akan dinikmati oleh belahan dunia
yang terkoneksi, sementara belahan yang teriqolasi akan
terpuruk dan tertinggal oleh kemajuan peradaban manusia.
Jaringan komunikasi telah membantu mempercepat kemajuan
pelayanan kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan pengetahuan berikut pemanfaatannya juga berkembang dengan
cepat, sehingga tampak dengan nyatamanfaat globalisasi bagi
belahan yang terkoneksi.
Perlu pula disadari bahwa manfaat globalisasi ini tidak
dengan sendirinj.a dapat dinikmati oleh masyarakat. Prasyarat
utamanya adalah adanya kondisi kepemerintahan yang lebih
KNOWTEDGE MANAGIMENT
SukseS Inouasi Pemerintahan Daerah
IQnci
h*uat {stronger gouerrtance). Bila prasyarat ini tidak terpenuhi
maka resiko marjinalisasi atau bahkan terisolasi akan dihadapi.
Kepemerintahan yang lebih kuat ini, menurut UNDP (1,9991
membutuhkan beberapa tindakan yang harus dilakukan olehi
pemerintah, yakni : pertama, lebih berkoneksitas dengan merangkai jaringan telekomunikasi dengan perartgkat keras ltomputer. Kedua, lebih berkomunitas dengan memusatkan perhatian pada akses kelompok, bukan sekedar kepernilikan pribadi. Ketiga, lebih berkapasitas dengan'.rnengembangkan keahlian surnber daya manusia untuk hidup dalam masyarakat
pengetahuan (knowledge society). Keempat, lebih berisi
dengan meletakkan pandangan, berita, budaya" dan perdagangan lokal dalam jaringan internet. Kelima, lebih berkreativitas dengan menyesuaikan teknologi dengan kebutuhan,dan
peluang lokal. Keenam, lebih berkolaborasi dengan rnengem-'
bangkan pengelolaan internet guna mengakomodasi kebutuhan nasional yang beragam. Dan yang ketujuh, lebih banyali
uang tunai dengan menemukan cara-cara inovatif untuk mendanai masyarakat' pengetalauan dimanapun berada.
Dari beberapa tindakan yang harus dippnuhi oleh pemerintah untuk mencapai prasyarat masuk dalam masyarakat
global dan menikrnati manfaat daripadanya, ada beberapa hal
y ang dapat dilakukap sejalan dengan kebijakan desentralisasi
di Indonesia. Hal pertarna adalah desentralisasi telah memunculkan pemerintahan daerahyang lebih mandiri sehingga akdn
lebih mudah untuk,melaksanakan tindakan yang lebih berkomunitas, lebih berkapasitas, lebih berisi, dan lebih berkreativitas. dengan desentralisasi, lebih mudah bagi pemerintah
daerah ketimbang pemerintah pusat untuk mencapai dan
mengelola akses kelompok, untuk menempatkan pandangan,
berita, budaya, dan perdagangan lokal dalarn iaringair
mf
8AB S - LOKALISASI ATAU GLOBALISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Pemerintahan Daerah 'l t O Z f
T-i
internet, dan untuk menyesuaikan teknologi terhadap kebutuhan dan peluang setempat, serta untuk mengembangkan
secara luwes keahlian sumber daya manusia dalam masyarakat
pengetahuan.
Namun demikian, kemanfaatan ini akan meniadi tidak
berarti apabila tidak diikuti oleh hal yang kedua, yakni pemerintah daerah harus mampu melakukan tindakan kepemrintahan agar lebih berkoneksitas dan lebih berkolaborasi. Dalam
hal ini pemerintah daerah dituntut agar mampu menyusun
koneksi jaringan telekomunikasi dengan perangkat keras komputer, dan mengembangkan pengelolaan internet guna mengakomodasi kebutuhan nasional yang beragam. Dalam beberapa kasus, bahkan akomodasi ini tidak hanya menjangkau
cakupan nasional belaka tetapi juga internasional bahkan
transnasional. Untuk memenuhi kebutuhan semua ini maka
tampaknya tidak ada ialan lain ba$i pemerintah daerah untuk
mengubah cara pemerintahannya melalui digitalisasi penyelenggaraan pemerintahan.
Peluang digitalisasi pada tingkat pemerintahan daerah
memang selalu dipertanyakan banyak pihak karena sudah
menjadi anggapan urhum bahwa tingkatan pemerintah yang
paling ideal untuk menghadapi globalisasi ada pemerintah
pusat. Hal ini dapat'dipahami karena dengan menyatukan
kekuatan pada batas-batas nation-state dianggap memperbesar
peluang menghadapi tantangan global dan persaingan internasional. Namun demikian, kenyataannya tidak selalu demikian adanyi karena glbbalisasi ternyatatidak menghapus batas
semua ruang kehidupan melampaui batas nation-state.
Adler (19 9 4) telah mengungkapkan bahwa memang secara tradisional ruang ekonomi, politik, dan budaya selalu
berhimpitan dengan batas-batas negara bangsa sehingga pe-
KNOWTEDGEMANAGEMENT
ktnci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Dderah
mimpin politik dapat mengendali-kan semuanya secara bersamaan. Kini semuanya telah berubah. Melalui globalisasi ternyata batas-batas tersebut telah mengalami pergeseran. Hanya ruang: ekonomi sajalah yang meluas melampaui batasbatas negara bangsa. Ruang politik ternyata'tetap dibatasi
oleh batas-batas negara bangsa. Sementara ruang budaya justru rnengkerut dafam batas-batas korhunitas etnis di dalam
negara bangsa seiring dengan pencarian identitas budaya dari
masyhrakat.
Dari sini disadari bahwa desentralisasi bukanlah suatu
hal yang menghambat untuk menghadapi globalisasi. Persoalanily a memang tepletak pa{a bagaim an car a menghadapinya.
Desentralisasi justeru telah menciptakan peluang untuk memperkuat basis lokal dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Digitalisasi pemerintahan daerah sebenarnya merupakan salah
satu cara untuk menghadapinya karena memberikan peluang
yang lebih besar untuk mencapai akses global bagi potensi
lokal. Kanter (1995) juga telah mengungkapkan bahwa globalisasi tidak dengan sendirinya meniadakan potensi lokal,
bahkan lokal justru memiliki peluang yang sangat besat untuk
menangguk manfaat dari perekonomian global. Tampaknya
ia ingin mengatakan bahwa daEpah tidak dengan serta merta
tergilas oleh globalisasi jika masyarakat menyadari ungkapan
"think globally and act locnlly".
Tantangan Digitalisasi Pemerintahan Daerah
Yang dimaksud dengan digitalisasi pdmerintahffi (digital gouernmentlDlGlGOV) dalam tulisan ini adalah penggunaan teknologi digital dalam penyelenggaraan fungsi atau
urusan pemerintahan. Makna ini senada dengan apayangdi-
BAB 8 - TOKATISASI ATAU CLOBALISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Pemeintahan Daerah
'
kandung dalam istilah Electronic Gouernmenl (e-Govt) sebagaimana diungkapkan oleh Carroll (2000) yang berarti penggunaan teknologi digital oleh pemerintah untuk meningkatkan
efisiensi dan transparansi. Holmes (2001) memberikan pendapat yang lebih jelas lagi bagi sektor publik bahwa e-gouefttm ent mertpakan penggunaan teknologi informasi, khususnya
internet, untuk memberikan layandn publik yang lebih baik,
dekat dengan pelanggan, efektifbiaya, dan dengan carayang
berbeda tapi lebih baik.
Mpski demikian, bukan suatu hal yang mudah memang
untuk melakukan perubahan pada sektor pemerintahan.
Tidak seperti Cektor bisnis yang dapat berubah dengan cepat
menyesuaikan diri dengan dinamikan internal maupun ekternal, sektor publik biasanya memiliki resistensi yang sangat
kuat bagi perubahan. Hal demikia+ memang juga diakui oleh
Don Thpscott dalam bukunya yang sangat terkenal Digital
Economy (1996\. Kondisi serupa juga dihadapi oleh Indonesia;jika hendak melakukan digitalisasi pemerintahan daerah.
Tantangan yang bakal dihadapi ini ieyogyanya tidak dihindari,
melainkan diidentifikasi lalu dicari falan keluarnya. Identifikasi atas peisoalan tersebut dipaparkan berikut ini.
Digitalisasi pemerintahan irii menghadapi sejumlah tantangan yang berkaitan dengan kondisi setiap daerah yang beragam. Ada banyak masyarakat perkotaan dan ada pula masyarakat transisi. Selain itu, masih banyak pula ma$yarakat pedesaan serta masih ada pula masyarakat yang masih mendekati
kehidupan primitif. Dengan poli sosial seperti ini jelas digitalisasi pemerintahan tidak daplt menyentuh semua lapisan
masyarakat. Banyak kota dan kabupaten di Indonesia memiliki
satu jenis tipe sosial di atas dan banyak pula yang memiliki
beberapa tipe sekaligus.
:
ryr:J:
:;
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Sukses lnouasi Pemerintahan Daerah
Kanci
Dengan menyadari kondisi ini maka tentu tidak dapat
dipaksakan bahwa semua daeiah harus dapat menyelenggarakan digitalisasi pemeiintahan. Prioritas pertama fentu diberikan pada daerah yang telah siap terutama kota-kota besar
di Indonesia, seperti Jakarca, Surabaya, Malang,: Bandung,
Medan, Makassar dan lain sqbagainya. Prioritas berikutnya
baru diberikan pada kota atau kabupaten dengan tipologi
masyarakat
transisional.
:
'
Selain tipologi masyarakat Indonesia di atas,,digitalisasi
pemerintahar,r daerah iuga menghadapi tantangan lainnya"
Dengan mengacu pada berbagai jenis surnber daya dalam
pendekatan resource-ba.sed sebagaimana diungkapkan Huseini
(1.999), maka tantangan lainnya ada yang bersifat tangible,
intangible maupun uery intagible. Thntangan yahg bersifat
tangible berkenaan dengan s'arana dan prasarana digitalisasi.
Terlnasuk dalam tantangan ini adalah jaringan listrik, iaringan
telekomunikasi, ketersediaan perangkat dan jaringan komputer. Tidak semua daerah di h,rdonesia telah menikmati
jaringan listrik apalagi jaringan telekomunikasi. Banyak desa
dan kecamatan yangbelum menikmati kedua jaringan tersebut.
perangkat komputer beserta iaringannya tentu lebih terbatas
lagi. Oleh karena itu, digitalisasi pemerintahan daerah hdak
dilakukan secara serentak di Indonesia, melainkan secara bertahap bagi daerah-daerah yang telah memenuhi syarat sArana
'
dan prasarana ini. :
Untuk daerah yang telah siap secara fisik ini akan menghadapi tantangan berikutnya yang bersifat intangible. Tantangan ini rnencakup aspek ketersediaan finansial, teknologi
komputer, dan tersedianya surnber daya manusiayangmemadai untuk mengoperasikantrya. Sebenarnya tantangan finansial
dapat dipenuhi dengan mudah iika ada kemauan politik dari
BAB 8
Tantangan dan
-
LOKAI.TSASI ATAU GI,OBAT.ISASI:
llimbaten
Digitalisasi Pemerintahan Daerah,
paru pejabat di daerah, namun karena Indonesia mengalami
krisis ekonomi selama bertahun-tahun maka tantangan ini
dapat meniadi batu ganjalan yang serius. Jikalau semua perangkat tangible tersedia maka kebutuhan akan dana tidaklah
begitu besar dibandingkan dengan kemanfaatan yang akan
diperolehnya. Persoalan teknologi komputer akan dapat diatasi
dengan pelatihan yang memadai di daerah sehingga ada ahli
atau operator yang tersedia. Hal yang sama juga dapat dipenuhi dari sumber daya manusia yang ada. Kini pendidikan
software dan hardware komputer telah tersebar di banyak
daerah terutama di kota-kota besar di Indonesia, sehingga
penyediaan sumber daya manusia telah dapat dipenuhi.
Thntangan berat sebenarnya terletak pada aspek uery
intagible, yang menyangkut keberanian peiabat pemerintah
daerah untuk masuk ke era digital dan menyelesaikan resistensi terhadap program digitalisasi. Selain itu, tantangan pada
aspek ini juga menyangkut upaya untuk mencegah pelangg$an dan kejahatan yang biqa saja muncul memanfaatkan
teknologi yangada. Tantangan yang lebih berat lagi justeru
terletak pada pencip taan knowledge society yang merupakan
ujung tombak knoutledge managetnenr. Melalui pengelolaan
knowledge yang efektiflah dapat terbangun kreativitas dan
inovasi di daerah sebagai senjata utama menangguk faedah
dari globalisasi. Tanpa manajemen pengetahuan ini, digitalisasi
pemerintahan daerah hanya sekedar merubah alat belaka menjadi lebih modern daripada sebelumnya. Perumpamaanyaadalah bagaikan mengganti mesin ketik dengan komputer yang
berfungsi hanya sebagai alat tulis menulis belaka. Komputer
tadi tidak dipergunakan sebagai alat multifungsi yang sangat
bermanfaat bagi beragam aktivitas, seperti data base, analisis,
perencanaan, evaluasi, akses informasi dan lain sebagainya.
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Kunci
Suhses
Inouasi Pemerintahan Daerah
Peluang Digitalisasi Pemerintahan Daerah
Di Indonesia, penggunaan teknologi digital dalam manajemen informasi'bukanlah hal baru. Banyak instansi publik
Pemerintah Pusat juga telah mulai menggunakannya meski
belum optimal. Bahkan sektor swasta di berbagai kota telah
lebih dahulu mengenal dan menerapkannya. Fenomena seperti
ini ternyata tidak saja terjadi di Indonesia. Di negara maju
seperti Inggris dan Amerika, digitalisasi pemerintahan juga
dimulai dari desakan masyarakat yang melihat manfaat dari
pelayanan yang diberikan oleh sektor swasta.
Millar (2000) dalam'APEC workshop on public sector management reform" mengungkapkan bahwa eGouernment merupakan aplikasi prinsip-prin sip eBusiness,terhadap
proses pemerintahan. Sementara itu, eBusinqss sendiri diterangkan sebagai transformasi bisnis yang berkenaan dengan
model baru dalam berkomunikasi dengan stakeholder (pelanggan, penyedia, rekanan, dan karyawan). Perkembangan
ini dapat dipahami karena dinamika sektor bisnis berlangsung
lebih cepat ketimbang publik sehingga dalam pemanfaatan
teknologi digital ini sektor publik banyak dipengaruhi oleh
sektor bisnis. Pendapat ini diperkuat pula oleh Holmes (2001)
bahwa setelah masyarakat rnenyadari kekuatan jaringan internet dan merasakan manfaatnyadalam layanan yang diberikan
oleh sektor swasta maka merekajugamenuntut hal yang sama
dari sektor publik.
Dengan melihat perkembangan ini, maka sebenatnya
digitalisasi pemerintahan daerah bukan sesuatu hal yang tidak
mungkin. Selain karena desakan globalisasi, digigou,ini juga
memberikan banyak manfaat baik bagi pemerintah sendiri,
masyarakat, maupun sektor bisnis dalam hal beragam aktivitas
pelayanan pemerintah maupun ialannya pemerintahan itu
sendiri.
BAB 8 - TOKATISASI ATAU GTOBAIISASI:
Tantang4n dan Hambatan Digitalisasi Pemerintohan Daerab
' Thpscott (19961mengungkapkan bahwa digigou meru-
pakan intemetworked gouernment y angmengganti industrial
ini membawa dampak perubahan
darikendali pemerintah ke pelayanan klien dan pemberdayaarr
masyarakat, dari fungsi. administrasi yang terisolasi menfadi
pelayanan sumber daya yang terintegrasi, dan dari penanganan
age gouernrnent.Pergantian
arsip dan kertas kerja ke pelayanan elektronik. Selain itu,
proses ini membawa perubahan dari proses yang memakan
waktu ke responsi yang singkat dan cepat, dari kontrol dan
persetuiuan eksplisit meniadi kontrol dan persetujuan implisit,
dari transaksi keuangan manual ke trahsfer dana secara elek'tronik. Digigou ini juga mengakibatkan perubahan dari mekanisme pelaporan yang kaku menjadi pencarian informasi
'
yang,fleksibel, dari teknologi informasi yang terpisah-pisah
meniadi solusi iaringan yang terintegrasi, dan pada akhirnya
dari pemilihan setiap beberapa tahun ke demokrasi partisipasi
yang bisa dilakukan setiap saat.
Karena adanyaperubahan cara pemerintahan tersebut,
maka dengan berkaca pada pengalaman Amerika Serikat, manfaat yang dapat dipetik dari digitalisasi pemerintahan adalah
pemerintah menjadi lebih transparan, lebih responsif, dan
lebih partisipatif (Carroll, 2000). Selain itu, digitalisasi ini
juga diperlukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal menekan biaya sekaligus meningkatkan efisienpi, memenuhi kebutuhan warga sekaligus meningkatkan
hubungan dengan warga, serta memfasilitasi pembangunan
ekonomi (Holmes, 2001\.
Tirlisan Evans & Wurster (2000) memberikan penielasan yang menarik mengenai mengapa beragam manfaat di
atas dapat dicapai melalui digitalisasi pemerintahan. Mereka
mengungkapkan bahwa dalam cara tradisional: there is a uni'
KNOWTEDGEMANACEMENT
Kotnci Sukses Inouasi Pemerintahan Daerab
uersal trade-off between ri,chness and reach. Sementara dalam
digigov yang menyebabkan unbundle information from its
physical carrier maka richnesslreach trade-off can blow up.
Nchness dalam hal ini berarti kualitas informasi seperti
yang ditentukan oleh penggunayakni akurasi, keluasan, kelancatan, interaktivitas, relevansi, keamanan, dan lain sebagai
nya. Maknayang tepat dari richness beragam dari konteks
yang satu ke konteks lainnya, namun pada umumnya dapat
dipahami aftinyadengan ielas dalam konteks tertentu. Sementara itu, makna reach (iangkauan) berarti jumlah orang yang
berpartisipasi dalam berbagi informasi.
XMffi
tx,&e
kk}ffii,
&itF*rwrffi**uffifih*l
kn*h*
M
{S}av*kw[gl*tn*wi]
Gambar 21 , Trade Off antara Kualitas dan Daya Jangkau Informasi
Sumber: Evans & Wurster. 2000
BAB 8 - TOKALISASI ATAU GTOBALISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Petneintaban Daerah
Dalam cara pemerintahan yang tradisional dimungkinkan adanya tradc-off antaraichness dengan reach.Jika pemerintah menginginkan iangkauan informasinya luas maka kua-
litas informasinya akan meniadi rendah. Jika pemerintah
menghendaki kualitas informasinya tinggi maka pastil ah iarrykauan informasinya sempit. Begitu seterusnya akan teriadi.
Dengan cara ini, mustahil bagi pemerintah untuk memperoleh
keduanya sekaligus, kualitas yang tinggi dan jangkauan yang
luas. Bahkan dimungkinkan teriadi kualitas informasinya rendah sekaligus jangkauan informasinya sempit. Selain itu, akan
lebih susah lagi iika yang terjadi justeru informasi asimetris
yang dapat menyebabkan salah dalam mengambil kebijakan
atau teriadi pertentangan antar pihak, baik antar pemerintah,
antar masyatakat, atau antara pemerintah dengan masyarakat.
Untuk mengatasi kendala ini adalah dengan mengubah
cara pemerintahannya melalui digitalisasi. Akibatnya adalah
pemerintah dapat mendukung terjadinya peningkatan eksplosivitas iangkauan informasi sekaligus dapat mendiseminasi
standar kualitas informasi sesuai dengan yang dikehendaki.
Dengan demikian tidak terjadi trade-off antara richness dengan
reach. Pemerintah dapat meningkatkan kualitas informasi
sekaligus dengan meningkatkan jangkauan informasi. Kualitas
informasi dapat meningkat dengan jumlah orang yang terlibat
dalam pemanfaatan informasi semakin banyak.
Dengan kemampuan mengelola informasi yang jauh
lebih baik, pemerintah mempunyai pilihan yang banyak dalam
memberikan berbagai ragam layanan dan cara pemerintahan,
serta hubungannya dengan pemerintah lainnya, masyarakat
dan sektor swasta. Digigou ini tidak hanya dapat dimanfaatkan
dalam pelayanan publik saja, tetapi juga bisa mencakup cara
kepemerintahan yang lebih baik (baca Hague & Loader,
t999).Ia dapat juga dimanfaatkan untuk mendukung kebebasan politik melalui on-line polling, on-line uoting, bahkan
on-line complain.
Menempa Proses Digitalisasi
Gerakan Ne u Public Managen ent yang mulai dilakukan
masa pemerintahan Margareth Thatcher se-
di Inggris pada
mula dimaksudkan semata untuk mengurangi biaya penyelenggaraan pemerintahan. Gerakan ini menjadi semakin terkenal ketika Osborne dan Gaebler (1992) mengungkapkan
hal yang senada dalam gagasannya yang sangat terkenal "reinuenting gouernment". Namun mereka sebenarnya tidak
hanya bermaksud sekedar mengurangi biaya tetapi juga sekaligus menghasilkan pendapatan bagi sektor publik dengan tanpa mengurangi atau bahkan meningkatkan kualitas layanan
publik.
Masyarakat tentu menyambut dengan baik perbaikan
kualitas layanan publik. Bagi masyarakat tidak jadi persoalan
apakah mereka menghadapi more gouerwnent, more regulation atau less gouemment, less regulation karena yang terpenting dan yahg paling diharapkan adalah better gouemrnent.
Dalam memenuhi harapan tersebut, tidaklah meniadi masalah apabila pemerintah melakukan transformasi pelayanan
publik melalui competitiue tender, outsourcing, atatr priuatization. Hal ini dimaklumi oleh masyarakat karena persoalan
internal birokrasi yang menyebabkannya tetap tidak luwes
dalam memberikan layanan publik kepada warga, pelaku
bisnis, klien pemerintah, bahkan kepada sesama pemerintah
sekalipun.
BAB 8 - TOKALISASI ATAU GTOBAIISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Pemeintahan Daerah
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa transformasi manajemen pelayanan publik tersebut bukannya tanpa
masalah. Melalui agency theory dantransaction analysis, Arie
Halachmi (2000) menunjukkan bahwa transformasi tersebut
tidak dengan serta merta mengurangi biaya pelayanan publik.
Dalam prakteknya, berbagai cara dalam transformasi ini
terny^t^membutuhkan banyak biaya pula bagi proses tender
dan supervisinya, serta persoalan dalam proses akuntabilitas
dan kemungkinan adarrya konflik kepentingan.
, Persoalan tersebut muncul karena gagasan Osborne dan
Qaebler sama sekali tidak menyebut alat bantu teknologi
seperti komputer. Pada saat gagasan itu dikemukakan, jaman
cyberspace belum memasyarakat dengan baik (Holmes, 2001).
Kini dengan bantuan internet semuanya telah berubah. Pemerintah lebih dapat memberdayakan dirinya karena bisa berkomunikasi dengan cara baru yang lebih baik. Komunikasi
ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas komunikasi sekaligus kepada tiga segmen yang berbeda
yakni intra dan inter pemerintah, warga masyarakat, dan
sektor bisnis.
Bagi pemerintah daerah, digitalisasi dapat memberi fae-
dah untuk menyambung komunikasi yang lebih berkualitas
antar pihak di atas sekaligus menarik manf4at dari fenomena
globglisasi bagi keuntungan daerah. Untuk mencapainya ielas
tidak mudah karena berhadapan dengan beragam tantangan.
Kanter (1995) mengungkapkan bahwaadatiga strategi yang
harus dilakukan oleh daerah, yang terkenal dengan konsep
3C's (concepts, cott petence, dan connection). Konsep berarti
pengetahuan dan gagasan terbaik dan mutakhir. Kompetensi
berarti kemampuan beroperasi dengan standar tertinggi diantaratempat-tempat lainnya. Koneksi berarti hubungan ter-
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemedntahan Daerah
Kunci
baik yang menghasilkan akses terhadap sumber daya orang
dan organisasi lain di seluruh dunia.
Selanjutnya Kanter (1995)mengungkapkan bahwa konsep berhubungan dengan para pemikfu (thinkers), dan kompetensi berkaitan erat dengan para pembuat (makers), serta
koneksi bertalian dengan pedagang (traders). Setiap daerah
bisa memilih akan memiliki kompetensi inti pada tipe strategi
yang mana. Apapun pilihan strateginya tetapi kualitasnya
tetap yang terbaik dalam ukuran global meski pelaksanaan
strateginya pada tingkatan lokal. Disinilah makna think globally and act locally. Meski strategi dan pelaksanaan pada
tingkat lokal tetapi dapatbersaing pada tingkat dunia. Ia telah
memberi buktinya pada daerah-daerah di AS seperti, Boston, Spartanburg, South Carolina, dan Miami.
Untuk mencapai hal itu felas tidak mudah, karena bila
hendak memanfaatkan peluang globalisasi harus pula punya
akses global. Bagi pemerintah daerah, hal tersebut hanya akan
dimungkinkan bila melakukan digitalisasi pemerintahan.
Selain dengan memantapkan strategi di atas maka modal utama bagi proses digitalisasi ini sebenarnya adalah manusia.
Thpscott, Ticoll, & Lowy (2000) menegaskan dalam bukunya
digital capital bahwa salah satu modal utama dalam proses
digitalisasi adalah human cdpital. Kanter (1,995) juga jelas
menuniukkan betapa pentingnya modal manusia ini ketika
menyebutkan bahwa strategi 3C's-nya sangat bergantung pada manusia (thinkers, mAkers, dan traders).
Pemahaman atas human capital dipengaruhi oleh teori
knowl edge lnanagetnent y angmemaknainya sebagai kumpulan kapabilitas individu yang berada dalam suaru organisasi
Thpscott, Ticoll, & Lowy (2000). Kapabilitas ini meliputi keahlian, pengetahuan, kecerdasan, kreativitas, dan keteram-
,
BAB 8 - TOKATISASI ATAU GTOBATISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Pemerintahan Daerah
pilan. Merupakan kapabilitas individu untuk menciptakan
nilai dalam organisasi. Dalam konteks pemerintahan daerah,
yang masuk dalam kategori individu tidak terbatas hanya pada
anggota atau karyawan instansti pemerintah daerah tetapi
juga mencakup seluruh warga kota atau kabupaten tersebut.
Kapabilitas daerah tersebut melekat dalam kapabilitas setiap
warga secara individual. Kapabilitas inilah yang seharusnya
diberdayakan oleh daerah unilk mencapai kapabilitas inti
(core capabilities) suatu daerah.
Untuk memberdayakan kapabilitas ini tentu bukan suatu hal yang bisa dilakukan secara serta merta. Perlu suatu
proses tertentu karena pemanfaatan dan penempaan kapabi
litas individu menjadi kapabilitas inti daerah memerlukan
pembelajaran tertentu ddam skala organisasi daerah. Konsep
learning organization dapat dimanfaatkan dalam hal ini.
Rosenberg (2001) telah membantu untuk menggunakan
konsep leamingorganization-nya Peter M. Senge dalam proses
digitalisasi. Pembelaiaran merupakan proses sehingga orang
memperoleh keahlian atau pengetahuan baru guna meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja ini mengandung nilainilai tertentu, yakni produk dan layanan yang lebih baik, biaya
yang lebih rendah, tampilan yang lebih mampu bersaing di
pasaran, inovasi yang lebih besar, produktivitas yang meningkat, atau pangsa pasar yang lebih luas, dan lain sebagainya.
Peran pemerintah daerah ielas penting dalam hal ini,
karena melalui digitalisasi ia mampu memberikan layanan publik sekaligus membangun dalam memenuhi kebutuhan
warganya. Pemerintah daerah berfungsi tidak untuk kepentingannya sendiri, ia merupakan sarana dan alat bagi warga
untuk memenuhi kebutuhan warga. Melalui digitalisasi pemerintahan daerah ia akan mampu memenuhi kebutuhan warga
termasuk pula sektor bisnis, perekonomian, dan lain sebagaiKNOWTEDGE MANACEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
nya. Pembelajaran yang dilakukan tidak semata-matahanya
dalam pengertian sempit anggota atau karyawan instansi pemerintah daerah tetapi dalam pengertian yang lebih luas lagi
mencakup keseluruhan warga. Istilah yang lebih tepat untuk
pembelajaran dalam cakupan tersebut tampaknya leaming
local gouemment.
Dalam proses pembelajaran ini perlu diketahui kebutuhan apayangdiperlukan oleh pembelaiar (learner) agar ef.ektif. Rosenberg (2001) menjelaskan bahwa yang dibutuhkan
adatiga, yakni akses, pendekatan komprehensif, dan keseimbangan. Akses terhadap informasi yang berkaitan dengan
pekerjaan sangat diperlukan bagi keberhasilan pembelajaran.
Tanpa akses berarti tanpa ada pembelajaran, karena terbatasnya informasi yang diperlukan dalam memupuk pengetahuan. Ada empat dimensi akses, yakni dimensi teknis yang
berkaitan dengan infrastruktur untuk berkoneksi dengan sumber informasi. Komputerisasi dan digitalisasi jelas merupakan
bagian dari dimensi ini. Dimensi kedua adalah pemberdayaan
yang berkaitan erat dengan otoritas atau ijin untuk memperoleh dan menggunakan informasi. Dimensi ketiga adalah
fleksibiltas, terutama berhubungan dengan jadwal si pembelajar bukan jadwal si trainer. Dimensi terakhir adalah waktu
yang harus disediakan untuk memperoleh, membahas, menyerap, dan mempelajari informasi. Keempat dimensi ini jelas
merupakan prasyarat mutlak yang harus disediakan agar
proses pembelajaran berlangsung efektif.
Kebutuhan kedua bagi pembelajar adalah pendekatan
komprehensif. Setelah akses diberikan, si pembelajar mengharapkan pendekatan yang komprehensif terhadap informasi.
Informasi tersebut harusnya bersifat terandal, akurat, lengkap,
terorganisir, dan diberi label sehingga mudah dicari dan
dipergunakan. Kondisi yang baik ini sebaiknya berlangsung
BAB 8 - TOKATISASI ATAU GTOBALISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Perneintahan Daerab
ir,4
:i1i:rri
.'iTt--ti-
r
-ii
I
I
setiap saat, bukan hanya pada minggu-minggu awal saja atau
pada waktu tertentu saja. Pengetahuan yang tidak akurat,
usang, salah arah, sulit diverifikasi, atau diorganisir dan diberi
label berbeda-beda sesuai dengan penggunaan atau pengguna
yang berbeda sangatlah tidak berharga. Hal ini merupakan
tantangan tersendiri dalam pembelajaran.
Kebutuhan ketiga adalah keseimbangan antara pelatihan
dengan informasi. Ada banyak jenis informasi yang tidak harus
disampaikan dalam suatu kursus tertentu. Ada banyak bidang
keahlian dan pengetahuan pula yang bisa disampaikan dalam
suatu pelatihan tertentu. Dibutuhkan keseimbangan antara
bidang keahlian apayangakan diberikan pada suatu pelatihan
dengan informasi relevan apayang harus disediakan bagi si
pembelaiar. Jika semua informasi diberikan kepadanya sekaligus hanya akan membuatnya bingung, butuh waktu banyak,
dan akan banyak informasi yang tidak terpakai. Pelatihan akan
menjadi tidak efektif pada akhirnya.
Selaniutnya Rosenberg (2001) juga menyampaikan tiga
persyaratan yang harus dipenuhi oleh organisasi, yakni informasi yang tepat, budaya yang terbuka, dan teknologi yang
efektif. Organisasi membutuhkan budaya akses yang terbuka
terhadap informasi dan pengetahuan sehingga mendukung adanya knowledge shaing. Hal ini penting karena pengetahuan
tidak hanya bersifat explicit tetapi juga tacit (Nonaka &
Thkeuchi, 1,995) sehingga berbagi diperlukan agar proses pembelajaran pengetahuan bisa efektif. Karena pembelajaran teriadi dalam kompleksitas yang melampaui batas-batas geografis,
organisasi, budaya, bahkan waktu maka diperlukan teknologi
yang efektif sekaligus efisien. Untuk itu, memang diperlukan
teknologi informasi dan komunikasi digital yang harus disediakan bagi keberhasilan proses ini.
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Suhses lnouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
Bagi pemerintah daerah, untuk melaksanakan ini semua
bukanlah hal yang mudah, tetapi tampaknya harus dilaksanakan bila menginginkan pelayanan publik dan pembangunan
yang berhasil di daerahnya. Kerja keras memang tidak hanya
untuk pemerintah daeruh saja tetapi di tengah situasi masyarakat Indonesia yang sedang membangun maka inisiatif seyogyanya dimulai dari pemerintah daerah. Pelibatan seriap
anggota masyarakat dan sektor swasta mutlak dilakukan. Pendek kata, tampaknya saran Adler (1,994) perlu disimak bahwa
dalam menempa proses digitalisasi pemerintahan daerah
jangan lupakan g/o bal uision, world-ouide learning, dan cross-
cultural effectiueness.
Ringkasan
Kebijakan desentralisasi yan! diberlakukan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat dan
layanan publik pemerintah bukanlah suatu penghalang bagi
kemandirian daerah dan kemampuan Indonesia untuk membangun dalam menghadapi era globalisasi yang sudah tak terhindarkan lagi. Masih banyak peluang unruk memanfaatkan
globalisasi dalam tataran lokal. Tidak semua aspek kehidupan
melintasi batas-batas negara bangsa dalam globalisasi. Hanya
sektor ekonomi yang melampaui batas negara bangsa, sementara politik tetap ada dalam baras negara bangsa, bahkan budaya iusteru mengkerut dalam batas-batas etnis dalam suatu
negara.
Bagi daerah, kemanfaatan globalisasi ini tidak datang
secara serta merta. Dibutuhkan perubahan dalam cara pemerintahan dijalankan. Perubahan itu berupa digitalisasi pemerintahan daerah. Digigou ini berarti memanfaatkan teknologi
BAB 8 - TOKATISASI ATAU GLOBATISASI:
Tantangan dan Hambatan Digitalisasi Pemeintahan Daerab
informasi dan komunikasi dalam pelayanan publik dan pembangunan. Digigou ini juga akan menghadapi banyak tantangan, baik karena persoalan sosial maupun sumber daya manusia, teknologi, dan lain sebagainya.
Selain tantangan, digigou juga memberikan banyak kemudahan dan faedah bagi daerah baik dalam layanan publik
internalnya maupun dalam mencari celah manfaat dari globalisasi. Faedahnya temtama dalam hal menekan biaya sekaligus
meningkatkan efisiensi, memenuhi kebutuhan warga sekaligus
meningkatkan hubungan dengan warga, serta memfasilitasi
pembangunan ekonomi. Faedah ini diperoleh dari lebih efektifnya komunikasi pemerintah dengan warga, sektor bisnis,
dan dengan agen pemerintah lainnya.
Implementasi digitalisasi pemerintahan daerah ini juga
membutuhkan proses tertentu sehingga dapat berlangsung
efektif. Proses ini merupakanknouledge rnanagen enl dengan
tempaan utamanya pada proses pembelajaran yang mencakup
tidak hanya aparut pemerintah daerah saja tetapi juga warga
dan sektor swasta yang ada di daerah tersebut. Hal ini perlu
dipertegas karena yang tercakup dalam pengetahuan ini adalah keseluruhan pengetahuan yang beredar dan dikembangkan
secara terus menerus di daerah tersebut. Kemampuan mengelola pengetahuan ini akan bermuara pada kapabilitas inti daerah sehingga memiliki kemampuan bersaing yang lebih unggul
ketimbang daerah lainnya. Hanya dengan cara ini daerah mampu menangguk manfaat dari kerasnya persaingan global
(Muluk,2006).
KNOWTEDGEMANAGCMENT
Kunci
Sukses
Inouasi Pemerintahan Daerah
Budaya Kuat
Pen,
rr,',:ll'i.':'l
.Iilotr$i
udaya organisasi bagaikan pedang bermata dua
bagi organisasi. Ia mampu menjadi faktor kunci
keberhasilan organisasi, tetapi dapat pula menjadi faktor utama kegagalan organisasi. Oleh karenanyatepat
sekali bila Kotter dan Hasket membedakan budaya organisasi
menjadi budaya kuat dan budaya lemah.
Organisasi yang memiliki budaya yang tertanam kuat/
dalam, dapat dipastikan beranggotakan para individu yang
bermotivasi dan berkomitmen tinggi. Anggota-anggota yang
semacam ini akan rela mengorbankan diri mereka demi tercapainya tujuan organisasi. Tentunya keadaan inilah yang diharapkan oleh para pemimpin organisasi sehingga pimpinan
tidak perlu bersusah payah mengarahkan perilaku para anggota dan tidak diperlukan suatu instrumen finansial untuk
memacu langkah mereka. Dengan demikian budaya organisasi
yang kuat merupakan alat kendali perilaku manusia yang efektif sekaligus efisien.
Sementara itu, budaya organisasi yang lemah tidak
mampu membuat karyawan mengidentifikasi diri mereka
dengan tujuan organisasi dan bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan tersebut. Budaya lemah membuat karyawan
memiliki loyalitas keorganisasian yang rendah dan membuat
mereka semata-mata hanya mengejar uang. Sementara itu
Schein mengungkapkan bahwa budaya lemah adalah budaya
yang tidak mampu menjalankan dua fungsi utamanya, yaitu
mampu mendukung organisasi dalam beradaptasi dengan
faktor-faktor eksternal. Persoalan internal dan eksternal ini
merupakan persoalan yang paling terkait satu sama lain dan
biasanya muncul secara bersamaan, oleh karena itu untuk
menghadapinya dan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi maka dalam hal ini budaya organsiasi merupakan faktor
yang signifikan.
Persoalan mendasar bagi organisasi adalah menciptakan
budaya kuat atau dengan kata lain bagaimana mengubah budaya lemah menjadi budaya kuat dalam organisasi Schein
mengungkapkan bahwa terdapat mekanisme utama dalam
membuat budaya organisasi yang kuat, yaitu atensi, reaksi
terhadap krisis, permainan peran dan alokasi imbalan, serta
kriteria seleksi dan pemberhentian. Selanjutnya diungkapkan
bahwa mekanisme tersebut harus dikombinasikan oleh atasan
dan bawaha. Persoalan komunikasi budaya ini kemudian ber-
kembang meniadi bagaimana c^ranya mengkombinasikan
perubahan tersebut kepada berbagai kalangan dalam organisasi dan media apay^ng paling tepat dipergunakan?
Komunikasi memiliki arti penting dalam segala macam
organisasi. Thnpa komunikasi suatu organisasi tak dapat menjalankan fungsinya. Sedemikian pentinghya komunikasi bagai
suatu organisasi sehingga ia merupakan sumber kehidupan
organisasi, yaitu pengendalian, motivasi, pengungkapan
emosional dan informasi,
Berbagai fungsi komunikasi dalam organisasi tersebut
dapat berlangsung secara efektif melalui fokus komunikasi
eksternal dan terutama komunikasi internal, serta jaringan
\
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petnerintahan Daerah
Kunci
komunikasi formal maupun informal. Fokus dan jaringan
komunikasi ini harus diperhatikan dalam kerangka pembentukan budaya organisasi karena mereka mempengamhi media yang akan dipergunakan dan efekivitas penyampaian pesan.
Komuniasi eksternal merupakan pesan dari atau ke
pihak-pihak di luar organisasi. Hal ini dilakukan baik untuk
tujuan peningkatan penjualan produk dan jasa (sales promotion), untuk meningkatkan reputasi perusahaan @ublic image\ dan untuk memotivasi kinerja organisas. Lebih jauh, komunikasi kepada publik merupakan yang sangat penting
terutama karena berkaitan dengan pertanggungjawaban sosial
karena adany a funtutan dari berbagai kelompok kepentingan
(seperti halnya serikat buruh, aktivitis lingkungan, badanbadan pemerintah dan pers.) Organisasi yang memiliki reputasi baik memiliki perhatian serius terhadapa peningkatan opini masyarakat. Hal yang penring dilakukan dalam keringka
ini adalah sambutan pimpinan yang tersusun dengan baik,
kemudian balasan taktis terhadap komenrar dan kritik dari
konsumen, pamflet informatif gratis, laporan tahunan dan
wawancara dengan media massa. Semua pesan organisasi hendaknya disampaikan dengan menekankan pada kejuiuran,
keterbukaan dan penuh perhatian terhadap publik.
Penggunaan Saluran Komunikasi Internall
Sementara
itu yang lebih penting bagi pembentukan
budaya organisasi adalah fokus pada komunikasi internal yang
membantu organisasi untuk meningkatkan kepuasan, keamanan produktivitas keria dan laba serta untuk mengurangi ting-
kat kemangkiran. Dengan kata lain fungsi komunikasi internal ini. Menurut arahnya,komunikasi internal ini dapat dibagi
dalam komunikasi vertikan, horisontal dan diagonal.
BAB 9
-
KOMUNIKASI BUDAYA ORGANISASI:
Mernbangun Budaya Kuat Pendukung Inouasi
Komunikasi dapat mengalir secara vertikal. Pola komunikasi vertikal telah menerima perhatianyaflg luas terutama
karena ia dilihat sebagai faktor vital ddam kegiatan organisasi.
Pembahasan tentang struktur organisasi, kekuasan dan kepemimpinan membuktikan betapa pentingnya elemen vertikal
ini sebagai organisasi manapun iuga. Secara umum komunikasi
vertikal dapat dibagi menjadi komunikasi ke bawah (doutnward), komunikasi ke atas (uqwarfl.
Komunikasi ke bawah mengalir dari satu tingkat dalam
suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih
bawah. Komunikator berada pada ienjang yang lebih tinggi
dari komunikan. Pola ini dipergunakan oleh pemimpin atau
manajer unnrk menetapkan tujuan, memberikan instruksi pekeria, menginformasikan kebijkan dan prosedur kepada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian
dan mengemukakan umpan balik tentang kineria. Komunikasi
ke bawah tidak harus merupakan kontak lisan atau tatap
muka, tetapi dapat bersifat ternrlis, seperti instruksi tertulis,
memo resmi, prosedur dan pedoman keria, dan pengumuman
perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi ke bawah
seringkali kurang tetap dan kurang teliti. Hal ini telihat dari
pernyataan yang sering terdengar di antara para anggota
organisasi bahwa'kami sama sekali tidak mengerti apa yang
sebenarnya terjadi". Keluhan semacam ini menunjukkan komunikasi ke bawah yang kurang tepat dan kebutuhan orang
akan informasi yang relevan dengan pekerjaan mereka.
Komunikasi ke atas mengalir dari suatu tingkatan kelompok atau organisasi menuju ke tingkatan yang lebih tinggi.
Komunikator berada pada jenjang organisasi yang lebih rendah dari komunikan. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan, menginformasikan
kepada mereka r.nengenai pencapaian tujuan dan meneruskan
ta
1L-J
L1
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Sukses lnouasi Pemeintahan Daerah
ktnci
kepada mereka mengenai pencapaian tujuan dan meneruskan
masalah-masalah yang timbul. Komunikasi ke atas menyebabkan para pimpinan menyadari perasaan para karyawan
terhadap pekerjaannya, rekan sekerianya, dan organisasi
secara umum. Pimpinan juga mengandalkan komunikasi ke
atas untuk memperoleh gagasan-gagasan mengenai bagaimana
persoalan dapat diatasi. Organisasi yang efektif membutuhkan
komunikasi ke atas yang seimbang dengan komunikasi ke
bawah. Berbagai cara mengenai komunikasi ke atas adalah
laporan kinerja dan manajer bawahan untuk ditiniau ulang
oleh tingkatan manajemen yang lebih tinggi, survei sikap karyawan, kotak saran, prosedur keluhan, diskusi atasan dan
bawahan, dan pertemuan keluhan informal dimana para
karyawan mempunyai kesempatan unruk mengidentifikasi
dan membahas masalah dengan atasan mereka atau wakil dari
manajemen yang lebih tinggi Bilamana saluran formal komunikasi ke atas tidak tersedia maka karyawan akan mencari
cara apapun untuk menyesuaikan diri, biasanya dengan mempergunakan saluran informal seperti munculnya ,.siaran
gelap", dan lain-lain.
Selain kedua jenis komunikasi vertikal di atas, terdapat
pula aliran komunikasi vertikal lainnya, yang disebut oleh Eyre
sebagai komunikasi vertikal semu (quasiuertical communication). Saluran ini terjadi bila terjadi komunikasi erat antara
karyawan yang berada dalam organisasi dengan pihak yang
berada di luar organisasi (dengan jenjang hierarki yang lebih
tinggi) namun tetap dalam konteks keorganisasian. Pihak dari
luar ini biasanya adalah serikat buruh dan organisasi profesi.
Kedua, lembaga ini merupakan atasan karyawan namun berada di luar organsiasi tempat ia bekerja dan mempengaruhi
organisasiny a dan pekerjaanny a dalam organisasi. Serikat
buruh berfungsi untuk memperjuangkan dan menegosiasikan
- KOMUNIKASI BUDAYA ORGANISASI:
Membangun Budaya Kuat Pendukung lnouasi
BAB 9
kepentingan dan' kesejahteraan karyawan. Sementara
organisasi profesi menentukan standar etika profesi. Dalam
kaitan kedua hal tersebut karyawan akan melampaui arus
atau saluran vertikal internal organisasi dan langsung berkomunikasi dengan serikat buruh dalam perjuangan hak-haknya
dan akan langsung profesional atau fungsional. Hal inilah yang
dimaksud dengan komunikasi vertikal semu.
'
Selain komunikasi vertikal, dikenal pula komunikasi
horisontal atau lateral, yaitu komunikasi yang terjadi jika
antara komunikator dan komunikasi berada pada tingkatan
keorganisasian yang sederaiat: Komunikasi horisontd ini iuga
sama pentingnya dengan komunikasi vertikal bagi organisasi.
Komunikasi ini terjadi diantara anggota kelompok kerja yang
sama, diantara anggota kelompok-kelompok kerja pada level
yang sama, atau diantaraparakaryawan yang secara horisontal
ekuivalen. Saluran ini berfungsi untuk melakukan dan memudahkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi berbagai kegiatan oleh bagian atau departemen yang berberbeda
Dalam beberapa hal, hubungan lateral ini didukung
secara formal iika komunikasi terjadi dalam sepengetahuan
dan atas dukung atasan. Dilihat dari sisi manajemen, komunikasi lateral berfungsi positif karena kepatuhan yang ketat
terhadap struktur vertikal yang formal untuk semua jenis komunikasi dapat menghambat transfer informasi yang efisien
dan cermat. Namun dalam beberapa hal komunikasi horisontai ini dapat menciptakan konflik yang bersifat disfungsional bila saluran diterobos dan bawahan melampaui atasan
untuk menyelesaikan persoalan, atau bila para atasan menemukan bahwa tindakan-tindakan atau keputusan yang diambil
tanpa sepengetahu4n mereka.
Kombinasi antara saluran vertikal dan horisontal melahirkan saluran komunikasi diagonal, yaitu bila komunikator
ffi
:
t'"'t'l
'
KNOWTEDGEMANACEMENT
Kunci
Sukses
Inouasi Pemerintah an Daerah
dan komunikan tidak berada pada satu jalur komando tetapi
memiliki jenjang hierarki yang berbeda, arau dengan kata lain
mereka yang berkomunikasi berada pada jenjang yang berbeda dan tidak memiliki kekuasaan secara langsung antara
satu dengan lainnya. Mungkin paling sedikit dipergunakan,
tetapi saluran diagonal ini menjadi penting dalam siruasi dimana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif
melalui jalur lain.
Penggunaan berbagai saluran komunikasi di atasa merupakan hal yang penting bagi upaya pembentukan budaya
organisasi, bahkan penggunaan saluran komunikasi tersebut
juga menentukan corak budaya dari organisasi tersebur. Tidak
ada saluran lainnya, karena mereka bersifat saling melengkapi.
Pilihan atas bentuk komunikasi dari berbagai saluran itulah
yang terpenting dengan didasarkan pada pertimbangan atas
berbagai kondisi pada masing-masing organisasi. Namun demikian komunikasi yang efektif diukur dari kesesuaian anrara
oleh komunikator dengan apa yang dipa^payangdipikirkan
hami oleh komunikan. Jika komunikasi itu dimaksudkan
untuk membentuk budaya organisasi yang kuat, maka saluran
komunikasi yang dipilih haruslah yang mampu menjamin
asumsi dasar budayayang dikehendaki oleh pimpinan dapat
diungkapkan, dikembangkan, dan diaiarkan kepada seluruh
karyawannya dengan pemahaman yang diterima oleh karyawan sama dengan apa yang dimaksud/dipikirkan oleh pimpinan. Untuk memenuhi sasaran efektivitas komunikasi ini
dengan mengandalkan saluran komunikasi agaknya kurang
memadai. Pembahasan seyogyanya dipe?tajam ke arah penggunaan komunikasi modal dan informal untuk menunjang
penggunaan saluran komunikasi internal di atas.
- KOMUNIKASI BUDAYA ORGANISASI:
Membangun Budaya Kuat Pendukung Inovasi
BAB 9
faringan Komunikasi Formal dan lnformal
Metode komunikasi formal dan informal lebih merupakan iaringan komunikasi, dimana jaringan formal merupakan komunikasi yang bertalian dengan tugas dan mengikuti
rantai wewenang, lazimnya menggunakan saluran vertikal
namun juga dapat mempergunakan saluran horisontal maupun
diagonal. Penetapan tujqan, instruksi pekeriaan, informasi kebijakan prosedur keluhan, umpan balik tentang kineria merupakan contoh komunikasi formal. Contoh lainnya adalah pertemuan atau rapat staff, papan pengumuman, iurnal atau majalah organisasi, dan buku pedoman keorganisasian. Penggunaan berbagai bentuk komunikasi formal dalam membentuk
budaya organisasi jelas merupakan suatu keharusan organisasi
dan dikehendaki oleh pimpinan organisasi secara transParan.
Pernyataan formal dari pimpinan juga termasuk dalam mekanisme komunikasi formal, namun dalam pembentukkan asumsi dasar budaya organisasi ia memiliki porsi yang t idak begitu
besar. Jika menginginkan budaya tersebut betul-betul mengakar kuat dan dapat diterima secara utuh oleh perusahaan maka
dapat digunakan secara simultan iaringan komunikasi formal
dan informal.
Jaringan komunikasi informal merupakan jaringan yang
tersembunyi dan biasa disebut sebagai selentingan komunikasi. Terdapat tiga karakteristik utama komunikasi informal
: yaitu tidak dikendalikan oleh manaiemen, dipersepsikan oleh
kebanyakan karyawan sebagai paling dapat dipercaya dan
andal daripada komunike formal yang dimunculkan oleh kepemimpinan puncak dan digunakan untuk melayani kepentingan
sendiri oleh orrang-orang yang berada di dalam organisasi.
Dengan melihat karakteristik komunikasi informal di
atas maka dapat disadari betapa penting dan ampuhnya iaringan ini jika dipergunakan untuk mengubah budaya. Ia akan
KNOWTEDGE MANACEMENT
Sukses Inouasi Pemerintahan Daerah
Kunci
lebih efektif daripada jaringan formal. Oleh karena itu pimpinan yang hendak melakukan perubahan budaya menuju
budaya organisasi yang kuat harus memahami dan dapat
mempergunakan jaringan komunikasi ini.
Deal dan Kennedy menyarankan penggunaan jaringan
informal ini sebagai media pembentuk budaya kuat organisasi.
Komunikasi informal ini memberkan kisah dibalik komunikasi
formal. Kegiatan komunikasi dalam organisasi seringkali
benar-benar terjadi sebelum atau sesudah pertemuan-pertemuan formal atau dibalik memo memo resmi yang telah disusun secara cermat. Pimpinan haruslah mampu melangkah
lebih jauh daripada sekedar pernyataan kebijakan dan analisis
statistik unfuk mengukuhkan budaya organisasi. Terdapat berbagai media komunikasi informal yang dapat dipergunakan
untuk mengembangkan budaya tersebut seperti yang dibahas
berikut ini.
Juru cerita (storytellers) yang melakukan penyampaian
pesan-pesan kultural dari organisasi mereka melalui penafsiran mereka tentang tokoh-tokoh perusahaan legendaris kepada para karyawan baru. Para juru cerita sangat berperan
dalam perusahaan karena cerita mereka seringkali ditafsirkan
melalui pemikiran mereka sendiri. Karyawan ingin dianggap
positif dalam kisah-kisah mereka. Juru cerita menguraikan
bagaimana karyawan seharusnya berperilaku agar sukses di
perusahaan. Mereka seringkali tidak terlalu hebat dalam aspek
teknis pekerjaan, detail, dan waktu yang bersifat teatikral.
Pendeta @riest) atau kyai dari jaringan budaya, yang
berfungsi sebagai pengikat bagi perusahaan dan pengawal
dilema, khususnya yang menyangkut etika. Mereka lebih
banyak berkisah dengan perumpamaan daripada detail, dan
mereka pakar dalam hal sejarah perusahaan. Mereka menjalankan fungsi terapi bagi karyawan yang sedang mengalami
- KOMUNIKASI BUDAYA ORGANISASI:
Membangun Budaya Kuat Pendukung Inouasi
BAB 9
kekecewaan atau frustasi. Mereka seringkali merupakan kar-
yawan yang tingkatnya rendah dalam organisasi, tetapi
pendapat mereka selalu diminta oleh peiabat-pejabat tingkat
atas.
Tukang kasak kusuk yang berkomunikasi di berbagai
ienjang organisasi. Tukang kasak kusuk seringkali bukan
orang yang berpengetahuan luas tetapi mempunyai posisi yang
cukup kuat dan selalu meniadi telinga atasan. Mereka sangat
loyal terhadap atasan dan sangat memahami atasan sehingga
seringkali mampu mengantisipasi pikiran mereka. Mereka
membina kontak di seluruh bagian organisasi dan tahu
kemana harus mencari informasi.
Juru gosip yang menyebarkan berita, membumbui
cerita, dan menciptakan hero (pahlawan), sehingga membantu
menyebarkan nilai-nilai budaya ke seluruh bagian organisasi
dengan memanfaatkan ruang makan, kamar kecil, dan sebagunya. Gosip iuga dapat mempercepat kefatuhan seorang pah-
lawan dengan membumbui kebenaran dibalik ceita.
Karyawan-karyawan di bidang kesekretariatan merupakan
sumber tak ternilai bagi iaringan budaya karena mereka
seringkali dapat mengamati tanpa bias mengenai apa yang
tengah teriadi dalam organisasi dan atasan mereka, serta
bernrgas menciptakan desas desus yang positif tentang atasan
mereka.
Spion yang merupakan sumber informasi yang sangat
penting bagi manajer yang berhasil. Meskipun mereka tidak
melakukan spionase dalam organisasi, mereka memberikan
informasi yang akurat tentang masalah-masalah yang sangat
penting bagi organisasi. Karyawan baru yang belum mampu
menyensor informasi yang seharusnya tidak boleh didengar
manajer senior seringkali memainkan peran ini.
KNOWTEDGEMANACEMENT
Sukses lnouasi Petneintahan Daerah
ktnci
Kabal (Cabal) yang merupakan kelompok-kelompok
kecil yang membentuk organisasi untuk memajukan diri
mereka sendiri dalam organisasi. Kabal merupakan pengungkit yang berguna untuk mengangkat status seseorang. Budaya
yang kuat dengan sengaja menciptakan kabal-kabal. Suatu
organisasi, misalnya, mengundang semua orang mulai dari
manajer umum ke atas untuk menghadiri npat tahunan.
Setiap orang yang ingin menajdi manajer umum mengikuti
contoh yang diperlihatkan mereka yang ikut dalam rapat
tersebut. Namun kabal dapat mengganggu organisasi jika
mereka mementingkan aliansi profesional, sedemikian sehingga, suatu profesi berkumpul bersama tanpa terlalu memikirkan kepentingan organisasi.
r
.
o
r
r
Satunnlntenst
KonrudlcFornul
Vertikal lGatas
melegitimasi pesar
budaya ng
dikeh€ild*i pimpinaa
Vfiikal
Bert$urnunt*
K€beuah
Vertikrl Semu
Haisqfal
Jtrhglnlnlixnd
r
r
r
r
I
Diagonal
r
Juru Cerila
KlailPedstr
TuksrgKasrkKrg*
Juru
6osip
Sfiion
K*baI
BIIDAYA ORCANISASI KUAT
Gambar 22. Model Komunikasi Budaya Organisasi
- KOMU NIKASI BUDAYA ORGANISASI:
Membcngun Budaya Kuat Pmdukang Inouasi
BAB 9
lklim Organisasi
Kekuatan atau kadar budaya dapat ditentukan berdasarkan homogenitas dan stabilitas keanggotaan (dengan kata
lain berdasarkan jumlah anggota organisasi yang menerimanya), dan lama dan ihtensitas pengalaman bersama dalam
kelompok (atau intensitas penghayatan). Kedua hal ini dapat
dipakai sebagai ukuran akan penerimaan anggota secara utuh
dan konsisten terhadap budaya organisasi. Keaiegan penerimaan budaya ini dapat dilakukan dengan menciptakan iklim
komunikasi yang mendukung.
Iklim komunikasi yang saling mendukung dapat ditentukan sebagai kualitas hubungan dan komunikasi internal
serta tingkat keterlibatan maupun pengaruh dikalangan anggota organisasi dalam suatu lingkungan keria sebagaimana
dipersepsikan dan dialami oleh mereka. Iklim komunikasi
dapat disebut saling mendukung iika mengandung enam unsur
yang terdiri dari : saling mempercayai (trust); adanya
dukungan atasan dimana karyawan memandang hubungan
komunikasinya dengan atasan makan dan kepentingan
perannya; keikutsertaan dalam proses pembuatan keputusan
dimana terdapat kesadaran bahwa komunikasi dengan atasan
mempunyai manfaat dan pengaruh untuk didengarkan dan
digunakan ; kejuiuran dan keandalan komunikasi atasan yang
berarti sumber pesan atau peristiwa-peristiwa komunikasi
dianggap dapat dipercayal keterbukaan terhadap pendapat,
saran dan usulan yang berarti terdapat ketulusan dalam
berkata dan mendengar; dan menunjukkan tekad jelas untuk
mencapai kinerja tinggi.
Iklim komunikasi yang memenuhi unsur tersebut menimbulkan kepuasan komunikasi di kalangan anggota organisasi karena dapat: memberikan unformasi yang jelas tenKNOWTEDGE MANACEMENT
Sukses Inouasi Pernerintahan Daerah
Kunci
tang hal ihwal tugas ; mencukupi dalam hal kebutuhan informasil mampu untuk menyampaikan saran-saran perbaikan;
menyediakan berbagai saluran komunikasi yang efisien;
menyediakan berbagai cara berkomunikasi dengan sesama
karyawan; memberikan informasi tentang organisasi secara
keseluruhan; dan memperkuat integrasi anatr karyawan dan
unsur-unsur organisasi.
Iklim komunikasi yang baik akan menciptakan kepuasan
komunikasi, yang mana selanjutnya dapat menunjang pembentukan, pengembangan dan penghayatan nilai-nilai budaya
organisasi pada seluruh anggota organisasi. Dengan menguatkan budaya organisasi maka akan memberikan peluang besar
bagi oganisasi tersebut untuk menjaga kelangsungan hidup
dan perkembangan organisasi karena ia dapat mempertahankan fungsi adaptasinya terhadap persoalan-persoalan eksternal dan fungsi integrasinya dalam menghadapi permasalahanpermasalahan internal.
Penutup
Paparan diatas mengungkapkan bahwa salah satu stra-
tegi utama pembentukan budaya organisasi yang kuat adalah
perhatian dan penggunaan atas komunikasi organisasi yang
efektif. Adapun indikator efektivitas komunikasi ini adalah
kesesuaian antar^ apayang dipikirkan oleh penyampai pesan
dengan apayangdipahami oleh penerima pesan. Untuk mencapai komunikasi budaya organisasi yang efektif dapat dipergunakan saluran-saluran komunikasi eksternal dan terutama
internal. Saluran internal dapat mempergunakan komunikasi
vertikal (ke atas, kebawah, dan quasi vertikal) horisotal atau
lateral dan diagonal.
- KOMUNIKASI BUDAYA ORGANISASI:
Membangun Budaya Kuat Pendukung Inouasi
BAB 9
Selain
itu efektivitas komunikasi juga harus memper-
gunakan media atau iaringan komunikasi formal, dan terutama
informal. Media formal dipergunakan untuk memberikan
legitimasi atas pesan budaya yang dikehendali oleh piumpinan
organisasi sehingga memberikan rasa aman dan kepercayaan
anggota bahawa pesan tersebut benar-benar dikehendfi. Jaringan informd dipergunakan karena kecepatan dan jangkauannya yang melebihi media formal, dan yang paling penting
adalah lebih dipercaya oleh anggota organisasi sebagai informasi yang benar. Jaringan informasi ini memiliki kedalam dan
keluasan informasi yang memadai unuk menanamkan nilainilai budaya kepada seluruh anggota organisasi termasuk anggota baru.
Penciptaan pola komunikasi yang konsisten dapat men-
ciptakan iklim komunikasi.'Namun demikian iklim komunikasi kondusif bagi pengembangan budaya kuat membutuhkan keperc^y^an, keterlibatan, kejujuran, keterbukaan,
dukunga, dan tekad untuk berprestasi. Iklim komunikasi yang
baik ini akan menimbulkan kepuasan komunikasi di kalangan
anggota organisasi yang pada akhirnya akan mendukung
pernghayatan nilai-nilai budaya organisasi yang dikehendaki
pada segenap anggota organisasi secara mendalam.
KNOWTEDCEMANAGEMENT
Ksnci
Suhses
lnouasi Pemetintahan Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Nancy 1.799a. Globalization, gouerwnent, and competitiueness. Ottawa: Canadian Cenfie for Management Development.
Hardjana" Andre A. "Corporate Culture", dalam Budaya Komunikasi
Menyongsong Abad XXI",Jumal lkatan Kornunikasi Indonesra Jurnal9 & 10 Vol. 1991.
Balogun, M.J. Ec Mutahaba, G.7999. "Redynamising the African
Civil Service for the Twenty-first Century: Prospects forNonbPreaucratic Structure" dalam Henderson, K.M. & Dwivedi,
O.P (ed.) Bureaucracy and the Alternatiues inworldPerspec-
tiu e. MacMillan Press, London.
Barton, D. L. 1995. Wellspings of knoutledge: building and sustaining the sources of innotration Boston: Harvard Business School
Press.
Berman, Evan M. (79981. Productiuity in Public andNon profit Organizations,California: Sage Publications.
Bird, R.M. 2000. "Intergovernmental fiscal relations: universal principles, local applications." Working paper. Atlanta: International Studies, School of Policy Studies, Georgia State Universify.
&
Shah, A. 7994.'The reforrn of fiscal
systems in developing and emerging market economies: a fed-
BoadwaS R., Roberts, S.,
eralism perspective.' Policy research working paper. VashThe World Bank.
Buckley, PJ., 8c Carter, M.J. 2000. 'Knowledge management in global technology markets: applying theory to practice". Long
Range Planning, Vol. 33.
*Perangkap
Soetiipto, Budi \ffi
Budaya". Usahautan,No. 02. Th. XXVI,
, ington:
Februari 1997.
Carroll, M.T. 2000. *U.S. experience in implementing E-Government", sambutan pada e-Biz E-Gouernment Seminar,S September. Jakarta.
Centre for Publice Sector Innovation. 2007. Innovation Framework
for the Public Sector of South Africa.
Chandler, J.A. (ed.) (2000) . Comparatiue public administration.London: Routledge.
Choo, C.W 1998. The knowingorganizntion: hout organizationsuse
inforrntion to conshl,rct rneaning create knowledge, and make
decisions. NewYork: Oxford University Press.
Christensen, T. and Lugreid, P (2001): New Public Management:
the tansformation of Ideas and Practice. Aldershot: fuhgate
Clarke, T. & Clegg, S. 1998. Changingparadigm: the transformation
of knouiedge nnnagement for the 21s century. lnndon: Harper
Collins Business.
Davey K. 1988. "The Development impact of fiscal transfer to local
and regional governments", dalam Prantilla, B. (ed) Financing
local and regional deuelopment in dcueloping countries: seIected country expeience. Nagoya: United Nations Cenrre for
Regional Development.
& Seemann, P 2000. "Confronting conceptual confusion and conflict in knowledge management". Oryanizntional
De Long, D.W
,
Dynamics,Yol.29, No. 1, pp.33-44.
Devas,
N. 1988. "System of allocation of government funds to local
and regional governments", dalam Prantilla, B. (ed) Financing
local and regional deuelopment in dcueloping countries: selected country experience. Nagoya; United Nations Centre for
Regional Development.
Drucker, Peter F. (L999). Managetnent Cballenges for the 2Ln cen/r.1ry. NewYork: Harper Business.
E.C. Eyre,'M,astering Basic Management", Hongkong. The Macmillan
Press. Ltd, L982. hal. 134
Schein, Edgar H. "Comingto aNew Auareness of Organization Culture". Sloan M.anagement Reuieut, Winter, 79 84.
Evans, P, & Wurster, T.S. 2000. Blown to bits: hout the economics
of information transforms strategy. Boston: Harvard Business
School Press.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Petnerintahan Daerah
Kunci
Fiscal Policy Resource Center, 2001. 'An introductory overview of
intergovernmental fiscal relations" dalam Principles of F iscal
Decentralization. Aianta: the AndrewYoung School of Policy
Studies, Georgia State University.
Frederickson, George H. (1997).The Spirit of public administration.
San Francisco: Jossey-Bass Publisher.
Yukl, Gary A. Leadership in Organizatioz". New Jersey. PrenticeHall International. Inc. 1989, 2L3-21,4.
Hague, B.N., & Loader, B.D.7999.Digital democracy: discourse and
decision making in the information age. London: Routledge.
Halachmi, fui;. 2000. 'Agency theory and transaction analysis in the
increasingly competitive public sector" dalam Van R. Johnston
(ed.) Entrepreneurial tnanagement and public policy. New
York: Nova Science Publisher, Inc.
Hall, RichardH. 1991,. Organization: Structure, Process, and Outcomes. New Jersey: Prentice-Hall.
Hamel, G., Prahalad,C.K. L994. Competingforthe Future. Massachusetts: Harvard Business School Press.
Hardin, G. 1958. "The tragedy of the commons", dalam Science
162:7243-8.
Murphy Herta A. dan Herbert W Hildebrant. "Effectiue Business
Communications". Singapore. McGraw-Hill Book Co,. 1988,
hal.4-5.
Hitt, Michael H., et al, (1999). Dynamic strategic resources: deuelopment, diffusion and integrafroz. NewYork: John Wiley 6c Sons,
Ltd.
Hoessein, Bhenyamin. 2000. "Hubungan penyelenggaraan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah" dalamJumal Bisnis
(v Birokrasi No. 1, Vol. I, Juli.
Holmes, Douglas. 2001, eGou: eBusiness Strategies for Gouemrnent.
London: Nicholas Brealey Publishing.
, Holzer, M. & Callahan, K. 1998. Gouernment atWork. Sage Publications, Inc.: California.
i;.t
DaftarPustaka :q2o1I
Humes
ry
S. 1991. I ocal Gouemance
andNationalPouer: aworld-
wide Comparison of Tradition and Change in Local Gouemment. New York : Harvester.
Husseini, Martani. 1999. 'Mencermati Misteri Globalisasi: Menata
Ulang Pemaspran Internasional lndonesia melalui Pendekatan
Resource-Base d . Pidato Penguh.uban Guru BesmEISIP UI pada
tanggal25 Sgptember.
IDEA Knowledge. 2005. lnnovation in Public Service: Literature
Review.
Jackson, K.D. 1988. Bureaucratic Polity: ATlteoretical Framework
for the Analysis of Pouer and Communication in Indonesia.
Dalam Jackson, K.D. & Py., L.W. Political Pouter and Communications in lndonesia. University of California Press, Berkeley. Lihat.pula Schwarz, A..7994. A Nation in Waiting:
Indonesia in the 1990s. Allen & Unwin Pty Ltd, Australia.
John P Kotler danJames L. Hasket, "Corporate Culture andPerformance"NewYork. The Free Press, 1992. 15-18.
Kanter, Rosabeth Moss. 1995. World Class: thriuing locally in the
"
globaleconomy.NewYork:Touchstone.
WexleS Kenneth N. dan Gary A. Yvkl, *Peilaku Organisasi dan
Psikologi Pernnalia". Peneriemah: Muh Shobaruddin, Jakara:
Rineka Cipta,7992.
Klingner, D.E. 6c Nalbandian, J. 1985. fublic Personnel Manage-
'
mmt: Conterts and Strategies. Prentice-Hall, [nc. Englewood
Cliffs, NpwJersey.
Kunio, Y 2000.AsiaPer Capita: Wlry National Income dffir in East
,4sia. Curzon Press, London.
& Roy R. t999."lntroduction: economic decentralization, issues of theory and policy" dalam Mackintosh,
Mackintosh, M.,
M.,
6c Roy, R. Eaonomic decentralization and public rnanagement refonn Cheltenham: Edwar Elgar.
Manor, J. 1999 . The Political Economy of Democratic Decentralizarioz. Vashington: The Vorld Bank.
KNOWTEDGEMANAGEMENT
Kunci Sukses Inouasi Petnerintaban Daerah
Mawhood, P 1983. Local Gouemment in theThirdVlorld: the Expeience of Tropical Africa. Chichester: John'!7iley Ec Sons.
Metcalfe, Les & Sue Richards (1,992). Improuing Public Management, California: Sage Publications.
Millar, L. 2000.'eGovernment". Handsout pada APEC worhshop on
public sector ffianagernent refonn,g Mei. Singapore: Seranova.
Mulgan, G. and Albury, D. (2003): Innovarion in the Public Sector,
Strategy Unit, Cabinet Office, October 2003
Muluk, M.R. Khairul. (April, 2003). "Manajemen pengetahuan:
kebingungan praktek dan peta kajian', dalamManaiemen (y
Usabaugn Indonbsia,No. 04, Th. XXX[.
Nonaka, I., Toyama, R., & Konno, N. 2000. "SECI, ba,andleadership: a unified model of dynamic knowledge creation". Long
Range Planning, Vol. 33.
'1995.IQtowledge
Nonaka, Ikujiro & Hirotaka Thkeuchi.
creating
company: hou lapanese companies create the dynamics of
innouation. New York: Oxford University Press.
Norton, A. 1994. lntqrrtational Handbook of Local and Regional
Gouetnrnent: A Comparatiue Analysis of Aduanced Democracl'es. Cheltenharn: Edwar Elgar.
Osborne, David & Ted Gaebler. 19 9 2. Reinuenting gouemment : how
the entrepreneurial spiit is transforming the public sector.
New york: A William Patrick Book.
Ostrom, E. 7990. Gouemingthe con rnons: the euolutian of institutions
for collectiue action. Cambridge: Cambridge University Press.
Pierce, L.\q, & Rust, K.L. 1997. *Government enterprises" dalam
Peterson, J.E., & Stracota, D.R. (eds). Local gouemment finAnce: concept (t practices. Chicago: Government Finance
,
Officers fusociation.
Pradhan, G.B.N.
& Reforma, M.A.
L9 9 0s : Challenges
1991. Public Management in the
and Opportunities. EROPA Secretariar Gene-
ral, Manila.
Premchand, A. 1999. "Public-private partnerships: implications for
public expenditure management" dalam Mackintosh, M., &
Daftar Pustaka
Roy, R. Economic decentralization and public tnandgetnent
reform. Cheltenham: Edward Elgar.
Prichard, C., Hull, R., Chumer, M.,
&
Willmott, H., ed. 2000.
Managing knowledge: critical inuestigations of work and leamiag..
NewYork: St. Martin's
Press.
Rist, Ray C. (ed.) (1995). Policy eualuation: linkingtbeory to practice (International Library of Comparative Public Policy; Vol.
3). Vermont, USA: Edward Elgar Publishing Company.
Rosen, Elle Doree (1993). Improuing Public Sector Productiuity,
California: Sage Publications.
Rosenberg, M.J. 2001. e-Learning: strategies for deliuering knout'
ledge in the digital age.
NewYork: McGraw-Hill.
D.H. 7989. Public Administration: Understanding
Management, Politics, and Lau in the Public Sector. Second
Rosenbloom,
Edition, McGraw-Hill Book Company.
Santoso, P.B. 1993. Birokrasi Pemeintah Orde Baru: Perspektif
Kubural dan Struktural. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Scarbrough, H. Ec Swan, J .2007. "Explaining the diffusion of knowledge managemenfi the role of fashion" .Britkh Jottmal of Management, Yol. 12, pp. 3 -72.
Schein, E. H. 1984. Oryanizational culture and leadcrship. San Francisco: Jossey-Bass publishers.
Scott, M.C. 2000. Reinspiringthe corporation:
the seuen setninal path
to corporate greafness. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.
M. D9a. The fifth discipline: the art and practice of the
Iearwing organization. Paperback edition, NewYork: Currency
Doubleday.
Senge, Peter
A. 1.994. The Reforn of intergouernmental fiscal relations in
deueloping and emerging narket econotnies. Washington: The
WorldBank.
Sluyter., Gary V (1995). lmprouing Organizational Performanc{
Shah,
California: Sage Publications.
Smith, B.C. 1985. Decentralization: the teritorial dimension of the
st at e. London : George Allen Unwin.
KNOWTEDGE MANAGEMENT
Sukses Inouasi Pemerintaban Daerab
Kunci
Starling, G. 7998. Managing the Public Sector.5,h Edition. Harcourr
Brace and Company, Florida.
Stewart, G.L., C.C. Manz & Sims Jr., H.P 1.999. Team Work and
Group Dynamics. NewYork: John'Wiley & Sons.
Stoker, G. 79 9 7. t h e Pol it i cs of Lo cal G ou ernrnent. 2.d edition, London: Macmillan Education Ltd.
Tapscott, D., Ticoll, D., & Lowy, A. 2000. Digital capitdl: harnessing the power of business webs. Boston: Harvard Business
School Press.
Tapscoft, Don. 1995. Digital economy: promise and peril in the age
of netuorhed intelligence. New York: McGraw-Hill.
Teece, D. 2000. "Strategies for managing knowledge assets: the role
of firm structure and industrial context". Long Range Planning,Yol.33.
Tuomi, Ilkka. 1,999. Corpordte knowledge: theory and practice of
int elligent organizations. Helsinki : Metaxis.
UNDP 'l.999. "Globalization with human face", dalam human deuelopment report. New York.
D., 6c Game,C. 1994. Local gouemrnent in the UnitedKngdom. London : Macmillan.
'Wilson,
James Q. (1989). Bureaucracy: what gouernrnent agencies
do and why they do it.IJSA: Basic Books.
I(orld Development Reporr, 1988. Public finance in deuelopment:
'Wilson,
an oueruiew.
Zauhar, S. 199 6 . Administrasi Publik Penerbit IKIP Malang, Malang.
Zolingen, S.J. van, Streumer, J.N., Stooker, M. 2001. "Problems in
knowledge management: a case study of a knowledge-intensive company" . International lournal of Training and Deuelopment (5:3).
tll{$lfilprynBir$
H[, UIIIBNAT